Kisah dan Asal Usul Dewa Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Tee) - 玄天上帝 Bagian 2 dari 3 Artikel

Kisah dan Asal Usul Dewa Xuan Tian Shang Di (Hian Thian Siang Tee) - 玄天上帝 Bagian 2 dari 3 Artikel
Kelenteng Zi Xiao Gong terletak di puncak timur laut, bangunan inilah yang paling lengkap, dan merupakan pusat dari keseluruhan rangkaian tempat ibadah di gunung itu. Patung perunggu Zhen Wu Da Di hasil pahatan Guru Ji itu ditempatkan disini. Di kelenteng ini anda akan melihat juga lambang gunung Wu Dang Shan yaitu patung kura-kura dan ular. Patung logam itu menggambarkan seekor kura-kura sedang dililit erat-erat oleh seekor ular.
Katanya sang ular bermaksud memaksa sang kura-kura memuntahkan semua isi perutnya.Menurut kepercayaan, kura-kura itu berasal dari perut besar (maag) dan sang ular dari usus Zhen Wu, yang berubah rupa. Dikisahkan bahwa suatu ketika dalam samadhinya yang tanpa makan dan minum, Zhen Wu alias Xuan Tian merasakan usus dan lambungnya sedang bertengkar. Rupanya rasa lapar yang amat sangat menyebabkan kedua organ itu saling menyalahkan. Zhen Wu menyadari kalau hal ini dibiarkan dapat mempengaruhi ketentraman batinnya. Dalam kejengkelannya, ia lalu membelah perutnya dan mengeluarkan kedua anggota badan itu, lalu dilemparkan ke rerumputan di belakangnya, kemudian seperti tanpa terjadi sesuatu ia melanjutkan samadhinya.Sang perut besar (lambung) dan usus karena tiap hari mendengarkan Zhen Wu membaca ayat-ayat suci Dao, lama kelamaan memiliki tenaga gaib juga.
Keduanya lalu berubah menjadi kura-kura dan ular dan menyelinap turun gunung untuk memakan ternak, dan juga manusia. Zhen Wu yang telah menjadi dewa, sangat murka akan kejadian ini. Dengan pedang terhunus dan mengendarai awan ia turun gunung. Tebasan pedangnya dipunggung kura-kura meninggalkan bekas sampai sekarang. Sejak itu punggung kura-kura tampak guratan-guratan seperti bekas tebasan pedang. Dengan tali wasiat diikatnya leher sang ular, sehingga sejak itu leher ular menjadi lebih kecil dari tubuhnya.Kura-kura dan ular setelah ditaklukkan, memperoleh pangkat “erjiang” yang berarti “dua panglima”, dan menjadi landasan tempat duduk Zhen Wu.
Tapi sang kura-kura rupanya msih belum hilang watak silumannya. Hal ini diketahui oleh Zhen Wu, beliau lalu memerintah sang ular melilit tubuh kura-kura erat-erat, agar segala barang yang pernah ditelannya dimuntahkan kembali, dan supaya mengungkapkan segala kejahatan yang telah dilakukannya. Patung dari kura-kura dan ular ini sampai sekarang masih ada di ruang belakang kelenteng Zi Xiao Gong dan selanjutnya dijadikan logo yang melambangkan gunung Wu Dang Shan.Masih ada satu peninggalan penting yang ada sangkut pautnya dengan Zhen Wu Da Di, yaitu sebuah sumur yang dinamakan Mo Zhen Jing (Sumur tempat mengasah jarum).
Konon pada waktu Zhen Wu sedang melakukan tapa di gunung ini, hatinya terasa goyah, Ia lalu memutuskan untuk lari meninggalkan tempat itu. Sampai di tepi sumur ini ia melihat seorang wanita tua sedang mengasah alu besi. Zhen Wu merasa heran lalu menanyakan apa maksud nenek itu mengasah alu besi. Dengan tertawa si nenek berkata bahwa ia sedang mengasah alu untuk membuat jarum sulam. Mendengar jawaban ini Zhen Wu baru menyadari maksud yang terkandung dibalik perkataan sang nenek. Segera ia kembali ke atas gunung untuk melanjutkan tapanya. Nama “mo-zhen-jing” dengan demikian menjadi terkenal. Kini di dekat sumur itu dibangun rangon dan patung seorang nenek tua yang mengasah alu. *
Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.