20 Ajaran Welas Asih Avalokitesvara Bodhisattva" beserta dengan penjelasannya.

20 Ajaran Welas Asih Avalokitesvara Bodhisattva" beserta dengan penjelasannya.
1. Jika orang bikin kita susah , anggaplah itu adalah tumpukan rejeki.
(Untuk apa kita terlalu memikirkan orang yang berbuat seenaknya sendiri dan hanya ingin membalas dendam, meskipun kita tidak melakukan apa-apa, jadi angaplah sebuah tumpukan rejeki karena kita dapat belajar dari orang itu dan melatih kesabaran dan ketabahan kita serta kedewasaan kita yang tidak akan bisa dilatih pada waktu kita senang. Semakin susah kita semakin belajar mengenal hidup yang penuh cobaan ini dan semakin kita dewasa dalam berpikir dan waspada dalam bertindak)
2. Mulai hari ini, belajarlah setiap hari menyenangkan orang lain.
(Bukan menjilat / merayu, juga bukan menuruti semua kehendak orang lain, juga bukan pintar melawak / bermain-main, juga bukan membela / membenarkan yang salah, tetapi menyenangkan orang pada waktu susah dengan melihat orang tersebut meskipun hanya sementara saja, dengan begitu orang tersebut dapat menemukan jalan keluar dari masalahnya sendiri)
3. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan satu tujuan, itulah bahagia.
(Bukan terus-menerus menahan / menerima rasa pahit di hati, tetapi hanya menerima kenyataan dan membuat hati tenang. Kalau hati tenang pikiran kita akan tenang, kalau pikiran tenang kita dapat membedakan benar / salah, kalau kita kita dapat membedakan benar / salah maka kita akan mempertimbangkan tindakan kita, kalau kita mempertimbangkan tindakan kita akan bertindak dengan benar, kalau kita bertindak yang seharusnya kita lakukan maka kita akan merasakan kebahagiaan, kalau kita merasakan kebahagian kita akan berpikir positif, kalau kita berpikir positif maka kita akan berdamai dengan diri kita sendiri, kalau kita berdamai dengan diri sendiri maka kepahitan didalam hati akan lenyap dengan sendirinnya dan kalau kepahitan lenyap maka itulah kebahagian sejati)
4. Lari dan berlarilah yang cepat untuk mengejar hari esok.
(Bukan ambisius / ingin menjadi nomer satu / tak mau kalah dengan orang lain / kehilangan kesabaran / semaunya sendiri, tetapi tidak menyesali masa lalu dan menerima akibat yang sekarang yang harus kita tanggung, tidak mengulangi kesalahan dimasa lalu serta mulai memperbaiki diri sendiri menjadi lebih baik. Yang harus dilakukan / diperbuat berbuatlah dengan hati yang tulus, karena kejadian hari ini akibat dari perbuatan kita kemarin. Kejadian yang akan datang adalah akibat dari perbuatan kita hari ini. Jangan menyesal dan menyalahkan orang lain bila hari ini mendapat masalah, jangan menyesal dikemudian hari bila di kemudian hari akan mendapat kesusahan)
5. Setiap hari kamu sudah harus merasa puas dengan apa yang kamu sudah miliki saat ini.
(Bukan tidak pasrah dan tidak berbuat apa-apa / tidak menyelesaikan masalah / menerima apapun yang terjadi, tetapi kita harus puas apa yang kita miliki agar dapat mengendalikan diri sendiri dan tidak serakah / memaksakan kehendak / egois / iri hati / lupa akan diri sendiri. Jadi kalau kita sudah memiliki kepuasan diri maka kita dapat dengan mudah menerima orang lain sehingga kita mudah dimengerti dan dipahami, tetapi tidak mudah untuk dibohongi / ditekan / dipengaruhi dengan cara apapun itulah pertahanan yang paling kokoh dari dalam diri kita sendiri. Ini semua yang bisa membedakan mana yang benar/ salah dengan baik dan membuat kita dapat berdamai dengan hati nurani kita. Hati nurani manusia adalah pikiran yang tidak bisa dibohongi oleh penipu yang paling wahid sekalipun)
6.Setiap kali kalau ada orang memberi kamu satu, kamu harus mengembalikannya sepuluh kali lipat.
