Daftar Urutan Marga (姓/Xing/She)Tiongkok

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
Daftar Urutan Marga (姓/Xing/She)Tiongkok

Negara Tiongkok memiliki jumlah penduduk sebanyak ±1,37 Milyar. Dari jumlah penduduk tersebut, pemerintah Tiongkok secara rutin melakukan sensus Marga terhadap warganya. Pada awal mulanya, jumlah marga ada 484 buah, yakni terdiri dari 408 Marga Tunggal 单姓 (Dānxìng; marga dengan satu huruf) dan Marga Ganda 复姓 (Fùxìng; marga dengan dua huruf) sebanyak 76 buah, contohnya : 诸葛(zhuge), 上官 (shangguan), 欧阳 (ouyang) dan sebagainya.

Menurut Kamus Besar Marga Tiongkok (中华姓氏大辞典; Zhōnghuá xìngshì dà cídiǎn) jumlah marga yang tercatat dalam sejarah sekitar 11.969 buah. Dimana Danxing atau marga berhuruf tunggal berjumlah 5.327, dan Fuxing atau marga berhuruf dobel berjumlah 4.329 buah, sedangkan marga lainnya jumlahnya 2.313 buah. Dari sejumlah 11.969 marga, hingga sekarang hanya tinggal sekitar 300 buah saja yang masih dipakai orang.

Di bawah ini adalah daftar Marga yang dipakai oleh orang Tiongkok sesuai sensus pada tahun 2010, diurutkan mulai dari yang terbanyak. Sebagai catatan :
1. Pembaca perlu melihat dengan teliti huruf hanzi yang tercantum dibawah, karena sebagian menggunakan aksara tradisional, sebagian lainya sudah menggunakan aksara sederhana.
Gunakan Google Translate untuk melihat bentuk huruf yang lain (tradisional/sederhana). Ejaan yang digunakan adalah dalam bahasa MANDARIN; bukan menggunakan ejaan daerah, seperti Hokkian, Kanton, Hakka/Khek, Tiochiu, dsb.
2. Beberapa sumber informasi mencantumkan (1) urutan dan (2) persentasi (%) yang berbeda-beda; umumnya disebabkan karena perbedaan tahun data sensus; dan jumlah warga Tiongkok yang bermigrasi/pindah ke luar negeri, atau warga perantauan yang kembali ke Tiongkok.
Beberapa sumber kemungkinan memasukkan data sensus marga Negara Taiwan karena menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayah Tiongkok (seperti yang diklaim Tiongkok dan Taiwan sendiri hanya diakui oleh 25 negara sebagai negara berdaulat).
3. Urutan dibawah tidak mencerminkan jumlah urutan marga terbanyak yang digunakan di Indonesia, karena memerlukan survei/sensus tersendiri. Namun, secara kasar, Marga terbanyak yang digunakan di Indonesia adalah Marga Oei, Wang, Li, Tan dan Chang.
Ini disebabkan karena pada masa orde baru, seluruh warga keturunan asal Tiongkok di Indonesia diwajibkan untuk meromanisasi, meng-Indonesiakan, atau mengganti nama dan marganya.
4. Jika bingung dengan perbedaan marga yang telah di Indonesiakan, pembaca dapat melihat referensi dari artikel Marga Tionghoa di Indonesia.

1. 李 (Li) 7,94%
2. 王 (Wang) 7,41%
3. 張 (Zhang) 7,07%
4. 劉 (Liu) 5,38%
5. 陳 (Chen) 4,53%
6. 楊 (Yang) 3,08%
7. 趙 (Zhao) 2,29%
8. 黃 (Huang) 2,23%
9. 周 (Zhou) 2,12%
10.吳 (Wu) 2,05%
11. 徐 (Xu)
12. 孫 (Sun)
13. 胡 (Hu)
14. 朱 (Zhu)
15. 高 (Gao)
16. 林 (Lin)
17. 何 (He)
18. 郭 (Guo)
19. 馬 (Ma) : Dari 19 marga ini jumlahnya sudah lebih dari separuh penduduk Tiongkok (> 700 juta jiwa)
20. 羅 (Luo)
21. 梁 (Liang)
22. 宋 (Song)
23. 鄭 (Zheng)
24. 謝 (Xie)
25. 韓 (Han)
26. 唐 (Tang)
27. 馮 (Feng)
28. 於 (Yu)
29. 董 (Dong)
30. 蕭 (Xiao)
31. 程 (Cheng)
32. 曹 (Cao)
33. 袁 (Yuan)
34. 鄧 (Deng)
35. 許 (Xu)
36. 傅 (Fu)
37. 沈 (Chen)
38. 曾 (Ceng)
39. 彭 (Peng)
40. 呂 (Lu)
41. 蘇 (Su)
42. 盧 (Lu)
43. 蔣 (Jiang)
44. 蔡 (Cai)
45. 賈 (Jia)
46. 丁 (Ding)
47. 魏 (Wei)
48. 薛 (Xue)
49. 葉 (Ye)
50. 閻 (Yan)
51. 餘 (Yu)
52. 潘 (Pan)
53. 杜 (Du)
54. 戴 (Dai)
55. 夏 (Xia)
56. 鐘 (Zhong)
57. 汪 (Wang)
58. 田 (Tian)
59. 任 (Ren)
60. 姜 (Jiang)
61. 範 (Fan)
62. 方 (Fang)
63. 石 (Shi)
64. 姚 (Yao)
65. 譚 (Tan)
66. 廖 (Liao)
67. 鄒 (Zou)
68. 熊 (Xiong)
69. 金 (Jin)
70. 陸 (Lu)
71. 郝 (Hao)
72. 孔 (Kong)
73. 白(Bai)
74. 崔 (Cui)
75. 康 (Kang)
76. 毛 (Mao)
77. 邱 (Qiu)
78. 秦 (Qin)
79. 江 (Jiang)
80. 史 (Shi)
81. 顧 (Gu)
82. 侯 (Hou)
83. 邵 (Shao)
84. 孟 (Meng)
85. 龍 (Long)
86. 萬 (Wan)
87. 段 (Duan)
88. 漕 (Cao)
89. 錢 (Qian)
90. 湯 (Tang)
91. 尹 (Yin)
92. 黎 (Li)
93. 易 (Yi)
94. 常 (Chang)
95. 武 (Wu)
96. 喬 (Qiao)
97. 賀 (He)
98. 賴 (Lai)
99. 龔 (Gong)
100. 文 (Wen)
101. 龐 (Pang)
102. 樊 (Fan)
103. 蘭 (Lan)
104. 殷 (Yin)
105. 施 (Shi)
106. 陶 (Tao)
107. 洪 (Hong)
108. 翟 (Di)
109. 安 (An)
110. 顏 (Yan)
111. 倪 (Ni)
112. 嚴 (Yan)
113. 牛 (Niu)
114. 溫 (Wen)
115. 蘆 (Lu)
116. 季 (Ji)
117. 俞 (Yu)
118. 章 (Zhang)
119. 魯 (Lu)
120. 葛 (Ge)
121. 伍 (Wu)
122. 韋 (Wei)
123. 申 (Shen)
124. 尤 (You)
125. 畢 (Bi)
126. 聶 (Nie)
127. 叢 (Cong)
128. 焦 (Jiao)
129. 向 (Xiang)
130. 柳 (Liu)
131. 邢 (Xing)
132. 路 (Lu)
133. 岳 (Yue)
134. 齊 (Qi)
135. 沿 (Yan)
136. 梅 (Mei)
137. 莫 (Mo)
138. 莊 (Zhuang)
139. 辛 (Xin)
140. 管 (Guan)
141. 祝 (Zhu)
142. 左 (Zuo)
143. 塗 (Tu)
144. 谷 (Gu)
145. 祁 (Qi)
146. 時 (Shi)
147. 舒 (Shu)
148. 耿 (Geng)
149. 牟 (Mou)
150.卜 (Bo)
151. 路 (Lu)
152. 詹 (Zhan)
153. 關 (Guan)
154. 苗 (Miao)
155. 凌 (Ling)
156. 費 (Fei)
157. 紀 (Ji)
158. 靳 (Jin)
159. 盛 (Sheng)
160. 童 (Tong)
161. 歐 (Ou)
162. 甄 (Zhen)
163. 項 (Xiang)
164. 曲 (Qu)
165. 成 (Cheng)
166. 遊 (You)
167. 陽 (Yang)
168. 裴 (Pei)
169. 席 (Xi)
170. 衛 (Wei)
171. 查(Cha)
172. 屈 (Qu)
173. 鮑 (Bao)
174. 位 (Wei)
175. 覃 (Tan)
176. 霍 (Huo)
177. 翁 (Weng)
178. 隋 (Sui)
179. 植 (Zhi)
180. 甘 (Gan)
181. 景 (Jing)
182. 薄 (Bao)
183. 單 (Dan)
184. 包 (Bao)
185. 司 (Si)
186. 柏 (Bai)
187. 寧 (Ning)
188. 柯 (Ke)
189. 阮 (Ruan)
190. 桂 (Gui)
191. 閔 (Min)
192. 歐陽 (Ou Yang)
193. 解 (Jie)
194. 強 (Qiang)
195. 柴 (Chai)
196. 華 (Hua)
197. 車 (Che)
198. 冉 (Ran)
199. 房 (Fang)
200. 邊 (Bian)
201. 辜 (Gu)
202. 吉 (Ji)
203. 饒 (Rao)
204. 刁 (Diao)
205. 瞿 (Qu)
206. 戚 (Qi)
207. 丘 (Qiu)
208. 古 (Gu)
209. 米 (Mi)
210. 池 (Chi)
211. 滕 (Teng)
212. 晉 (Jin)
213. 苑 (Yuan)
214. 邬(Wu)
215. 臧 (Zang)
216. 暢 (Chang)
217. 宮 (Gong)
218. 來 (Lai)
219. 嵺 (Liao)
220. 苟 (Gou)
221. 全 (Quan)
222. 褚 (Chu)
223. 廉 (Lian)
224. 簡 (Jian)
225. 婁 (Lou)
226. 蓋 (Gai)
227. 符 (Fu)
228. 奚 (Xi)
229. 木(Mu)
230. 穆 (Mu)
231. 黨 (Dang)
232. 燕 (Yan)
233. 郎 (Lang)
234. 邸 (Di)
235. 冀 (Ji)
236. 談 (Tan)
237. 姬 (Ji)
238. 屠 (Tu)
239. 連 (Lian)
240. 郜 (Gao)
241. 晏 (Yan)
242. 欒 (Luan)
243. 鬱 (Yu)
244. 商 (Shang)
245. 蒙 (Meng)
246. 計 (Ji)
247. 喻 (Yu)
248. 揭 (Jie)
249. 竇 (Dou)
250. 遲 (Chi)
251. 宇 (Yu)
252. 敖 (Ao)
253. 糜 (Mi)
254. 鄢 (Yan)
255. 冷 (Leng)
256. 卓 (Zhuo)
257. 花 (Hua)
258. 仇 (Chou)
259. 艾(Ai)
260. 藍 (Lan)
261. 都 (Dou)
262. 鞏 (Gong)
263. 稽 (Ji)
264. 井 (Jing)
265. 練 (Lian)
266. 仲 (Zhong)
267. 樂 (Le)
268. 虞 (Yu)
269. 卞 (Bian)
270. 封 (Feng)
271. 竺 (Zhu)
272. 冼 (Xian)
273. 原 (Yuan)
274. 官 (Guan)
275. 衣 (Yi)
276. 楚 (Chu)
277. 佟 (Tong)
278. 栗 (Li)
279. 匡 (Kuang)
280. 宗 (Zong)
281. 應 (Ying)
282. 台 (Tai)
283. 巫 (Wu)
284. 鞠 (Ju)
285. 僧 (Seng)
286. 桑 (Sang)
287. 荊 (Jing)
288. 諶 (Chen)
289. 銀 (Yin)
290. 揚 (Yang)
291. 明 (Ming)
292. 沙 (Sha)
293. 薄 (Bao)
294. 伏 (Fu)
295. 岑 (Cen)
296. 習 (Xi)
297. 胥 (Xu)
298. 保 (Bao)
299. 和 (He)
300. 藺 (Lin)

