KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 4 dari 6 Bagian

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 4 dari 6 Bagian

Khong Hu Cu / Kong Zi di dunia Barat dikenal dengan sebutan Konfusius, sesungguhnya bernama Khong Khiu alias Tiong Ni, yang lahir pada tanggal 27 bulan 8 (imlek) tahun 551 SM di desa Chiang Ping, kota Co Ip, negeri Lo.

Ayah beliau adalah seorang panglima perang yang gagah perkasa dan jujur yang bernama Khong Hut atau lebih dikenal dengan nama Siok Liang Hut. Ibu-Nya bernama Gan Tin Cai. Beliau lahir ketika Raja Muda Siang memerintah negeri Lo. Siok Liang Hut meninggal dunia ketika Nabi berumur 3 tahun, sedangkan Ibu-Nya meninggal ketika Nabi berusia 26 tahun.

Sewaktu Khong Hu Cu masih kanak-kanak, beliau suka sekali menirukan cara-cara persembahyangan, yaitu dengan memperagakan alat-alat persembahyangan. Menanjak pada usia dewasa, beliau gemar akan pelajaran ilmu pengetahuan, tekun mempelajari kesusastraan dan gemar akan musik klasik. Ayah beliau tak meninggalkan banyak harta sehingga kehidupan Ibu Gan Tin Cai dan keluarganya sangat sederhana dan harus berjuang demi penghidupannya. 

Meski demikian, Ibu Gan Tin Cai sangat memperhatikan anaknya. Tetapi dalam usia 17 tahun, Nabi terpaksa berhenti dari sekolah dan bekerja pada keluarga bangsawan Kwisun (salah satu di antara ketiga bangsawan besar di negeri Lo, yaitu Kwisun, Bengsun, dan Sioksun) berturut-turut sebagai pertanian, pegawai peternakan, dan kemudian pengurus rumahtangga. Ketika Khong Hu Cu berusia 19 tahun, menikah dengan seorang putri bangsawan yang cantik jelita bermarga Kiankoan dari negeri Song, yang bernama Si, dari pernikahan itu, Nabi, ketika berusia 21 tahun, mendapatkan seorang putra dan kemudian dua orang putri. Putranya itu bernama Khong Li alias Pek Gi.

Pada tahun 525 SM, Ibu Gan Tin Cai meninggal dunia, karena itu Nabi (26 tahun) melepaskan pekerjaannya untuk melaksanakan masa perkabungan selama tiga tahun. Makam ayah bunda Nabi Khong Hu Cu terletak di suatu tempat di Hong San. Masa berkabung beliau pergunakan untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan. 

Pada saat itu sudah mulai banyak orang yang berguru kepada Nabi. Salah satu cita-cita yang beliau ungkapkan adalah "Aku ingin membahagiakan orang-orang yang telah lanjut usia, bersikap dapatdipercaya kepada kawan, dan mengasuhpara muda dengan kasih sayang."
Demikianlah Nabi mengabdikan dirimendidik generasi muda dari usia 36 tahun hingga kira-kira usia 50 tahun, yang merupakan persiapan tugas mulia, suci, dan besar bagi kemanusiaan.
Ketika Raja Muda Ting memerintah negeri Lo, Nabi Khong Hu Cu pernah berturut-turut memangku jabatan sebagai Menteri Pertanian, Menteri Agung Kehakiman, dan kemudian Perdana Menteri. Sejak mengundurkan diri dari jabatan dalam pemerintahan, hampir seluruh masa hidupnya beliau mencurahkan perhatian untuk mengembangkan ajaran-ajaran-Nya dengan mengembara ke berbagai negeri sambil menghimpun dan menyusun kitab suci.

Banyak halangan dan rintangan yang beliau hadapi dalam pengembaraan bersama para murid-Nya. Namun walau pun demikian beliau tidak menjadi getar dan patah semangat. Tiga Belas (13) tahun lebih beliau mengembara mengumandangkan ajaran suci, mencanangkan firman Thian dan baru kembali ke kampung halamannya setelah berusia 68 tahun..

Istri nabi wafat ketika beliau berumur 66 tahun dan dalam pengembaraan. Tiga tahun kemudian setelah kematian Kiankoan Si istrinya, putra Nabi pun meninggal dunia. Khong Li alias Pek Gi meninggalkan seorang putra bernama Khong Khip alias Cu Su yang masih kanak-kanak. Ternyata Cu Su adalah seorang anak yang sangat cerdas dan tekun belajar. Nabi menyerahkan cucu-Nya kepada Cing Cu (seorang murid terpandai Nabi) sebagai pembimbingnya. Namun Nabi pun sering memberikan kepada cucu-Nya juga.
Cu Su ternyata benar-benar menjadi penerus Nabi setelah Cing Cu. Cu Su membukukan Kitab Tengah Sempurna (Tiong Yong atau Cung Yung).