(Bukan seperti orang yang membayar utang sama rentenir / seperti orang bodoh yang melakukan itu / seperti orang yang mudah ditipu / seperti orang memanjakan anaknya, tetapi kebaikan dibalas dengan kebaikan, kejahatan dibalas dengan kebaikan juga, ini bukan munafik kebaikan dibalas kebaikan itu sudah sering terjadi kalau kejahatan dibalas dengan kebaikan bukan berarti membiarkan kita dijahati terus-menerus tetapi kita tidak membalas perbuatannya saja itu juga termasuk kebaikan. Dan jangan terus kita memberi sedikit tetapi minta banyak, itu sama saja dengan egois. Jadi berhati-hatilah dengan orang yang memberi sedikit tetapi meminta imbalan yang banyak orang tersebut seperti anak manja yang sesuka hati, biarkan saja dari pada membuat pengaruh buruk bagi kita)
7. Nilailah kebaikan orang lain terhadap kamu, tetapi hapuskanlah semua jasa yang pernah kamu berikan kepada orang lain.
(Ini bukan mencari nama besar dan kemasyuran, tetapi anggap saja membayar utang dimasa lalu dan mengajari kita untuk tidak menuntut balasan bagi kebaikan yang kita berikan pada orang lain. Ini merupakan suatu cara untuk menjadi lebih dewasa dan mengerti hati nurani kita. Sehingga kita tidak memaksakan kehendak dan menuntut orang lain)
8. Dalam keadaan benar kamu difitnah, dipersalahkan dan dihukum, maka kamu akan mendapat pahala.
(Bukan berarti merasa benar sendiri / merasa benar karena alasan tertentu / membenarkan tindakan kita sendiri meskipun melanggar tata-krama dan ajaran kebenaran / merasa benar meskipun hati nurani kita mengatakan kita salah / merasa benar karena kita sudah dewasa padahal kita mengenal, mengendalikan, mengoreksi dan memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa, ini semua adalah tindakan sesuka hati dan egois. Kebenaran adalah kebenaran, kesalahan adalah kesalahan, bagaimana pun kita merasa diri paling benar tetapi apakah kita sudah bertanya dalam hati kita sendiri, maka dari itu kalau kita benar tetapi masih disalahkan biarkan saja anggap saja kita mendapat pahala yaitu kita dapat lebih mengerti orang lain dan memperoleh pelajaran yang paling berharga yang dapat membuat kita semakin dewasa, sabar dan lebih tabah dalam menjalani kehidupan di masa depan. Karena benar dan salah akan terbukti dengan sendirinya)
9. Dalam keadaan salah kamu dipuji dan dibenarkan, itu merupakan hukuman.
(Bukan dihukum panjung / dipenjara / didenda, tetapi hukuman penyesalan yang lain hari akan kita terima. Sebab bila dalam keadaan salah kamu dipuji dan dibenarkan, maka kamu akan menjadi yakin dengan tindakanmu itu benar meskipun hal itu harus melawan hati nuranimu sendiri sehingga kamu menjadi lupa akan dirimu sendiri dan menjadi merasa paling benar serta tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Ini sangat berbahaya sehingga yang baik kamu anggap jahat, yang jahat kamu anggap baik. Inilah awal dari penyesalanmu, sebab semua kejadian pasti punya awal dan akhir sehingga nanti pada akhirnya yang kamu inginkan tidak terwujud gara-gara mempercayai orang yang jahat dan penyesalan tanpa akhir akan menghantuimu seumur hidup)
10. Orang yang benar kita bela, tetapi yang salah kita beri nasehat.
(Bukan benar salah menurut kita sendiri / sok jagoan / pilih kasih / benar karena kita mempunyai kepentingan / juga benar karena kita satu jalan kebenaran / juga benar karena kita mempunyai tujuan, Tetapi kebenaran adalah kebenaran, kesalahan adalah kesalahan. Kalau kita tidak bisa melihat benar / salah lebih baik kita bersikap neteral, kalau kita tidak tahu akar masalahnya lebih baik kita diam saja. Jangan mendengar satu pihak dan menyalahkan pihak lain, jangan merasa kita sudah berada dalam jalan kebenaran terus menjadi dewa keadilan yang bisa memngatakan mana yang benar dan mana yang salah. Hati manusia bagaikan laut yang sangat dalam tidak dapat dilihat dari apa yang ia lakukan, katakan dan pelajari. Jadi benar / salah hanya bisa dilihat oleh hati nurani, yang benar harus dibela yang salah harus dinasehati tetapi bila yang salah merasa benar kita pun tidak akan bisa berbuat apa-apa, biarkan saja ia berbuat semaunya nanti akibat yang ditanggung oleh dirinya sendiri)
11. Jika perbuatan kamu benar, kamu difitnah dan dipersalahkan, tetapi kamu menerimanya, maka akan datang rejeki kepadamu yang berlimpah-limpah.