Marga pembaca berada di urutan berapa?
Sumber referensi daftar Marga yang digunakan :
1. PDF : http://www.kerbykuek.com
2. Artikel : http://www.new-chinese.org
3. Artikel : http://www.lowchensaustralia.com
4. Artikel (cache 30 Mei 2010) : limantorobert.blogspot.com
READ MORE - Daftar Urutan Marga (姓/Xing/She)Tiongkok

DAFTAR HARI ULANG TAHUN BUDDHA / BODHISATTVA, DEWA-DEWI, LELUHUR dan PERGANTIAN MUSIM

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
DAFTAR HARI ULANG TAHUN BUDDHA / BODHISATTVA, DEWA-DEWI, LELUHUR dan PERGANTIAN MUSIM

Daftar Dewa Dewi Sejit (Ulang Tahun) atau Mencapai Kesempurnaan :

*Bulan 1 Imlek / Lunar*
• Tanggal 1 ( Ce It ) : Mi Le Fo / Maitreya Bodhisattva Sejit.
• Tanggal 6 ( Ce Lak ) : Co Su Kong & Buddha Dipamkara (Ran Deng Fo) Sejit.
• Tanggal 8 ( Ce Pek ) : Tien Tie Kong Sejit.
• Tanggal 13 ( Cap Sha ) : Kwan Seng Tek Kun Sejit.
• Tanggal 15 ( Cap Go ) : Sam Kuan Tai Tie Sejit. 


*Bulan 2 Imlek / Lunar*
• Tanggal 2 ( Ce Jie ) : Hok Tek Ceng Sin Sejit.
• Tanggal 3 ( Ce Sha ) : Bun Chiang Te Kun Sejit.
• Tanggal 15 ( Cap Go ) : Tay Siang Lo Kun & Ciu Thian Sian Ni Sejit.
• Tanggal 19 ( Cap Kaw ) : Kwan Im Hud Co / Avalokitesvara Bodhisattva Sejit.
• Tanggl 21 ( Jie It ) : Phu Sian Pho Sat / Samantabhadra Bodhisattva Sejit.
• Tanggal 22 ( Jie Jie ) : Kwee Seng Ong Sejit.
• Tanggal 25 ( Jie Go ) : Hian Tian Siang Tee Sejit.


*Bulan 3 Imlek / Lunar*
• Tanggal 3 ( Ce Sha ) : Hian Thian Siang Tee Sejit.
• Tanggal 9 ( Ce Kaw ) : Sia Jien Kong Sejit.
• Tanggal 15 ( Cap Go ) : U Lu Chai Sen & Hian Tan Kong
• Tanggal 16 ( Cap Lak ) : Tjuen Thi Po Sat / Maha Cundi Bodhisattva Sejit.
• Tanggal 19 ( Cap Kaw ) : Tai Yang Seng Kun Sejit.
• Tanggal 23 ( Jie Sha ) : Ma Co Po / Thian Siang Sing Bo Sejit.
• Tanggal 25 ( Jie Go ) : Tjan Kue Tjo Su Sejit.


*Bulan 4 Imlek / Lunar*
• Tanggal 4 ( Ce Shi ) : Wen Cu Po Sat / Manjushri Bodhisattva Sejit.
• Tanggal 8 ( Ce Pek ) : Sakyamuni Buddha, Hoa Kung Koa Mu & Ho Hap Sien Sejit.
• Tanggal 14 ( Cap Shi ) : Lie Tung Ping & Han Tjung Lie Sejit.
• Tanggal 18 ( Cap Pek ) : Huo To Sejit.
• Tanggal 28 ( Jie Pek ) : Bhaisajaraja Bodhisattva Sejit.


*Bulan 5 Imlek / Lunar*
• Tanggal 6 ( Ce Lak ) : Co Su Kong Sejit.
• Tanggal 13 ( Cap Sha ) : Kwan Ping Thai Cu Sejit.
• Tanggal 18 ( Cap Pek ) : Chang Tian Se Sejit.
• Tanggal 23 ( Jie Sha ) : Tien Kou (Anjing Langit) Sejit.


*Bulan 6 Imlek / Lunar*
• Tanggal 3 ( Ce Sha ) : Wei Too Pho Sat / Dharmapala Pancaskandha Bodhisattva Sejit.
• Tanggal 6 ( Ce Lak ) : To Ti Pa Kung Po Po Sejit.
• Tanggal 19 ( Cap Kaw ) : Kwan Im Hud Co / Avalokitesvara Bodhisattva Mencapai Kesempurnaan.
• Tanggal 24 ( Jie Shi ) : Kwan Seng Te Kun & Jie Liong Kun Nan Ji Tai Ti Sejit.
• Tanggal 29 ( Jie Kaw ) : Sam Po Kong / Sam Po Tai Jin Sejit.


*Bulan 7 Imlek / Lunar*
• Tanggal 1 ( Ce It ) : Tay Siang Lo Kun Sejit.
• Tanggal 13 ( Cap Sha ) : Sien Jin Ku Pho & Ta She Che Pho Sat / Mahasthamaprapta 

Bodhisattva Sejit.
• Tanggal 15 ( Cap Go ) : Sam Koan Tay Tee Sejit / Hari Ullambana.
• Tanggal 19 ( Cap Kaw ) : Tai Sui Sejit.
• Tanggal 22 ( Jie Jie ) : Cai Sen Ye (Dewa Rezeki) Sejit.
• Tanggal 30 ( Sha Cap ) : Tee Cong Ong Pho Sat / Ksitigarbha Bodhisattva Sejit.


*Bulan 8 Imlek / Lunar*
• Tanggal 3 ( Ce Sha ) : Tapekong Dapur & Pe Tew Seng Kun Sejit
• Tanggal 8 ( Ce Pek ) : San Cie Fu Ren Sejit.
• Tanggal 15 ( Cap Go ) : Sun Go Kong, Hok Tek Ceng Sin, Tai Im Seng Kun, Fa Cu Pho Sat & Pau Kung Sejit.
• Tanggal 18 ( Cap Pek ) : Ciu Thian Sian Nie Sejit.
• Tanggal 22 ( Jie Jie ) : Kwee Seng Ong & Buddha Dipamkara (Ran Deng Fo) Sejit.
• Tanggal 27 ( Jit Cit ) : Kong Fu Cu Sejit.
• Tanggal 28 ( Jie Pek ) : Erl Lang Sen Sejit.


*Bulan 9 Imlek / Lunar*
• Tanggal 1 ( Ce it ) : Nan Tew Seng Kun Sejit.
• Tanggal 9 ( Ce Kaw ) : Li Lo Cia & Hian Tian Siang Tee Sejit.
• Tanggal 19 ( Cap Kaw ) : Kwan Im Hud Co / Avalokitesvara Bodhisattva Pelepasan Agung.
• Tanggal 30 ( Sha Cap ) : Yao Se Fo / Buddha Bhaisajyaguru Sejit.


*Bulan 10 Imlek / Lunar*
• Tanggal 3 ( Ce Sha ) : Mo San Cu She Sejit.
• Tanggal 5 ( Ce Go ) : Tat Mo Tjo Su Sejit.
• Tanggal 10 ( Cap ) : Hua Kung Hua Mu Sejit.
• Tanggal 12 ( Cap Jie ) : Chi Thien Ta Sen Fu Cu Sejit.
• Tanggal 15 ( Cap Go ) : Sam Koan Tay Tee Sejit.
• Tanggal 23 ( Jie Sha ) : Ceuw Chong Ciang Cun ( Pengawal Kwan Kong) Sejit. 


*Bulan 11 Imlek / Lunar*
• Tanggal 6 ( Ce Lak ) : Co Su Kong Sejit.
• Tanggal 9 Nov Solar : Se Mien Fo Sejit.
• Tanggal 17 ( Cap Chit ) : O Mi Tuo Fo / Amitabha Buddha Sejit.


*Bulan 12 Imlek / Lunar*
• Tanggal 8 ( Ce Pek ) : Sakyamuni Buddha Memperoleh Penerangan.
• Tanggal 16 ( Cap Lak ) : Hok Tek Ceng Sin & Tay Siang Lo Kun Sejit.
• Tanggal 20 ( Jie Cap ) : Lo Pan Sejit.
READ MORE - DAFTAR HARI ULANG TAHUN BUDDHA / BODHISATTVA, DEWA-DEWI, LELUHUR dan PERGANTIAN MUSIM

ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 1)

Foto Cetya Tathagata Jakarta. 
ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 1)

Cap Go Meh (Hokkien: 十五暝) atau Hari Raya Yuan Xiao (元宵) melambangkan hari -15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari. Hari Raya Yuan Xiao sendiri memiliki arti Bulan Pertama (Zhen Yue [正月]) dalam penanggalan Imlek disebut juga dengan istilah “Yuan Yue [元月]”. Dalam bahasa Mandarin, Malam disebut juga dengan istilah “Xiao [宵]”. Jadi Yuan Xiao artinya adalah Malam dengan Bulan Purnama pertama dalam Tahun yang baru. Festival “Yuan Xiao” disebut juga dengan Festival “Shang Yuan [上元节]”.

Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

Perayaan Festival Yuan Xiao atau perayaan Cap Go Meh sudah ada sejak 2000 tahun yang lalu saat Dinasti Han. Pada saat itu, Sebagaian besar Rakyat dan Bangsawan serta Kaisar adalah beragama Buddha yang kemudian mengetahui bahwa setiap Bulan Pertama Tanggal 15 Imlek para Bhikkhu akan melakukan penyalaan pelita untuk menghormati Buddha, maka Kaisar “Han Ming Di [汉明帝]” yang berkuasa saat itu memerintahkan untuk menyalakan Pelita di Istana dan juga semua Vihara untuk menghormati Buddha. Kaisar kemudian juga memerintahkan Rakyatnya untuk menggantungkan Lentera atau menyalakan Pelita di rumah masing-masing untuk menghormati Buddha.

Dalam Agama Buddha, Bulan Pertama tanggal 15 Imlek juga diperingati sebagai hari suci “Magha Puja” yaitu hari berkumpulnya 1250 arahat pada waktu yang bersamaan tanpa adanya kesepakatan terlebih dahulu untuk mendengarkan pembabaran Dhama dari Sang Buddha Sakyamuni, semua Arahat adalah Ehi Bhikku yang artinya adalah ditabhiskan oleh Buddha Sakyamuni sendiri.

