Nyonya Ular Putih

Dalam cerita rakyat Cina kisah cinta Nyonya Ular Putih sangat populer, dikenal luas. Tokoh Nyonya Ular Putih memiliki dampak sejarah dan budaya yang besar dalam masyarakat Cina. Legenda menekankan nilai-nilai seperti kebenaran dan kebaikan yang mencerminkan keinginan masyarakat banyak. Pengorbanan Nyonya Ular Putih membuat hati banyak orang tersentuh, karakter kuat yang ia gambarkan dalam cerita ini melambangkan "jiwa" dalam legenda Cina.


Cerita tentang Nyonya Ular Putih terjadi di kota Zhenjiang di masa Dinasti Song. Bai Suzhen adalah roh ular berusia seribu tahun yang mengubah dirinya menjadi manusia untuk membalas rasa terima kasihnya kepada Xu Xian  yang menyelamatkannya di masa kehid ufan sebelumnya. Bai Suzhen bertemu dengan roh ular hijau Xiaoqing  dan keduanya menjadi sangat dekat bagaikan saudara perempuan. Bai Suzhen menggunakan kekuatannya untuk menciptakan kondisi agar dirinya bisa berjumpa dengan Xu Xian, dan akhirnya menikah dengannya. Setelah pernikahan mereka, Fai Hai, kepala bhiksu Kuil Jinshan, memberi tahu Xu Xian bahwa istrinya adalah roh ular. Xu Xian tidak percaya, tetapi ia melakukan apa yang diperintahkan oleh sang bhiksu kepadanya, yakni memberi anggur realgar untuk di-makan istrinya pada hari Perayaan Kapal Naga (Dragon Boat Festival). Xu Xian melakukan perintah tersebut, dan Bai Suzhen berubah ke bentuk aslinya dan Xu Xian ketakutan sampai mati. Bai Suzhen mencuri tanaman herbal suci dari surga untuk menghidupkan kembali Xu Xian. Selanjutnya, Fa Hai membujuk Xu Xian ke Kuil Jinshan dan menyekapnya di dalamnya. Nyonya Ular Putih memerangi Fa Hai dengan bantuan Xiaoqing. Ia memanggil lautan untuk membanjiri Kuil Jinshan, dan menyebabkan banyak orang mati dalam proses tersebut, melanggar hukum Kayangan. Setelah Bai Suzhen melahirkan seorang putra, ia di-perangkap dalam mangkuk sumbangan milik Fa Ha dan dipenjara di bawah Pagoda Leifeng. Ketika anaknya tumbuh dewasa, ia menjadi pelajar yang terpandai dan  pergi ke pagoda untuk mendoakan kebebaskan ibu-nya. Pada akhirnya sang putra menyelamatkan ibunya dan keluarga itu berkumpul kembali. 

Legenda Bersejarah
Cerita tentang Nyonya Ular Putih telah disebarluaskan secara lisan sejak awal, yang menimbulkan variasi dalam urutan kejadian dan detail cerita. Sebagian versi cerita berakhir ketika Bai Suzhen terperangkap di bawah Pagoda Leifeng, sedangkan versi lain saat Bai Suzhen melahirkan bayi laki-laki. Namun, versi lain berakhir dengan sang putra menyelamatkan ibunya sehingga keluarga tersebut berkumpul kembali.

Dalam jingshi Tongyan Nyonya Ular Putih ditulis ulang dan diberi judul baru "Madam White Snake Trapped for Eternity Under Leifeng Pagoda" . Sejak saat itu, jalinan cerita disin-kronisasikan dengan nama-nama tempat seperti Kuil Jinshan di Zhenjiang. Pagoda Leifeng karya Huang Tu adalah opera pertama yang disusun dan ceritanya berakhir pada bagian ketika Nyonya Ular Putih diperangkap di bawah Pagoda Leifeng. Naskah Li Yuan memasukkan bagian ketika Nyonya Ular Putih mempunyai putra. Naskah ini digunakan pada tahun berikutnya berturut-turut. Legenda Leifeng Pagoda  memuat empat bagian utama. Bagian Pertama menelusuri cerita dari bagaimana Nyonya Ular Putih menuruni gunung dan bertemu dengan roh ular hijau, bagaimana is tak se-ngaja berjumpa dengan Xu Xian dan bagaimana mereka menikah. Bagian kedua memaparkan detail bagaimana Xu Xian mengungkap bentuk asli Nyonya Ular Putih, Xu Xian mati, dan bagaimana Bai Suzhen mencuri herbal suci untuk menghidupkan kembali Xu Xian. Bagian ketiga terutama fokus pada pertempuran antara Nyonya Ular Putih dengan bhiksu Fa Hai, dengan banjir yang diciptakannya melanda kuil dan membunuh ribuan  manusia tak berdosa. Bagian penutup diakhiri dengan putra Nyonya Ular Putih datang untuk menyelamatkan ibunya di pagoda, sekaligus melengkapi cerita keseluruhan. 

Asal Mula Nyonya Ular Putih 
Kisah tentang Nyonya Ular Putih berasal dari Zhenjiang. Versi terkini datang dari The Legend of Leifeng Pagoda yang ditulis pada masa Dinasti Qing. Terobosan besarnya termasuk bagian Water Fight dan Stealing The Holy Herbs yang menyoroti dan menonjolkan karakter kuat Bai Suzhen dan menghubungkan secara dekat ke Zhenjiang. Sungguh, Banjir yang melanda Kuil Jinshan menambah sentuhan romantisme dan mengambarkan kemanusiaan Bai Suzhen mencerminkan sifat umum semua manusia. Nyonya Ular Putih menampilkan tempat-tempat terkenal di Zhenjiang, termasuk pemandangan Kuil Jinshan, Bailong Cave, Baohe Hall dan Five Street. Hal ini memberikan dimensi tambahan yang menghidupkan cerita.

Asal Mula Leifeng Pagoda
Nama ash Leiteng Pagoda adalah Royal Pagoda. Pagoda tersebut dibangun pada masa Dinasti Song Utara di atas Lei Peak di Gunung Xizhao, jadi nama tersebut diambil dari lokasi tempat is berada. Puncak itu sendtri mendapatkan namanya karena konon katanya ada seorang prig bernama Lei Jiuzhu pernah hidup di Sana. Sebagian ahlt s ejarah menemukan bahwa puncak tengah juga dikenal dengan narna Hui Peak, dan nama kuno untuk kata Hui adalah Lei, jadi nama puncak tersebut secara keliru disebut Lei Peak. Mao Xiling's Xihe Shihua menyebutkan bahwa puncak tersebut diberi nama berdasarkan bentuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.