(Bukan munafik / sok suci / sok bijak / sok baik / pasrah dijahati orang lain. Tetapi dengan menerima kenyataan, maka kamu berusaha untuk bersikap tenang, dengan ketenangan kamu mulai melihat kenyataan dan mulai meupakan orang yang jahat padamu, dengan begitu kebencian akan hilang, bila kebencian hilang meskipun kamu bertemu orang tersebut kamu bisa menganggap orang lain, dengan begitu kamu bisa berkerja dengan tenang dan hidupmu dan melakukan perkerjaanmu dengan tenang sehingga rejeki akan datang. Anggaplah apa yang terjadi adalah pelajaran yang paling berharga dan jangan mengulangi lagi serta terpengaruh orang jahat)
12. Jangan selalu melihat / mengencam kesalahan orang lain, tetapi selalu melihat diri sendiri.
(Bukan tak mau tahu / rendah hati / mau ditekan / membiarkan. Tetapi lebih baik mengoreksi diri sendiri daripada melihat / mengecam orang lain, jadi kalau kita selalu melihat / mengecam orang lain kita akan membuat permusuhan meskipun terkadang kita menasehati tetap saja dianggap mencari permusuhan)
13. Orang yang baik diajak bergaul , tetapi orang jahat dikasihani.
(Bukan pilih-pilih teman / sok suci / sok baik / menutup diri / memandang dunia ini penuh orang jahat / memandang dunia ini orang baik, tetapi bila kita bergaul dengan semua orang maka kita akan tahu mana yang jahat dan mana yang baik, tetapi bila kita tidak bergaul dengan semua orang mana mungkin tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Yang baik dianggap jahat dan yang jahat dianggap baik, yang tulus dianggap main-main dan yang main-main dianggap tulus. Ini semua bisa dianggap tidak mengerti dunia luar apa mau dilindungi terus-menerus tanpa tahu kenapa ia tidak boleh bersikap begitu. Dan ketika ia merasa yakin bahwa orang itu baik meskipun jahat dan orang yang dianggap jahat padahal baik, kamu akan mati-matian membela tanpa mau tahu mana yang benar dan mana yang jahat. Ini semua akan mem,bawa penyesalan seumur hidup. Serta kalau kita bergaul dengan semua orang kita dapat mempelajari sifat semua orang yang benar kita buat contoh dan yang tidak benar kita anggap pelajaran yang paling berharga dan jangan kita tiru. Jangan mudah percaya / dihasut / diadu domba / dipengaruhi / dikerjai / dirayu / dibohongi orang lain, pelajari dahulu dan pikirkan serta gunakan hati nurani mu untuk mencari kebenaran, itulah yang membuat kita semakin dewasa. Jadi gunakan kenyataan dan hati nurani mu melihat semua kejadian jangan mengikuti perasaan mu saja / melihat saja tanpa perasaan, Kalau kita melihat orang tersebut berbuat jahat, kalau kita curiga waspadailah dan jangan terlalu dekat dengan orang itu. Kalau kita dinasehati orang lain dan mengatakan orang itu jahat lebih baik kita hati-hati dan perhatikan baik-baik serta selidikilah dahulu sehingga kita tahu orang itu jahat / tidak. Jadi hati-hatilah memilih teman jangan seperti anak kecil yang tak tahu apa-apa dan yang penting hati senang serta tidak membedakan baik / jahat)
 14. Kalau wajahmu tersenyum, hatimu senang pasti aku terima.
(Bukan tersenyum karena terpaksa / kesinisan / kemenangan / kemauanya dituruti / tipu daya / dibutuhkan / memikirkan yang bukan-bukan , tetapi tersenjum dengan hati, bagaimana pun marahnya seseorang kalau kemarahan mulai mereda ia melihat senyuman yang tulus dan hati nurani yang paling dalam ia akan kehilangan amarahnya. Tetapi jangan dicoba untuk hanya sekedar membohongi dan mengerjainya lagi, ia akan lama kelamaan akan mengerti dirimu melebihi dirimu sendiri dan bila orang itu mengenal dirinya sendiri, ia akan membiarkan apapun juga yang kamu perbuat dan kalau perlu ia akan melakukan apa yang kamu takuti agar kamu mendapat pelajaran hidup dan menjadi lebih dewasa)