Dalam Agama Tao [道教], terdapat istilah San Yuan Shuo [三元说] yang terdiri dari Festival “Shang Yuan Jie [上元节]” yakni jatuh pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, Festival “Zhong Yuan Jie [中元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 7 Imlek dan “Xia Yuan Jie [下元节]” yang jatuh pada tanggal 15 bulan 10 Imlek. Mereka masing-masing bertanggung jawab atas Langit, Bumi dan Manusia. Tanggal 15 bulan Pertama adalah Shang Yuan Jie yang juga bertanggung jawab atas Langit, memiliki makna sukacita. Pada Hari tersebut juga harus menyalakan Lampu Pelita.

Dalam Perkembangannya, penyalaan lampu pelita di Dinasti Han hanya satu hari, sampai pada Dinasti Tang menjadi 3 hari, Dinasti Song menjadi 5 hari, Bahkan saat Dinasti Ming, perayaan penyalaan Lampu Pelita ini dimulai pada hari ke-8 sampai hari ke-17 bulan pertama Imlek (tepat 10 hari). Pada Dinasti Qing, Perayaan Festival Yuan Xiao dipersingkat menjadi 4~5 hari, tetapi bentuk perayaan diperbanyak seperti adanya kegiatan barongsai dan tarian Naga.

Terdapat beberapa cerita dan dongeng mengenai asal usulnya Festival Yuan Xiao (Cap Go Meh), diantaranya adalah Cerita tentang penyalaan Lampu dan Pemberantasan pemberontrakan keluarga Lv di Dinasti Han.
READ MORE - ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 1)

POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 11 dari 12 Artikel


POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 10 dari 12 Artikel
Besok Hari ke-8, bln 1 Imlek, tradisi orang Hakka (Khek) dan Hokkian biasa keliling 8 Vihara / Kelenteng Bio.
Makna terkandung didalamnya adalah setelah merayakan RenRi dan Makan 7 Sayur artinya mengucapkan syukur dan berkah "Hie Fuk" / Ciu Fuk kepada Thian YME / Thi Kong dan para dewa-dewi. Karena masyarakat Tionghoa dulu adalah petani. Biasa mereka meminta panen berlimpah, subur dan keselamatan.
Mengapa 8 Vihara / Kelenteng?
Bagi orang Tiionghoa 8 adalah angka keberuntungan. 8 (Ba) dalam bahasa Mandarin mirip dengan Fa artikan Berkembang / Sukses atau Fat (Cantonese), Huat (Hokkien) yang artinya maju sukses. Sehingga berarti juga kesempurnaan seperti dalam Ba Gua (Delapan Trigram) atau 8 Penjuru Mata Angin, 8 Penjuru Dewa Rejeki.

Jadi keliling 8 Vihara / Kelenteng memiliki makna agar yang melakukan permohonan mendapatkan rejeki, kesuksesan dan keselamatan. Tentu saja permohonan ini harus diikuti dengan kerja keras, keuletan, rajin, hemat dan pandai melihat peluang.
Semoga tradisi ini bermanfaat utk dishare ke teman2 Anda. GONG XI FA CHAI
READ MORE - POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 11 dari 12 Artikel

Inilah Ucapan Salam Tahun Baru Imlek, Ungkapan Keberuntungan Dan Maknanya

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
Inilah Ucapan Salam Tahun Baru Imlek, Ungkapan Keberuntungan Dan Maknanya

Selama periode Tahun Baru (sincia) tersebut, banyak masyarakat Tionghoa yang saling menyapa saat bertemu serta memberi salam dengan ungkapan yang unik.
Berikut adalah beberapa ungkapan yang sering dipakai sebagai ucapan salam dalam Tahun Baru Imlek dalam karakter Mandarin, lengkap dengan romanisasi pinyin dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.

Salam Pembuka dan Ucapan
Menyapa orang yang lebih tua (atau yang dihormati) akan sedikit berbeda dalam Bahasa Mandarin; yakni kata 您 (nín) untuk ‘Anda’, sebagai pengganti 你 (nǐ) yang biasa digunakan. Sebagai contoh :
• 祝您 … (Zhu nín) : Semoga Anda (lebih tua / yang dihormati) …
• 祝你 … (Zhu nǐ) : Semoga Anda (lebih muda / informal) …


Salam Terpopuler di Tahun Baru Sincia
• 鸡年吉祥 (Jínián jíxiáng) : beruntung di Tahun Ayam ini.
• 鸡年大吉 (Jī nián dàjí) : mendapat banyak keberuntungan besar di Tahun Ayam ini.


Salam dan Ucapan yang Umum di Tahun Baru Imlek
• 新年好 (Xīnnián hǎo) : mendapatkan tahun baru yang baik.
• 过年好 (Guònián hǎo) : melalui tahun yang baik.
• 新年快乐 (Xīnnián kuàilè) : berbahagia di tahun yang baru.
• 新春快乐 (Xīnchūn kuàilè) : berbahagia di musim semi yang baru.
• 春节快乐 (Chūnjié kuàilè) : berbahagia di Festival Musim Semi ini.
• 吉祥如意 (Jíxiáng rúyì) : bernasib baik sesuai harapan.
• 年年有余 (Niánnián yǒuyú) : selalu berkelimpahan tahun demi tahun.
• 吉星高照 Jíxīng gāozhào) : selalu diterangi bintang keberuntungan.
• 心想事成 (Xīnxiǎng shì chéng) : selalu terkabul impiannya.
• 大吉大利 (Dàjí dàlì) : mendapat banyak keberuntungan dan laba.


Salam dan Ucapan agar Sehat
• 龙马精神 (Lóng mǎ jīngshén) : memiliki semangat seperti naga dan kuda.
• 身体健康 (Shēntǐ jiànkāng) : berbadan sehat selalu.
• 精灵活泼 (Jīnglíng huópō) : selalu lincah dan ceria (diucapkan terutama kepada anak- anak di bawah usia 10 tahun, dengan harapan mereka tumbuh menjadi anak yang selalu aktif dan cerdas).


Salam dan Ucapan dalam Pekerjaan dan untuk Pelaku Usaha / Bisnis
• 恭喜发财 (Gōngxǐ fācái) : berbahagia dan mendapatkan rezeki yang banyak (gunakan ungkapan ini pada saat menerima hadiah atau angpau).
• 财源广进 (Cáiyuán guǎngjìn) : dengan leluasa masuk kepada sumber kekayaan.
• 工作顺利 (Gōngzuò shùnlì) : dilancarkan dalam segala pekerjaan.
• 事业有成 (Shìyè yǒuchéng) : sukses dalam karir.
• 平步青云 (Píngbù qīngyún) : melesat hingga ke awan (harapan agar dipromosi atasan).
• 马到成功 (Mǎ dào chénggōng) : berpacu sampai berhasil / sukses.
• 步步高升 (Bùbù gāoshēng) : mendapatkan promosi tahap demi tahap.
• 一帆风顺 (Yīfān fēngshùn) : dilancarkan dalam hidup ini.
• 升官发财 (Shēngguān fācái) : mendapatkan promosi dan menjadi kaya.
• 生意兴隆 (Shēngyì xīnglóng) : semakin maju dalam usaha.

Salam dan Ucapan kepada Pelajar
• 学业有成 (Xuéyè yǒuchéng) : berhasil secara akademis.
• 学习进步 (Xuéxí jìnbù) : semakin maju dalam studi.
• 金榜题名 (Jīnbǎng tímíng) : berhasil dalam ujian (diperuntukkan bagi yang sedang menempuh ujian penting).


Salam dan Ucapan kepada Keluarga
• 阖家欢乐 (Héjiā huānlè) : berbahagia sekeluarga.
• 阖家幸福 (Héjiā xìngfú) : berbahagia sekeluarga.


Salam yang Unik
• 恭喜发财, 红包拿来 (Gōngxǐ fācái, hóngbāo ná lái) : Semoga Anda berbahagia dan berharta banyak, berikan angpau pada saya 🙂
Gunakan ungkapan ini untuk memberi salam kepada orang yang Anda harapkan akan memberikan angpau. Ucapan ini diungkapkan hanya kepada teman dekat atau kerabat dekat saja. Jangan diucapkan kepada orang asing atau dalam situasi formal, agar jangan sampai Anda terlihat bertingkah konyol.
Catatan : Beberapa terjemahan memerlukan diksi yang lebih baik. Saran dari pembaca diperlukan lewat komentar dibawah
READ MORE - Inilah Ucapan Salam Tahun Baru Imlek, Ungkapan Keberuntungan Dan Maknanya

Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao
Saat ini, pemberian Amplop Merah alias Angpao (Hanzi: 紅包, pinyin: hóngbāo) tidak lagi hanya sekedar diberikan pada saat acara Imlek atau pada saat momen pesta pernikahan, perayaan ulang tahun, atau acara syukuran perusahaan. Penggunaan angpao sudah berkembang luas di masyarakat, termasuk sebentar lagi adalah moment perayaan tahun baru. Angpao tidak lagi sekedar dibungkus dengan warna dasar merah, namun saat ini sudah berwarna warni tergantung moment nya. Sebagus-bagusnya bungkusan atau kemasan amplop, toh yang terpenting adalah nilainya maknanya hehehe.
Soal angpao ini, ternyata masih banyak yang bingung, berapa seharusnya nilai nominal yang akan diberikan kepada orang. Tapi, panduan utamanya adalah tentu pembaca harus membedakan (1) kepada siapa dan (2) tujuan dalam memberi angpao ini. Pada kasus momen tahun baru Imlek, Angpao itu biasanya diberikan oleh orang yang sudah berkeluarga kepada mereka yang belum berkeluarga. Namun sebenarnya tidak menutup kemungkinan juga jika seseorang telah mapan, sementara banyak saudaranya yang masih belum mapan. Sah-sah saja jika mereka ingin tetap memberikan, juga bisa dianggap sebagai amalan.
Jadi, berapa yang seharusnya kamu harus isi dalam angpao ?

