Memilih Pola dan Warna Pakaian yang Bagus

Pola dan warna dalam pakaian China tradisional biasanya memiliki makna baik tertentu. selain memperkaya desain dan menunjukan selera rakyat, mereka juga meningkatkan nilai budaya pakaian,

Orang China sangat teliti tentang pakaian mereka. Hal ini terlihat dari perhatian pada setiap detail pakaian sejak manusia berevolusi.

Memilih Pola Keberuntungan untuk Pakaian 

Banyak desain ditemukan dalam phoenix, bunga dan China, misalnya naga dan burung burung, buah, macan dan macan tutul, ikan dan udang, juga benda langit. Selain memperkaya pakian, desain juga melambangkan keberuntungan,kedamaian maian, pekerjaan, dan kepuasan. Poa egan ini menggambarkan kreativitas artisitik dan akar budaya rakyat. Pola-pola umum yang sering ditemukan ter-masuk: pinus dan bangau yang menyiratkan umur panjang; kombinasi delima, jeruk jari (juga dikenal se-bagai tangan Buddha), dan persik yang melambangkan keluarga besar dengan banyak anak; burung phoenix dan dahlia yang melambangkan kekayaan dan keba-hagiaan; singa menggelindingkan benang sulam yang menyatakan keberuntungan dan kebahagiaan; dan ikan kakap melompati gerbang naga yang menyatakan pro-mosi karier. Pola menggunakan suara fonetik juga digunakan untuk mengharapkan keberuntungan dan kebahagiaan. Yang umum adalah kombinasi lima kelelawar dan huruf China untuk umur panjang, yang melambangkan berkat dan umur panjang.

Selain itu, orang juga menggunakan legenda populer sebagai desain untuk mengungkapkan emosi mereka. Contoh legenda adalah 'clua peri mengurusi kedamaian dan harmoni'  dan 'unicorn melahirkan seorang putra'.

Makna Bagus Warna dalam Pakaian  

Dalam Pakaian pakaian tradisional China, orang kung menggunakan berbagai warna untuk membawa pesan status dan keberuntung-an. Orang China percaya kuning dan ungu adalah warna mulia, dan karenanya hanya dipakai oleh keluarga kerajaan dan bangsawan. Orang biasa dilarang memakai warna mulia. Larangan ini menyiratkan bahwa mereka tidak boleh berhubungan dengan orang di tingkatan tersebut. Hijau dan biru adalah warna hina, biasanya digu-nakan oleh pelacur dan pemain sandiwara. Selain itu, budak pada masa Dinasti Qing menggunakan kulit rusa merah dan putih untuk membuat baju. Namun, merah dan putih tidak dianggap warna orang berstatus rendah hanya karena digunakan pada sebagaian dari pakaian budak, dan ini tidak hanya digunakan oleh budak. Warna seperti hitam dan putih dianggap me-nyedihkan dan secara tradisional digunakan dalam perkabungan. Mereka biasanya dihubungkan dengan kensalangan dan karenanya dihindari selama peristiwa Pesta seperti pernikahan, kelahiran, Tahun Baru, atau Pesta lain.

Pakaian merah juga dianggap tabu selama perkabungan karena merah biasa dipakai pada peristiwa gembira. Alasan lain adalah takut menyinggung hantu dan dewa. Makna Keberuntungan dari Desain Pakaian Memperlihatkan tubuh sangat dilarang pada masa masyarakat feodal. Karena itu, lelaki dan wanita pada masa kuno harus berpakaian lengkap. Di provinsi Shandong, belacu kasar dilarang dijadikan pakaian karena bahan itu digunakan sebagai bahan pakaian berkabung. Selain itu, jumlah kancing genap juga tabu karena orang per-caya itu akan memengaruhi karier pemakainya. Semua ini menjelaskan makna simbolik desain dan gaya pakaian.
Asal usul "Topi Hijau"
 
Menurut adat, lelaki China tidak boleh memakai ikat kepala atau topi hijau.
"Ikat kepala hijau" konon ditemukan oleh Li Feng, seorang hakim negeri Yanling pada masa Dinasti Tang. Alih-alih mengurung bawahannya yang melanggar hokum, is rnenyuruh mereka memakai ikat kepala hijau, yang guru bisa dilePas setelah menjalani hukurnan penjara. Karena itu, di daerah Jiangnan, memakai ikat kepala hijau berarti sedang diperrnalukan. Pada Dinasti Yuan, pelacur diminta memakai pakalan-hijau atau biro. Sekarang, topi menjadi populer hinaga `ikat kepala hijau' diganti dengan 'topi' hijau'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.