15. Dua orang saling mengakui kesalahan masing-masing, maka kedua orang tersebut akan berteman sampai akhir hayat.
(Bukan karena terpaksa / merasa salah satu kalah / didamaikan / salah satu membutuhkan, tetapi mereka mulai saling menyadari kesalahan masing-masing dan menyadari persamaan sifat masing-masing dan menyadari persamaan sifat mereka, sehingga mereka saling membuka diri dan tak saling menyerang lagi serta saling teloransi ini yang membuat mereka bisa bersahabat sepanjang masa tanpa saling toleransi diantara mereka, satu orang saja mereka merasa lebih kaya, tinggi, pintar dan hebat dan melakukan tekanan kembali hancurlah persahabatan yang telah dibangun kembali)
16. Saling salah-menyalahkan, maka akan mengakibatkan putus hubungan.
(Jika dua orang saling menyalahkan maka keduanya akan saling menyerang dengan begitu keduanya akan saling terluka dan tidak akan mau berdamai, meskipun didamaikan dengan orang yang ahli mendamaikan pun akan sia-sia. Jika salah satu sudah tidak mau menyalahkan tetapi masih juga disalahkan maka ia akan menjahui orang tersebut dan ia tidak akan mau menemui orang itu sampai kapanpun)
17. Kalau kamu rela dan tulus menolong orang yang dalam keadaan susah, maka jangan sampai diketahui bahwa kamu sebagai penolong.
(Bukan karena sok baik / sok suci / sok mengikuti ajarannya / menunggu agar orang yang ditolong tahu dan ia akan membalas budi , tetapi menolong dengan hati yang tulus tanpa meminta apa-apa)
18. Jangan membicarakan sedikitpun kejelekan orang dibelakangnya, sebab kamu akan dinilai jelek oleh si pendengar.
(Bukan karena tak mau tahu / hati-hati / membiarkan kejelekan orang lain, tetapi kalau kita membicarakan orang lain dibelakangnya, itu sama saja mengosip padahal dirinya sendri mungkin berbuat begitu, apalagi orang yang kita ajak bicara mempunyai posisi dan sifat yang sama)
19. Kalau kamu mengetahui orang berbuat salah, maka tegurlah langsung dengan kata-kata yang lemah-lembut, hingga orang itu menjadi insaf.
(Bukan karenan sok baik / sok suci / sok bijak, tetapi memberi nasehat orang yang berbuat salah adalah sama saja membantu orang tersebut supaya tidak menyesal dikemudian hari, tetapi bukan benar / salah menurutmu, tetapi lihatlah dan gunakan aturan tata-krama dan jangan membiarkan dia melawan hati nuraninya sendiri. Ada beberapa cara menasehati orang lain dan tergantung rasa sayang dan keperduliaanmu. Yang pertama: kalau ia berbuat salah, tegurlah langsung dengan kata-kata yang lemah-lembut, hingga orang itu menjadi insaf, ini bisa dilakukan puluhan dan ratusaan kali sehingga kamu mungkin menjadi bosan melakukannya dan akhirnya membiarkannya. Yang kedua tetapi kalau ia malah sengaja berbuat salah didepanmu, tegurlah dengan keras dan marahinya serta hina dia agar mau berubah dan tidak melakukan dengan sengaja perbuatan itu. Yang ketiga: Kalau ia malah semakin menjadi-jadi dan sengaja berbuat salah, biarkan saja dan jangan perdulikan lagi serta jangan dilarang biar ia berbuat semaunya, tetapi kita harus berusaha mengurangi / menghilangkan rasa sayang kita dan keperdulianmu, supaya kamu tidak terpengaruh dan malah marah dan sakit hati, mungkin dengan ini kita dapat mencegah / menghentikan perbuatan yang disengaja itu dan kita dapat menyadarkannya, tetapi akan kehilangan dan paling tidak kita tidak merusak orang lain secara langsung dan tak langsung)
20 . Doa dan sembah sujudmu akan aku terima, apalagi kamu bisa sabar dan menuruti jalanku .
(Bukan berdoa terus-menerus / berdoa karena ingin menunjukan orang lain / terlalu sabar, tetapi kita berdoa dengan ketulusan dan menjalani ajaran jalan kebenaran yang diajarkan dengan sungguh-sungguh tanpa terpengaruh orang lain)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.