Berikut pembagian kelompok umurnya :
Umur Bayi dan Balita (Umur 0-3 Tahun)
Yang ini termasuk kelompok yang belum tahu apa-apa soal duit. Mereka lebih mementingkan tampilan kertas pembungkus angpao nya yang berwarna warni atau bercorak bagus wkwk. Isinya cukup dikasih seceng atau goceng aja hehe. Masih mahalan harga pembungkus angpaonya mungkin. Memberi angpao ke bayi atau balita umumnya hanya sebagai formalitas saja biar dianggap/dilihat oleh keluarga lain. Toh isinya nanti diambil sama ibu bapaknya hehe.
Jadi harus ngasih berapa duit nih? Rp. 1.000,- sampai Rp. 5.000,-

Umur Anak Kecil (Umur 4 – 11 Tahun)
Umumnya sudah agak mengerti kegunaan duit, yakni bisa membeli barang. Namun rata-rata mereka paling hanya pakai buat jajan permen atau buat koleksi gambar Yosan wkwk. Sayang kalau kita ngasihnya kebanyakan, soalnya anak-anak umur dibawah 10 tahun itu rata-rata belum bisa memanfaatkan uang dengan baik. Jadi sebenarnya ngasih angpao ke anak-anak dibawah umur 10 tahun itu juga masih termasuk sebagai formalitas saja sama anggota keluarga besar yang lain, biar menyenangkan hati mereka.
Jadi harus ngasih berapa duit nih? Rp. 10.000,- sampai Rp. 50.000,-

Umur Remaja alias ABG (Umur 12-17 Tahun)
Kelompok umur ini harus mulai hati-hati ngasihnya karena mereka sudah mengerti nilai nominal uang. Masa remaja atau ABG ini adalah masa dimana mereka mulai suka pergi jalan bareng sama teman-temannya ke mall atau ke tempat-tempat “pembuangan uang” lainnya. Jadi mereka mulai butuh duit buat berfoya-foya. Jika dikasih terlalu kecil, mereka tak sungkan buat minta nambah sambil ngomel didepan orang banyak wkwk. Belum lagi jika kamu dikatain pelit, waduh mau ditaruh mana mukanya, om tante. Padahal sih aslinya memang kere. Tapi kan eggak enak apabila sampai dikatain pelit. Ingat, anak seusia mereka emosinya belum bisa dikontrol laiknya orang dewasa lho. Sifat kepolosan semasa anak-anak kadang masih terbawa.
Jadi harus ngasih berapa nih? Antara 50 ribu sampai 100 ribu

Umur Anak Kuliahan (Umur 18-22 Tahun)
Usia anak kuliahan sebenarnya sudah bisa dikategorikan sebagai orang dewasa. Seusia mereka sudah bisa mendapatkan KTP, mendapatkan SIM, membuat Kartu Kredit sendiri, dan pastinya juga udah mengerti nilai dan fungsi uang. Kelompok usia ini biasanya termasuk dalam kelompok melek teknologi, yang memerlukan banyak gadget, seperti smartphone atau produk kecantikan (bagi yang cewek). Selain itu, kelompok usia ini umumnya memiliki banyak teman kuliah yang butuh banyak “biaya sosialisasi” buat ngumpul bareng. Engga enak kan pas akan nonton bioskop lalu engga punya duit? hehe. Tapi anak kuliahan juga sudah bisa memikirkan masa depan. Uang dari angpao sebagian mereka tabung buat keperluan biaya kuliah atau sebagai modal usaha kecil-kecilan kelak.
Jadi harus ngasih berapa nih? Antara 100 ribu -sampai 200 ribu

Umur Dewasa, alias Yang Sudah Kerja (Umur 23-29 Tahun)
Usia dewasa seharusnya sudah tidak lagi mendapat subsidi biaya hidup dari orang tua (bagi yang sudah tidak tinggal serumah). Sebagian besar diantara mereka sudah berkeluarga atau setidaknya sudah memiliki pasangan dan akan segera menikah. Namun kenyataannya kelompok usia ini belum mapan (karena baru mulai bekerja tidak mungkin sudah langsung dapat jabatan tinggi), kecuali mendapat warisan orang tua, atau terlahir di keluarga mapan yang punya usaha sendiri, sehingga punya banyak mobil mewah dan rumah / apartemen.
Kebutuhannya pun tidak akan jauh dari kebutuhan pokok rumah tangga dan alat yang menunjang pekerjaan mereka, seperti TV elektronik, komputer, laptop, motor, mobil, rumah (atau sewa apartment) dsb. Kebutuhan makin banyak namun tak sesuai dengan pendapatan. Istilahnya “besar pasak dari pada tiang”. Tapi tak mengapa, inilah salah satu moment yang akan tak terlupakan dari rangkaian perjalanan kehidupan seseorang; yang akan kalian kenang dihari tua; dimana berdua bersama menanggung penderitaan hidup dari nol 🙂
Jadi harus ngasih berapa nih? Jika sudah berkeluarga, Setidaknya 500 ribu sampai 1 juta lah. Lumayan buat DP motor 🙂
Yang Belum Nikah alias Engga Laku (Tapi Lebih Tajir Dari Kamu; Usia 30 Tahun Keatas)
Biasanya kalau sudah kepala 3 itu, kehidupan pribadi sudah agak makmur. Jika bekerja di perusahaan, pasti minimal sudah menjabat kasie atau kabag. Jika pun masih pangkat kopral bawahan, setidaknya sudah senior banget; dan itu pasti bisa punya posisi tawar gaji lebih di perusahaan, karena riwayat pengalaman yang mendukung.
Jadi harus ngasih berapa nih? Yang ini sih tergantung isi dompet aja. Yang mereka butuhkan adalah makna dibalik pemberian angpao, salah satunya adalah doa biar enteng jodoh.
Meski begitu, nominal diatas bukanlah sebuah patokan wajib. Sesuaikanlah dengan isi brankas dompet pembaca; atau dengan melihat tagihan rekening koran anda. Ingat, stigma di masyarakat yang mengatakan orang etnis Tionghoa itu kaya raya adalah TIDAK BENAR. Masih banyak saudara kita yang faktanya hidup dibawah rata-rata, yang berjuang hidup untuk makan hidup sehari-hari.
Sesunguhnya rezeki itu datangnya dari Tuhan, dari warisan orang tua, dan dari usaha diri sendiri. Selamat merayakan momen pemberian angpao anda, pembaca
READ MORE - Inilah Nominal Yang Harus Kamu Kasih Buat Angpao

Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur

 
POJOK TRADISI IMLEK, Artikel 9 dari 12 Artikel

Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur
Menurut adat Hakka (Khek) Besok (Jumat, 3 Februari 2017) hari ke-7 Imlek hari makan sayur 7 rupa. Hari Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur adalah hari ketujuh setelah merayakan Chinese New Year. Didalam keluarga kami masih memegang tradisi makan sayur tujuh macam.
Dulu almarhum mama saya selalu memasak tujuh macam sayur. Sayurnya bisa apa saja. Yang terpenting masih berwarna hijau, dipotong kecil-kecil dan kemudian ditumis menjadi satu. Rasanya enak.
Setiap tanggal 7 setelah Sincia dan tahun ini tradisi ini tetap saya lestarikan. Mama saya sering bercerita bahwa ini adalah tradisi di keluarga Hakka. Saya kurang tahu apa tradisi ini juga berlaku di suku Tionghoa lainnya. Tradisi ini melambangkan hari dimana akan diturunkannya keberuntungan kepada umat manusia di bumi (Festival Ren Ri).
Waktu saya masih kanak-kanak, saya sering diajak mama untuk belanja di pasar. Biasanya pedagang sayur sudah menyiapkan ikatan sayur tujuh macam ini. Tetapi saat ini sudah jarang ditemukan fenomena seperti itu.
Oleh karenanya sekarang saya harus membeli beberapa macam sayur tersendiri dan
memasaknya jadi satu . Jadi semakin rindu dengan masakan mama tercinta.
Kue keranjang waktu sembahyang Imlek kemarin juga masih ada di kulkas, dulu mama biasa menggorengnya dengan lapisan telur. Mengingat saat ini saya masih belajar menjadi vegan, kue keranjangnya akan saya coba olah menjadi isian kue onde-onde yang dilapisi wijen.
Festival Ren Ri
Tradisi makan sayur tujuh macam ini merupakan tradisi lama yang yang berakar dari masa dinasti Han, terutama periode akhir yaitu jaman Sanguo dilanjut dinasti Jin. Namanya festival Renri atau festival hari manusia.
Tradisi ini dirayakan oleh semua orang Tionghua dan daerah-daerah yang terpengaruh budaya tionghua seperti di Korea, Jepang, Vietnam.
Menurut buku yang di tulis oleh seorang bermarga Dong dari masa dinasti Jin, dituliskan bahwa urutan penciptaan dalam mitologi penciptaan NvWa:
- hari pertama: ayam
- hari kedua: anjing
- hari ketiga: babi
- hari keempat: kambing
- hari kelima: sapi
- hari keenam: kuda
- hari ketujuh: manusia
- hari kedelapan: padi-padian (Gu)
Hari ketujuh itu kemudian diperingati sebagai hari manusia. Semua manusia berulangtahun di hari itu. Terlepas dari tanggal lahir, terutama mereka-mereka yang oleh suatu sebab tidak mengetahui secara pasti tanggal kelahirannya.
Berhubung ke mitologi penciptaan itu, di hari-hari masing binatang, ada tradisi untuk tidak menyembelih binatang yang bersangkutan. Di hari manusia biasanya diperingati dengan makanan 7 macam, bisa itu 7 macam sayur atau 7 macam ikan atau bercampur.
Berikut macamnya sayur 7 rupa berikut maknanya :
1. Daun bawang bakung (Suan Cai 蒜菜) (green garlic) --> perhitungan yang cermat dalam rencana.
2. Daun Bawang (Cong Cai 蔥菜) (green onion) --> kepandaian dan kemampuan.
3. Seledri (Qin Cai 芹菜) (celery) --> rajin, tekun, ulet, giat dan hemat.
4. Kucai (Jiu Cai 韭菜) (chinses leek) --> kelanggengan dan keabadian.
5. Sawi tanah (Ji Cai) (green mustard) --> strategis, penuh siasat dan pandangan jauh.
6. Selada (Seng Mai Cai 生菜) (lectture) --> sehat dinamis penuh semangat.
7. Kailan 芥蘭 (Ji Lan Cai) (chinese kale) --> kesinambungan dan kesatuan.
Selamat makan Sayur 7 Rupa ( 七样菜 )
READ MORE - Festival Renri dan Tujuh Macam Sayur

Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek
Perayaan Tahun Baru Imlek bukan hanya dirayakan sehari saja, namun sejatinya dirayakan selama 16 hari (dimulai dari Malam Tahun Baru sampai dengan Festival Lampion). Persiapannya bahkan dimulai sejak 7 hari sebelum Malam Tahun Baru. Ada banyak kegiatan tradisi selama periode ini, tetapi ada juga yang merupakan hal-hal baru. Inilah panduan hari dalam menyongsong perayaan Tahun Baru Imlek.

1. Persiapan sebelum Tahun Baru Imlek (H-7)
  • Membersihkan Rumah, Mulai dari hari ke-23 bulan ke-12 kalender lunar, masyarakat Tionghoa melakukan bersih-bersih seluruh isi rumah. Kegiatan bersih-bersih ini disebut sebagai “menyapu bersih semua debu” dan melambangkan keinginan untuk menyingkirkan hal-hal lama, perpisahan dengan tahun yang lama dan penyambutan akan tahun yang baru. 
  • Belanja Kebutuhan Tahun Baru, Masyarakat mulai berbelanja kebutuhan makanan, camilan, dekorasi Imlek dan pakaian sebelum Malam Tahun Baru. Tahun Baru Imlek (sama seperti festival Natal) merupakan puncak waktunya orang berbelanja. Masyarakat Tionghoa biasanya terkenal sangat berhemat. Akan tetapi mereka tidak segan dalam melakukan pengeluaran jika hal itu berhubungan dengan perayaan tradisi. Contohnya mereka akan membelikan baju yang baru, tanpa memikirkan apakah orang tersebut membutuhkannya atau tidak. Biasanya banyak bazar/pasar dadakan yang menjual semua kebutuhan Imlek di kawasan pecinan menjelang Tahun Baru.
2. Kegiatan di Malam Tahun Baru (H-1)
  • Memasang Dekorasi Tahun Baru, Walaupun sebagian besar masyarakat Tionghoa menghias rumah mereka beberapa hari sebelum sincia tiba, banyak juga yang justru memilih melakukannya pada malam tahun baru. Dekorasi yang digunakan berupa lampion merah, untaian bait sajak dan lukisan yang berhubungan dengan tahun yang baru. Tahun 2017 adalah tahun ayam, sehingga gambar ayam akan banyak ditampilkan sebagai dekorasi. Masyarakat biasanya menggunakan hal-hal berikut sebagai dekorasi. 
  • Menempelkan Gambar Dewa Penjaga Pintu, Menempelkan gambar Dewa Penjaga Pintu (門神; Men Shen) merupakan tradisi penting di kalangan masyarakat Tiongkok selama Festival Musim Semi. Awalnya Dewa Penjaga Pintu ini dibuat dari kayu persik yang dipahat sebagai sosok laki-laki dan digantung pada pintu. Kini orang cukup menggunakan gambar hasil cetak yang ditempelkan pada pintu. Masyarakat Tiongkok menempelkan Dewa Penjaga di pintu sebagai doa pengharapan akan berkah, umur panjang, kesehatan dan kedamaian. Dua Dewa Penjaga di kedua bilah pintu dimaksudkan untuk mencegah masuknya roh jahat. Dewa Penjaga Pintu melambangkan kebenaran dan kekuatan. Oleh sebab itu Dewa Penjaga Pintu selalu digambarkan dengan wajah yang sangar, sambil memegang berbagai senjata dan siap melawan roh jahat. 
  • Memasang Untaian Bait Sajak Musim Semi, Untaian bait sajak musim semi atau tahun baru (春聯: Chūnlián) adalah untaian frasa berpasangan, umumnya masing-masing terdiri dari 7 karakter mandarin, ditulis pada sehelai kertas merah dengan tinta hitam dan ditempelkan pada masing-masing bingkai pintu. Kadang digunakan sebuah frasa yang terdiri dari 4 atau 5 karakter ditempelkan di bagian atas bingkai pintu. Bait sajak ini berisi harapan-harapan di tahun yang baru. Sebagian menulis sendiri bait frasa tersebut, tetapi kebanyakan masyarakat membeli hasil cetak yang sudah jadi. Menempelkan untaian bait sajak dimaksudkan agar roh jahat pergi menjauh. 
  • Memasang Lukisan Tahun Baru, Lukisan yang menggambarkan harapan baik, dipasang sebagai dekorasi rumah, agar tercipta suasana pesta musim semi yang bahagia dan sejahtera. Subjek dari lukisan tahun baru yang sering digunakan adalah lukisan bunga dan burung, bocah laki-laki yang gemuk, ayam yang berwarna kuning keemasan, lembu jantan, buah-buahan yang masak, harta kekayaan, atau legenda dan cerita bersejarah yang menggambarkan harapan akan panen yang berlimpah dan hidup yang bahagia. 
  • Memasang Karya Seni Ukir Kertas (cutteristic), Di masa lampau karya seni hasil kerajinan tangan berupa potongan kertas yang diukir, direkatkan pada jendela menghadap ke selatan dan utara sebelum Festival Musim Semi. Karya seni ukir kertas ini masih populer bagi masyarakat yang mendiami bagian utara, tetapi di bagian selatan masyarakat hanya menempelkan karya seni ukir kertas ini di hari pernikahan saja. Subjek dan tema dari karya seni ukir kertas ini adalah kekayaan. Berhubung mayoritas masyarakat adalah petani, maka kebanyakan tema yang diambil adalah seputar kehidupan di pedesaan : bertani, menenun, menangkap ikan, menggembalakan domba, memberi makan pada ternak babi, memelihara ayam, dll. Kadang ukiran di kertas ini menggambarkan pula mitos, legenda dan senin pertunjukkan opera Tiongkok. Selain itu, bunga, burung dan binatang lambang shio juga populer digunakan sebagai desain dalam karya seni ukir kertas ini. Karya seni ukir kertas ini umumnya berbentuk wajik dalam warna keberuntungan yaitu merah, diikuti dengan pola yang indah. Karya seni ukir kertas mengungkapkan harapan akan hidup yang penuh sukacita dan sejahtera, sejalan dengan tema Festival Musim Semi. 
  • Berkumpul Menikmati Makan Malam Bersama, Makan besar di Malam Tahun Baru merupakan makan malam “wajib” yang harus dilakukan bersamaan dengan berkumpulnya kembali seluruh anggota keluarga. Masyarakat Tionghoa akan berusaha keras mewujudkan agar acara keluarga ini dapat terlaksana, walaupun harus menempuh jarak yang sangat jauh. Alasan utama inilah yang mendorong terjadinya arus mudik yang sangat padat di seluruh penjuru Tiongkok menjelang tahun baru. Masyarakat dari Tiongkok Utara menyantap hidangan yang berbeda dengan masyarakat di Tiongkok Selatan pada kesempatan yang istimewa ini, dan banyak hidangan tersebut mengandung makna simbolis. Di Tiongkok Utara hidangan tradisional untuk perayaan ini adalah jiaozi (pangsit). Pangsit dibentuk seperti perahu agar mirip dengan logam perak Cina kuno, yang melambangkan kekayaan. Sementara di Tiongkok Selatan hidangan tradisional untuk perayaan ini adalah nian gao (kue beras ketan), karena nian gao dilafalkan mirip dengan “lebih tinggi lagi dalam setahun”, yang melambangkan adanya peningkatan. 
  • Menonton Acara Perayaan Tahun Baru di Jaringan Televisi Kabel CCTV, Sudah menjadi kebiasaan bagi banyak keluarga di Tiongkok berkumpul menghabiskan makan malam bersama sambil menonton acara perayaan tahun baru di jaringan televisi kabel CCTV. Acara dimulai pada pukul 8 malam dan berakhir pada tengah malam bersamaan dengan datangnya tahun baru. Acara yang ditampilkan berupa pertunjukan rakyat tradisional dan pop dari berbagai penyanyi, penari dan akrobatik terbaik di Tiongkok. 
  • Membagikan Amplop Merah (Uang Keberuntungan) kepada Anak-Anak, Biasanya orangtua membagikan kepada anak-anak amplop merah (angpau) setelah makan malam bersama keluarga, dengan harapan agar di tahun mendatang anak-anak selalu sehat, cepat besar dan berhasil dalam studinya. Amplop2 merah ini berisikan uang di dalamnya. Uang di dalam amplop merah dipercaya akan mendatangkan peruntungan yang baik, karena merah merupakan warna keberuntungan, sehingga uang di dalam amplop merah disebut sebagai uang keberuntungan. 
  • Bergadang hingga Larut Malam, Tradisi ini disebut shousui (守歲). Dahulu masyarakat Tiongkok bergadang sepanjang malam, tetapi sekarang kebanyakan hanya terjaga hingga berakhirnya pesta kembang api dan petasan selepas tengah malam saja. 
  • Mendengarkan Lonceng Tahun baru, Lonceng merupakan simbol dari tradisi Tahun Baru Imlek, dan masyarakat Tionghoa percaya bahwa dengan membunyikan lonceng yang besar akan mengusir pergi semua kemalangan dan mendatangkan nasib baik. Masyarakat Tiongkok senang mendatangi alun-alun atau kuil dimana biasanya terdapat lonceng besar yang akan dibunyikan pada tengah malam menjelang tahun baru.
3. Hari Tahun Baru Imlek (Hari H), 
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa apa yang mereka lakukan pada hari pertama di tahun yang baru akan mempengaruhi peruntungan mereka di sepanjang tahun tersebut. 
Membunyikan Petasan dan Kembang Api, Momen datangnya tahun baru ditandai dengan hiruk pikuk bunyi petasan dan kembang api di mana-mana, bahkan hingga ke pelosok. Sumbat telinga boleh jadi pertimbangan – karena kita akan seperti berada di tengah-tengah pecahnya Perang Dunia ke-3!. Bunyi kembang api akan seperti pelontar roket yang diluncurkan dan rentetan petasan akan seperti suara senapan mesin. Seluruh keluarga bergadang menikmati momen yang menggembirakan ini. Di kota-kota besar : menyalakan petasan adalah kebiasaan paling penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Tetapi karena membahayakan lingkungan dan kebisingan yang ditimbulkannya cukup mengganggu, pemerintah telah melarang kegiatan ini di banyak kota besar, seperti Beijing, Guangzhou, dan Shanghai. Kembang api yang meledak di udara masih diperbolehkan di banyak negara. Sementara masyarakat di kota-kota kecil dan area pedesaan masih mempraktekkan tradisi menyalakan petasan dan secara umum dianggap tidak membahayakan. Tepat saat jam berdentang 12 kali, seisi kota akan diterangi oleh cahaya letusan dan kilau percikan kembang api yang memecah di langit. Suara dentumannya yang mencengangkan terdengar keras di banyak tempat. Anak-anak dengan petasan (yang lebih kecil) di salah satu tangan dan korek api di tangan lainnya, dengan riang gembira merayakannya dengan menyulut satu per satu petasan di jalan sambil menutup telinga. Pelontar roket kecil juga populer di kalangan anak-anak, bisa melontarkan 10 atau 20 kembang api kecil dalam interval setiap 5 detik secara berulang di sepanjang jalan. Banyak orang menghadiri atau menyaksikan pertunjukan kembang api ini sekitar 40 menit dari jendela rumah mereka. 
  • Penyembahan kepada Leluhur, Di mana : Adat ini sudah dikenal sejak jaman kuno, pemujaan terhadap leluhur dilakukan secara luas di seluruh Tiongkok daratan; dimulai dengan menyapu makam untuk menyembah leluhur di pemakaman leluhur atau di kuil. Masyarakat melakukan penyembahan kepada leluhur di ruang utama rumah mereka, dimana terdapat altar leluhur. Kemudian seluruh anggota keluarga berlutut dan membungkuk di depan altar, dari yang tertua sampai yang termuda. Kapan : Tradisi ini dilakukan selama beberapa hari pada Festival Musim Semi, tetapi yang terutama dilakukan pada Hari Tahun Baru. Di Tiongkok, penyembahan terhadap leluhur dilakukan setiap tahun sejak ribuan tahun yang lalu. Mengapa : Penyembahan kepada leluhur menunjukkan penghormatan, ketakwaan, dan rasa kehilangan atas kepergian keluarga pada perayaan ini. Selain itu diyakini pula bahwa arwah leluhur akan melindungi keturunannya dan menjadikan mereka lebih sejahtera. 
  • Mengenakan Pakaian Baru dan Mengucapkan Salam Tahun Baru, Di hari pertama tahun baru, masyarakat Tionghoa mengenakan pakaian baru dan mengucapkan “gongxi” (恭喜) yang secara harafiah bermakna ‘salam’ atau ‘harapan baik’; saling mendoakan, semoga beruntung dan semoga berbahagia di tahun yang baru. Sesuai tradisi, generasi yang lebih muda mengunjungi yang lebih tua dan mendoakan kesehatan mereka serta diberi umur panjang. Di tahun-tahun terakhir ini, muncul cara baru dalam memberi ucapan salam Tahun Baru, terutama di kalangan generasi muda. Kesibukan membuat orang tidak lagi memiliki waktu untuk berkunjung ke teman atau keluarga. Sebagai gantinya, cukup kirimkan kartu ucapan Tahun Baru, menggunakan aplikasi mobile Wechat atau berkirim pesan singkat/sms. 
4. Menyaksikan Atraksi Tari Barong Singa dan Barong Naga
Tari Barongsai dan Naga bisa disaksikan pada hari-hari sebelum dan setelah Tahun Baru. Atraksi ini juga dapat ditemui di banyak tempat, seperti di pusat-pusat perbelanjaan dan di halaman kelenteng.Tahun Baru Hari ke-2 (H+2), Menurut tradisi, anak perempuan yang sudah menikah (keluar) WAJIB berkunjung ke rumah orang tua kandungnya di hari ke-2 Tahun Baru Imlek. 
 
5. Tahun Baru Hari ke-3 hingga ke-7 (H+3 s/d H+7), Di hari ke-3 hingga hari ke-7 dirayakan dengan mengunjungi sanak keluarga dan teman. Sebagian masyarakat mengunjungi makam kerabat atau semarga. Membersihkan rumah untuk pertama kalinya di tahun baru: Masyarakat Tionghoa tidak membersihkan rumahnya selama dua hari pertama di Tahun Baru, karena aktivitas menyapu diyakini bisa ikut menyapu pergi keberuntungan yang ditinggalkan oleh sisa-sisa letusan kembang api, kertas merah, kertas pembungkus dan bukti sisa-sisa perayaan lainnya yang terserak di lantai. 
 
6. Tahun Baru Hari ke-8 (H+8)
Normalnya masyarakat sudah kembali bekerja di hari ke-8, selain itu karena 8 adalah angka keberuntungan. Banyak pelaku usaha memilih membuka kembali usahanya di hari ke-8.

7. Tahun Baru Hari ke-15 (H+15; Cap Go Meh)
Hari ke-15 di Tahun Baru adalah Festival Lampion (元宵節; Yuánxiāo Jié). Menurut tradisi, inilah akhir dari perayaan Festival Musim Semi. Sebagian masyarakat melepaskan lampion terbang ke udara, sementara sebagian lainnya menghanyutkan lampion ke laut, sungai atau mengapungkannya ke danau.
READ MORE - Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek

6 Hal Yang Seharusnya Tidak Dilakukan Pada Saat Imlek

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
Pantangan Di Tahun Baru Imlek : 6 Hal Yang Seharusnya Tidak Dilakukan Pada Saat Imlek

Masyarakat Tionghoa percaya bahwa Festival Musim Semi merupakan awal dimulainya tahun yang baru. Apa yang diperbuat di awal juga akan menentukan peruntungan di sepanjang tahun. Ada banyak hal yang tidak boleh dilakukan selama awal tahun baru Imlek.
Secara tradisi, terdapat cukup banyak pantangan yang berkaitan dengan festival tahun baru. Tetapi pada tahun-tahun belakangan ini beberapa larangan sudah mulai ditinggalkan, terutama di antara kalangan masyarakat urban yang modern di kota-kota besar dan di kalangan generasi muda.

Pantangan di Hari Tahun Baru Imlek
Inilah daftar 6 pantangan teratas yang pantang dilakukan di hari pertama Tahun Baru Imlek. Kebijaksaan pembaca diperlukan untuk menyikapi hal dibawah :

1. Hindari Minum Obat
Adalah hal yang tabu bagi seseorang untuk menyeduh obat herbal atau minum obat di hari pertama tahun yang baru. Jika tidak, orang tersebut diyakini akan jatuh sakit di sepanjang tahun.
Di beberapa daerah pedesaan Tiongkok, setelah berdentangnya lonceng2 di kuil tepat pada tengah malam di Hari Tahun Baru, orang yang sedang sakit memecahkan gerabah tempat obat dengan keyakinan bahwa dengan melakukan tradisi ini penyakit akan dibawa pergi menjauh dari tahun yang baru.

2. Jangan Menyapu atau Membuang Sampah
Kegiatan menyapu di hari tahun baru Imlek dikaitkan dengan hilangnya pula kekayaan, karena diyakini akan ikut tersapu bersih. Membuang sampah melambangkan dapat ikut terbuangnya semua peruntungan yang baik atau nasib baik dari dalam rumah.

3. Jangan Sarapan dengan Bubur
Dilarang menyantap bubur, karena ada anggapan bahwa hanya orang miskinlah yang menyantap bubur sebagai sarapan, dan orang tidak ingin memulai awal tahun dengan “kemiskinan” karena hal ini merupakan pertanda yang buruk.

4. Jangan Mencuci Pakaian dan Keramas
Orang tidak mencuci pakaian pada hari pertama dan kedua setelah tahun baru, karena konon kedua hari ini dirayakan sebagai hari ulang tahun Dewa Air (水神; Shuishen).
Rambut tidak boleh dikeramas pada hari pertama tahun baru. Dalam Bahasa Mandarin, kata rambut (发; fā) memiliki pengucapan dan karakter yang sama dengan kata facai (发财), yang bermakna ‘menjadi kaya’. Oleh sebab itu, ini dipandang sebagai hal yang tidak baik “mencuci bersih keberuntungan seseorang” di awal tahun baru.

5. Dilarang Melakukan Pekerjaan Jahit Menjahit
Hindari penggunaan pisau dan gunting agar tidak celaka, entah seseorang bisa terluka atau rusaknya peralatan. Hal ini dianggap bisa membawa kepada ketidakberuntungan dan penipisan kekayaan di tahun baru.

6. Wanita yang Sudah Menikah Tidak Diperbolehkan Berkunjung ke Rumah Orang Tuanya
Anak perempuan yang sudah menikah tidak diijinkan berkunjung ke rumah orang tuanya pada saat hari Imlek, karena diyakini akan membawa nasib buruk kepada orang tua dan menyebabkan kesulitan ekonomi dalam keluarga tersebut. Menurut tradisi, anak perempuan yang sudah menikah berkunjung ke rumah orang tuanya pada hari kedua tahun baru Imlek.
Selain ke 6 hal diatas, masih terdapat 10 hal lain yang juga ‘Ditabukan’ selama Festival Imlek.

Selama Festival Musim Semi (dimulai dari hari ke-1 hingga hari ke-15 Tahun Baru Imlek) berlaku pantangan sebagai berikut :
1. Tangisan anak dipercaya akan membawa kemalangan ke dalam keluarga. Oleh sebab itu orang tua akan melakukan apapun yang terbaik untuk menjaga agar anak tidak menangis dengan semua cara yang mungkin.
2. Jangan memotong rambut menjelang Imlek. Menurut kepercayaan, kita tak boleh memotong/menggunting rambut pada saat tahun baru Imlek; alasannya keberuntungan kita disepanjang tahun akan ikut terpotong juga.
3. Kunjungan ke rumah sakit selama periode ini juga diyakini akan membawa penyakit kepada orang yang bersangkutan di tahun yang baru. Oleh sebab itu, hindari melakukan kunjungan ke rumah sakit, kecuali benar-benar dalam situasi gawat darurat.
4. Pencuri : Jangan biarkan orang lain mengambil apapun langsung dari saku Anda (termasuk uang) selama Festival Musim Semi. Berhati-hatilah agar Anda tidak kecopetan, karena hal ini pertanda akan adanya pencurian terhadap seluruh kekayaan Anda di tahun yang baru.
5 Hutang : Jangan meminjamkan uang di hari tahun baru, dan usahakan semua hutang harus dibayar lunas sebelum malam tahun baru. Jika ada seseorang yang berhutang uang kepada Anda, jangan datang menagih ke rumahnya. Orang yang melakukan hal ini dikatakan akan sial sepanjang tahun.
6. Tempat penyimpanan beras tidak boleh kosong. Jika tidak, akan megakibatkan ketidakpastian dan masa depan yang suram. Berhenti atau tidak memasak selama periode tahun baru merupakan pertanda yang buruk.
7. Pakaian yang robek : Jangan mengenakan pakaian baru yang robek. Jika ada yang mengenakannya di bulan pertama tahun yang baru, terutama anak-anak, dikatakan akan membawa kemalangan.
8. Jangan terluka : Terluka selama Festival Musim Semi harus dihindari, karena darah dianggap sebagai pertanda buruk akan datangnya malapetaka, seperti luka karena pisau atau bencana berdarah lainnya.
9. Jangan mengenakan pakaian berwarna putih atau hitam, karena sesuai tradisi kedua warna ini berkaitan dengan hal perkabungan.
10. Jangan memberi hadiah seperti gunting dan cermin, karena benda-benda ini memiliki makna yang tidak baik dalam budaya Imlek.
READ MORE - 6 Hal Yang Seharusnya Tidak Dilakukan Pada Saat Imlek

Jangan Memasang Karakter/Huruf “FU” Secara Terbalik

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Jangan Memasang Karakter/Huruf “FU” Secara Terbalik
Sebentar lagi Festival Musim Semi, semua orang Tionghoa yang merayakan Imlek biasanya akan menempelkan karakter huruf 福 (Fu) yang berarti keberuntungan pada pintu, jendela, dinding atau palang rumah mereka. Hal ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun orang Tionghoa hingga sekarang.
Tetapi, ada cerita yang unik dibalik pemasangan karakter huruf 福 (Fu) yang dipasang secara terbalik dengan tujuan ucapan selamat datangnya musim semi dan berdoa untuk kebahagiaan.
Namun mengapa harus sampai ditempel secara terbalik? Apakah karena orang dulu telah salah menempel lalu dipandang sebagai sesuatu yang bermakna sehingga sampai sekarang orang menempelkan huruf Fu secara terbalik? Atau adakah makna dibalik karakter Fu yang di tempel terbalik?
Konon Orang-orang dulu menyebutkan, menempel karakter Fu dengan cara terbalik dalam bahasa China 福 倒 (Fu Dao) artinya “keberuntungan memutar terbalik”, tetapi 倒 (dao) “terbalik” juga terdengar sama sebagai 到 (dao) yang berarti “tiba”, dengan demikian representasi tersebut juga umumnya berarti 福倒 (Fu Dao) yang artinya “keberuntungan yang akan tiba atau datang”.
Dengan demikian tujuan mengubahnya terbalik adalah untuk melambangkan makna “keberuntungan tiba atau datang” selama tahun baru nanti. Ketika keberuntungan terbalik itu berarti “Keberuntungan datang” atau “nasib telah tiba”. Di bawah ini ada asal usulnya.
Tetapi, dalam menggantungkan karakter huruf 福 (FU) sebaiknya JANGAN DIBALIK. Jangan ikut-ikutan tahayul yang salah. Nantinya bukan mendapatkan rejeki dan harta, tapi malah mendapatkan musibah. Maka dari itu YANG BENAR JANGAN SENGAJA DISALAH- SALAHKAN.
Karakter Fu Terbalik
Karakter huruf Fu yang dipasang terbalik pada pintu rumah
Berikut asal usul kenapa huruf “Fu” sampai dipasang secara terbalik
Pada zaman dahulu, khususnya zaman dinasti Ming, ada seorang tukang kayu yang sangat ternama. Ia pandai membangun rumah, tata letak rumah, dan ia juga suka mengukir motif bunga yang indah di sebuah kayu atau batang pohon. Konon ukiran atau lukisan hasil karyanya mirip seperti aslinya. Karena keahliannya yang luar biasa dalam membangun, mengukir, dan melukis, orang pada zaman itu menjulukinya dengan sebutan “Tai Shan”.
Tai Shan adalah nama sebuah gunung yang terkenal dengan keindahannya dan kekokohannya di propinsi Shan Dong, maksud mereka rumah yang dibangun oleh “Tai Shan” akan sekokoh gunung Tai. Karena itu barang siapa yang bisa memakai Tai Shan untuk membangun sebuah rumah yang lengkap dengan segala ukiran dan lukisannya, akan disebut beruntung.
Bahkan orang-orang dari seluruh penjuru negeri akan berbondong-bondong melihat rumah itu dan mengaguminya, sehingga pemilik rumah bertambah bangga. Dan biasanya jika Tai Shan sudah bersedia membangun rumah yang indah untuk seseorang, maka orang itu akan menjamu Tai Shan minuman anggur yang baik dan makanan yang lezat. Maksud mereka adalah supaya Tai Shan dan semua muridnya bisa lebih semangat membangun rumah mereka.
Suatu hari, ada seorang pedagang kaya yang berniat mengundang Tai Shan dan para muridnya membangun rumah baginya. Sungguh susah mengundang Tai Shan, ia harus mengantri lama dan bernegosiasi alot untuk dapat mengundangnya. Setelah Tai Shan setuju, pedagang itu sangat senang.
Ia terkagum-kagum saat menyaksikan rumahnya selesai dibangun. “Sungguh seni tata ruang dan desain interior yang luar biasa, “ Demikian ia mengagumi karya Tai Shan. Belum lagi ukiran-ukiran indah dengan nilai seni yang sangat tinggi menghiasi berbagai sudut rumah. Lukisan yang seindah warna aslinya menambah elok rumah tersebut.
“Saya sudah pergi ke berbagai penjuru negeri, tetapi belum pernah melihat rumah sekokoh dan seindah rumah ini.” Demikian si pemilik rumah berkata kepada rekan-rekan bisnis dan orang-orang di sekitarnya.
Kabar ini tersiar luas sehingga para tentangga dan orang dari berbagai daerah datang ke daerah itu hanya untuk membuktikan bahwa rumah kokoh dan indah serta menjadi bahan pembicaraan masyarakat itu bukanlah isapan jempol belaka.
Umumnya orang terkagum-kagum dan menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari hanya untuk melihat setiap sudut rumah sang pedagang. Untuk menyatakan kepuasan atas rumahnya, ia mengadakan hajatan sebagai pengucapan syukur.
Ia bukan hanya mengundang kerabat, rekan bisnis, dan tetangganya, tetapi juga mengundang semua orang yang mengagumi rumahnya. Dan ia mengadakan pesta yang terbesar yang pernah ada di daerah tersebut. Karena sang pedagang kaya tahu bahwa Tai Shan dan para muridnya suka jeroan, seperti hati, limpah, rempolo, usus, paru, jantung, maka ia menyimpan sejeroan hanya untuk Tai Shan dan para muridnya.
Dan supaya lebih enak, semua jeroan itu direndam di dalam minyak yang paling enak dan mahal saat itu, lalu digoreng, dan setelah itu dibungkus rapi dalam kemasan yang baik. Ini dimaksudkan agar Tai Shan dan muridnya, dalam perjalanan pulang ke kampung mereka, masih bisa menyantap makanan kesukaan mereka itu.
Namun, Tai Shan waktu itu salah mengerti maksud sang pedagang kaya. Ketika mereka tiba di tempat pesta, mereka melihat bahwa semua tamu sudah menyantap makanan sehingga tersisa sedikit dan tidak ada sisa jeroan sama sekali. Tai Shan berpikir bahwa si pedagang sungguh tidak menghargainya karena tidak menyisihkan makanan kesukaannya.
Tai Shan panas hati dan berniat memberi pelajaran kepada pemilik rumah. Pada larut malam setelah semua orang tidur, Tai Shan dan para muridnya diam-diam mulai membuat beberapa aksesori dalam rumah agar mudah rusak, bahkan merusak beberapa aksesori penting (namun tidak mudah terlihat kalau aksesori itu sudah dirusak). Tai Shan percaya kalau aksesori rumah dirusak, maka ini akan mempengaruhi bisnis seseorang.
Pada keesokan harinya, setelah selesai sarapan, mereka segera meninggalkan rumah pedagang kaya itu dengan sikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ketika berpamitan, sang pedagang menitipkan bungkusan yang lumayan besar kepada para muridnya.
Pikirannya hanyalah sesegera mungkin meninggalkan rumah itu agar bila si pedagang menemukan rumahnya telah dirusak, maka tidak akan berpikir bahwa dia yang merusaknya, karena dirumah pedagang itu sebagian tamu juga belum pulang.
Tai Shan mengutuk dan mengomel pedagang itu sepanjang jalan. Ketika hari sudah siang dan mereka sudah menempuh perjalanan yang jauh, seorang muridnya memohon untuk istirahat dan mencari makan. Betapa terkejutnya Tai Shan ketika para muridnya membuka bungkusan yang diberikan kepada mereka.
Ternyata jeroan yang diinginkannya semua ada didalam bingkisan itu. “Demikian banyaknya, jangan-jangan semua jeroan disimpan hanya untuk saya,” ujar Tai Shan.
Tai Shan pun menyadari bahwa dia telah bersalah pada pedagang itu, hatinya tidak tenang. Akhirnya ia menulis beberapa huruf “Fu” dan memerintahkan kepada para muridnya untuk segera berlari dan menempelkan beberapa huruf “Fu” terbalik di semua pintu rumah pedagang itu sambil berteriak, “Fu Dao Le!”.
“Ajaklah sebanyak mungkin orang untuk bersama-sama berseru Fu Dao le. Hanya dengan cara demikian kutuk dan kesialan yang dirancang Tai Shan bisa dipatahkan, dan sebaliknya berkat akan melimpah pada pedagang itu,” pesan Tai Shan.
Ketika para murid Tai Shan tiba di rumah pedagang tersebut, terlihat bahwa sang pedagang bersiap untuk memulai bisnisnya, maka para murid sesegera mungkin menempelkan “Fu Dao” sambil berseru dan mengajak orang lain untuk berteriak “Fu Dao”.
Orang-orang pun heran dan bertanya “Bukankah yang kalian tempel itu Fu Dao (berkat terbalik)? Dan para murid Tai Shan pun menjawab, ”Ya, tetapi persamaan bunyi dari huruf ini adalah Fu Dao (berkat sampai melimpah). Hanya dengan demikian berkat itu akan melimpah dan keberuntungan akan mengalir kepada pedagang itu.
Beberapa waktu berselang, pedagang kaya itu bertambah makmur dan kaya raya. Oleh karena itu, orang-orang yang hadir saat itu mulai menempelkan huruf Fu Dao di pintu-pintu mereka dengan harapan berkat akan sampai dan melimpah dalam kehidupan mereka seperti yang dialami pedagang tersebut.
Pada dewasa ini hampir di setiap toko, pusat perbelanjaan, bahkan di pintu-pintu rumah tinggal orang menempelkan huruf Fu Dao (Dao berarti terbalik) agar Fu (berkat) benar-benar Dao (Sampai).
Karakter huruf Fu
Artian setiap goresan huruf Fu
Demikian asal usul huruf “Fu” yang dipasang secara terbalik diatas. Tentunya kita jangan sampai ikut-ikutan dengan kasus yang terjadi diatas, yang menurut penulis hanyalah sebuah “kecelakaan” akibat rasa sirik yang timbul dari dalam hati.
Mari kita lestarikan tradisi dan budaya Tionghoa yang BENAR, dengan memasang/menempel/menggantung hiasan huruf/karakter FU di rumah dengan posisi yang BENAR (menghadap keatas), jangan dibalik/diputar. Bagi orang awam, ini akan makin terlihat aneh dan bodoh.
Catatan : Asal usul huruf Fu yang dipasang terbalik ini sebenarnya ada beberapa versinya. Bisa jadi hanyalah sebuah karangan manusia saja, yang mungkin memang tidak tahu, atau memang sirik dengan kebudayaan orang Tionghoa
READ MORE - Jangan Memasang Karakter/Huruf “FU” Secara Terbalik

3 Cerita Legenda Tahun Baru Imlek Terpopuler Di Masyarakat

 
3 Cerita Legenda Tahun Baru Imlek Terpopuler Di Masyarakat

Ada baiknya kita perlu mengetahui cerita2 dibalik perayaan terpenting dari suku Hua ini. Ada banyak cerita legenda mengenai tahun baru Imlek. Di sini kami bagikan 3 cerita legenda terpopuler yang beredar di masyarakat :

1. Legenda Mengapa Tahun Baru Imlek Dirayakan
Hari tahun baru dalam bahasa Mandarin disebut dengan Guo Nian (过年) yang berarti ‘merayakan tahun yang baru)’ atau ‘mengalahkan Nian’. Karakter 年 (Nián) dapat bermakna ‘monster Nian’.
Pada jaman dahulu, hiduplah sesosok monster yang dinamakan Nian (年, atau Nianshou 年兽), berkepala panjang dan bertanduk tajam, sepanjang tahun mendiami dasar laut yang dalam dan hanya muncul pada malam tahun baru untuk memangsa manusia dan makhluk hidup lainnya di pemukiman desa terdekat.
Oleh sebab itu, pada malam tahun baru penduduk desa melarikan diri, mengungsi ke gunung-gunung yang terpencil, agar jangan sampai dilukai oleh monster ini. Mereka selalu hidup dalam ketakutan akan ancaman monster ini hingga suatu ketika datanglah seorang pria tua berambut putih dan kulit kemerahan mengunjungi desa tersebut.
Pria tua tersebut menolak untuk ikut bersembunyi bersama dengan penduduk desa lainnya, sebaliknya dia justru malah berhasil menakut-nakuti monster itu hingga pergi, yaitu dengan cara menempelkan kertas berwarna merah di pintu, membakar batang bambu untuk menciptakan bunyi retakan yang keras (pelopor digunakannya petasan), menyalakan lilin di dalam rumah, dan mengenakan pakaian berwarna merah.
Ketika penduduk desa kembali, mereka sangat terkejut menemukan desa mereka dalam keadaan utuh, tidak hancur.
Setelah kejadian tersebut, pada setiap malam tahun baru penduduk desa melakukan seperti apa yang diperintahkan pria tua itu dan monster Nian tidak pernah lagi menampakkan dirinya. Tradisi ini berlanjut terus hingga sekarang dan telah menjadi cara terpenting dalam merayakan datangnya tahun yang baru.

2. Legenda Mengapa Orang Memberi Angpau Saat Imlek
Chinese new year, giving red packet.
Selama periode tahun baru Imlek, bagi yang sudah berkeluarga atau bagi yang lebih tua, wajib hukumnya memberikan angpau kepada anak-anak atau kepada yang belum menikah. Angpau disebut juga dengan yasui qian (压岁钱), yang mempunyai arti ‘uang yang dapat memberangus hantu’.
Menurut legenda, selain monster Nian, hidup pula sesosok hantu yang bernama Sui, yang keluar pada malam tahun baru, untuk menakut-nakuti anak-anak pada saat mereka tertidur.
Dikatakan bahwa anak-anak yang disentuh oleh hantu ini terlalu takut untuk berteriak, sehingga akan mengalami demam tinggi dan menjadi tidak stabil secara mental. Untuk menjaga agar anak-anak tetap aman terhindar dari ancaman hantu Sui, para orang tua harus menyalakan lilin dan tetap berjaga sepanjang malam.
Pada suatu malam tahun baru di sebuah rumah keluarga pejabat, sang orang tua memberikan 8 keping uang logam sebagai mainan, agar si anak tetap terjaga, dan terhindar dari ancaman dilukai oleh hantu tersebut.
Sang anak membungkus keping uang logam tersebut dengan kertas berwarna merah, kemudian membukanya, lalu membungkusnya kembali, dan membukanya kembali, begitu seterusnya sampai si anak lelah bermain dan jatuh tertidur.
Kemudian sang orang tua akan menempatkan bungkusan berisi 8 keping uang logam tersebut di bawah bantal si anak. Ketika hantu Sui mencoba menyentuh dahi sang anak, kedelapan keping uang logam tersebut akan memancarkan cahaya yang kuat dan menakut-nakuti hantu tersebut hingga pergi.
Kedelapan keping uang logam tersebut menjadi sosok 8 peri pelindung. Sejak saat itulah, memberi angpau menjadi cara untuk menjaga agar anak-anak tetap aman dan membawa keberuntungan.

3. Legenda Mengapa Bait Sajak Musim Semi Ditempelkan
Tercatat bahwa asal mula bait sajak musim semi sudah ada sejak 1,000 tahun yang lalu, yaitu ketika orang menggantungkan taofu (桃符), jimat yang ditulis pada kayu persik di pintu.
Menurut legenda, dalam dunia hantu terdapatlah sebatang pohon persik yang sangat besar membentang sejauh lebih dari 1,500 km di atas gunung.
Menghadap timur laut pohon tersebut, terdapat 2 pengawal bernama Shentu dan Yulei, yang berjaga di pintu masuk dunia hantu. Mereka akan menangkap hantu-hantu yang melukai manusia, kemudian dijadikan sebagai santapan kepada harimau.
Itulah sebabnya kedua pengawal ini sangat ditakuti oleh para hantu. Dipercaya bahwa dengan menggantungkan sepotong kayu persik di pintu dengan nama kedua pengawal terpahat di atasnya, dapat mengusir pergi para hantu.
Pada dinasti Song (960 – 1279) orang mulai menuliskan 2 bait kalimat yang berlawanan pada kayu persik, sebagai ganti nama kedua pengawal tersebut.
Lambat laun, kayu persik mulai digantikan dengan sehelai kertas berwarna merah, yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Sejak saat itu, menempelkan bait sajak musim semi menjadi tradisi dalam menyambut tahun yang baru dan sebagai ungkapan akan harapan yang baik.
READ MORE - 3 Cerita Legenda Tahun Baru Imlek Terpopuler Di Masyarakat

Inilah 7 Dekorasi Untuk Tahun Baru Imlek

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Inilah 7 Dekorasi Untuk Tahun Baru Imlek

Sebagian besar masyarakat Tionghoa mulai menghias dekorasi rumah sejak 10 hari sebelum menjelang Imlek. Hampir semua dekorasi menggunakan warna merah dan gambar-gambar keberuntungan. Tahun 2017 merupakan Tahun Ayam, sehingga dekorasi berupa ayam akan lebih dominan.

1. Lampion Berwarna Merah – Mengusir Pergi Kemalangan
Lampion merah digunakan dalam berbagai pesta dan festival penting, seperti Festival Imlek, Festival Lampion (Cap Go Meh) dan Festival Pertengahan Musim Gugur (Tiong Chiu). Sementara lampion berwarna putih digunakan pada acara berkabung.
Selama Tahun Baru Imlek, lazim dijumpai banyak lampion yang tergantung di pohon-pohon di sepanjang jalan pusat pecinan, gedung-gedung perkantoran, dan pintu-pintu depan rumah. Menggantung sepasang lampion di depan pintu rumah dipercaya dapat mengusir pergi nasib buruk.
Seiring dengan perkembangan jaman, bentuk2 lampion mulai dibuat unik. Salah satunya adalah lampion yang dibuat dari kertas pembungkus angpau. Untuk cara pembuatannya dapat pembaca baca di artikel ini.

2. Untaian Bait Sajak di Pintu – Harapan Baik di Tahun Mendatang
Untaian bait sajak Tahun Baru (对联; duìlián) ditempelkan pada pintu masuk rumah. Bait sajak tersebut mengungkapkan pernyataan atau pengharapan yang baik.
Harapan baik di tahun baru biasanya dinyatakan secara berpasangan (sajak 2 bait), karena dalam budaya Tionghoa, jumlah yang genap berkaitan dengan nasib baik dan keberuntungan. Untaian bait sajak berupa seni tulis kaligrafi yang ditulis menggunakan kuas bertinta hitam di atas sehelai kertas berwarna merah.
Kedua baris bait sajak biasanya terdiri dari 7 karakter yang ditempel pada kedua sisi pintu keluar masuk. Kebanyakan isi sajak bercerita mengenai datangnya musim semi. Beberapa berisi mengenai pernyataan harapan atau keyakinan si penghuni rumah, seperti keharmonisan dan kesejahteraan.
Sajak ini akan tetap berada di tempatnya sampai diperbarui kembali pada tahun baru berikutnya. Dalam nada yang sama, harapan baik berupa idiom 4 karakter juga sering ditambahkan mendatar pada bingkai pintu.

3. Karya Seni Ukir Kertas – Keberuntungan dan Kebahagiaan
Kerajinan ukir kertas merupakan karya seni disain memotong kertas (dalam warna apapun, tetapi untuk Festival Musim Semi terutama menggunakan warna merah), kemudian ditempelkan pada latar yang berwarna kontras atau pada permukaan yang transparan (seperti jendela).
Ini sesuai dengan adat masyarakat di Tiongkok utara dan tengah yang menempelkan karya seni ukir kertas berwarna merah pada pintu dan jendela rumah.
Gambar berupa tanaman atau hewan yang melambangkan keberuntungan biasanya menjadi tema dari karya seni ukir kertas di Tahun Baru. Setiap hewan atau tanaman mewakili harapan yang berbeda.
Beberapa contoh hasil seni ukir kertas, misalnya buah persik melambangkan umur panjang, buah delima melambangkan kesuburan, bebek mandarin melambangkan cinta, pohon pinus melambangkan awet muda, bunga peony melambangkan kehormatan dan kekayaan, burung murai yang bertengger di atas dahan pohon prem pertanda akan segera terjadi peristiwa yang menguntungkan, dsb.

4. Lukisan Tahun Baru – Simbol Salam Tahun Baru
Lukisan Tahun Baru (年画; niánhuà) dipasang pada pintu dan dinding selama tahun baru bertujuan sebagai dekorasi dan sebagai simbol salam tahun baru. Gambar pada lukisan biasanya berupa tanaman atau hewan yang menurut legenda melambangkan keberuntungan.

5. Karakter Fu – Keberuntungan ‘Dicurahkan’
Yang mirip dengan untaian bait sajak dan karya seni ukir kertas adalah menempelkan kertas kaligrafi berbentuk wajik berukuran besar dengan karakter Mandarin 福 (fú) pada pintu rumah.
Adapun versi lain dari Karakter Fu ini adalah dengan sengaja dibuat / ditempel terbalik. Fu berarti ‘nasib baik’. Dengan menempatkan karakter tersebut dengan posisi bagian atas dibalik ke posisi bawah, mengartikan bahwa mereka menginginkan ‘nasib baik’ “ditumpahkan atau tercurah” ke atas mereka.
Posisi yang benar dari karakter ini menurut aslinya adalah piktogram dari sebuah kendi. Jadi dengan membalikkan posisi karakter tersebut ibarat sedang “menuang” nasib baik keluar dari kendi kepada semua orang yang masuk melalui pintu tersebut!
Legenda Fu yang Terbalik
Tradisi yang menarik ini mungkin berasal dari kesalahan yang tidak disengaja. Pada suatu hari di di Hari Tahun Baru Imlek (tidak diketahui tahun persisnya), sebuah keluarga membuat kesalahan ceroboh dengan memasang 福 (fu) secara terbalik.
Pada hari pertama di tahun baru, datanglah tamu pertama yang berkunjung, melihat huruf 福 dalam posisi terbalik, serta-merta berseru “你們的福倒了! (Nǐmen de fú dàole) Yang kira-kira berarti “berkah kalian telah turun!”
Huruf 倒 (dao) selain mempunyai arti ‘terbalik’, juga berarti “tumpah”. Sehingga kalimat “你們的福倒了!” juga dapat diartikan sebagai ‘fu (berkah) kalian sudah tercurah’. Lama kelamaan masyarakat mulai menggemari makna alternatif ini, sehingga mulailah dipasang dekorasi fu dalam posisi terbalik untuk “memohon” ‘curahan berkat’.
Konon tradisi menempel karakter Fu (福) secara terbalik ini digemari etnis Tionghoa di Malaysia, dan mulai menyebar ke Singapore dan Indonesia pada 1 dekade terakhir.

6. Pohon Kumquat – Harapan akan Kekayaan dan Keberuntungan
Dalam bahasa kanton, kumquat (kumkuat) disebut ‘gam gat sue’. Kata ;gam; (金; Jīn) merupakan bahasa kanton untuk kata ‘emas’, dan kata gat memiliki lafal seperti kata ‘beruntung’ dalam Bahasa Kanton.
Demikian pula dalam Bahasa Mandarin, kumquat disebut Jinju shu (金桔树; jīnjú shù). Kata ‘jin’ (金) berarti ‘emas’. Sementara kata ‘ju’ memiliki pelafalan yang mirip seperti kata ‘beruntung’ (吉; jí).
Oleh sebab itu, keberadaan pohon kumquat di dalam rumah melambangkan harapan akan kekayaan dan keberuntungan. Pohon kumquat merupakan tanaman yang sangat populer dipajang selama festival tahun baru, terutama di Tiongkok selatan yang berbahasa kanton, seperti Hong Kong, Makau, Guangdong dan Guangxi.

7. Bunga yang Mekar – Harapan akan Tahun yang Sejahtera
Tahun Baru Imlek disebut juga dengan Festival Musim Semi, menandakan dimulainya periode musim semi. Menghias rumah dengan bunga yang bermekaran sangatlah umum, sebagai lambang tibanya musim semi dan harapan akan tahun baru yang lebih sejahtera.
Menurut tradisi, tanaman yang populer digunakan selama periode ini adalah : bunga prem yang berkembang, anggrek, peoni dan persik. Di Hong Kong dan Makau sendiri, tanaman dan bunga sangatlah populer digunakan sebagai dekorasi tahun baru Imlek.
Sementara di Indonesia, pohon sakura atau pohon Meihua (美花) yang lebih dikenal dengan sebutan pohon Imlek yang berwarna merah muda, sangat populer di masyarakat Tionghoa.
Pohon ini biasa dihias dengan aneka gantungan ornamen khas Imlek, seperti lambang shio2, ornamen ikan, dan kertas angpau (sering juga disebut pohon angpau)
READ MORE - Inilah 7 Dekorasi Untuk Tahun Baru Imlek
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.