Dari seluruh murid beliau yang berjumlah lebih dari 3000 orang, hanya 72 orang saja yang dinyatakan menguasai enam kepandaian (Liok Gee) yang terdiri dari kesusilaan, musik, memanah, mengendarai kereta, kesusastraan, dan berhitung.
Nabi Khong Hu Cu wafat dalam usia 72 tahun di negeri Lo, pada tanggal 18 bulan 2 (imlek) tahun 479 SM, ketika Raja Muda Ay memerintah negeri itu. Jenasah beliau dimakamkan di kota Kiok Hu dekat sungai Su Swi.

Kelahiran Nabi Khong Hu Cu dan wafat-Nya ditandai dengan berbagai keajaiban,diantaranya ialah munculnya binatang Kilin ketika beliau lahir. Dan terbunuhnya binatang Kilin tersebut dalam pemburuan, oleh Raja Muda Lo Ay Kong pada tahun 481 SM. Ketika binatang kilin itu terbunuh, nabi sedang sibuk menyelesaikan penulisan
Kitab Ngo Keng bersama-sama cucu dan muridnya. Dan setelah beliau mengetahui hal tersebut di atas, Nabi segera menyelesaikan penyusunan dan penulisanKitab Liok Keng (Kitab Ngo Keng + Satu kitab lagi), yaitu Si Keng, Su Keng, Ya Keng, Le Ki, Chun Chiu dan Kitab Musik atau Gak Keng.

Setelah kitab-kitab itu tersebut telah selesai disusun dan ditulis, pada suatu hari beliau mengadakan persembahyangan besar untuk mempersembahkan segala karya suci kepada Thian. Beliau bersujud dan pasrah kepada Tuhan, yang telah memilih dan mengutus Nabi Khong Hu Cu sebagai Bok Tok (Genta Rohani) bagi insani.
Pada permulaan tahun 479 SM, Cu Khong datang menengok gurunya. la melihat gurunya sambil menyeret tongkat dan bernyanyi:
"Gunung besar suatu waktu akan roboh, tiang rumah yang kokoh akan patah. Orang budiman akan layu dan rontok seperti tumbuhan.”

Cu Khong bertanya kepada gurunya, apakah maksud nyanyian itu. Nabi berkata bahwa semalam duduk ditengah-tengah pilar
merah. Itu tandanya hari-hari akhirnya telah tiba. Sejak itu Nabi Khong Hu tidakkeluar lagi dari kamarnya, dan tujuh hari
kemudian wafatlah beliau.
READ MORE - KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 4 dari 6 Bagian

KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 3 dari 6 Bagian

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 3 dari 6 Bagian

Kelenteng Kong Zi atau Kong Miao biasanya memiliki suasana yang hening,tidak terlihat banyak asap Hio yang mengepul dan juga saji-sajian yang diatur di atas meja sembahyang. Di atas altar hanya tampak sejumlah papan.pemujaan yang bertuliskan sebutan orang besar itu, yaitu Zhi-sheng-xian-shi(Ji Seng Sian Su - Hokkian) yang berarti Guru Teladan Sepanjang Masa,seperti yang terdapat di Wen - Miao di Surabaya. Tapi di Qufii, di kelenteng utama Kong Miao di Shandong terdapat patung Kong Zi yang besar dalam pakaian kebesaran, bersama dengan nabi - nabi sebelumnya. 

Pada jaman Tang bahkan semua wanita pergi ke altar Kong Zi untuk memohon anak. Kebiasaan ini hilang pada jaman dinasti Song.Pada masa yang lalu, keluarga terpelajar tentu mempunyai altar pemujaan Kong Zi, dengan sebuah papan yang bertuliskan Tian-di-jun-qin-shi yang berarti Junjungan guru langit dan bumi yang tercinta. Kemudian huruf "Jun" yang berarti junjungan atau raja diganti dengan huruf "Guo" yang berarti negara. Pada waktu anak mencapai usia untuk masuk sekolah, kepala keluarga biasanya membawa sang anak ke Kelenteng Kong Miao untuk membakar Hio dan bersembahyang. Hal ini dilakukan setelah memiliki hari baik untuk upacara itu.

Kong Zi adalah ilmuwan besar yang juga politikus, seorang ahli pendidikan,disamping seorang rohaniawan yang tangguh. Beliau tidak hanya seorang tokoh besar yang jarang ditemukan bandingannya di Tiongkok maupun didunia luar dan tidak hanya Nabi dari Tiongkok, tapi merupakan Nabi Dunia.

Perilakunya menjadi suritauladan bagi umat manusia, semangatnya dikenang oleh generasi seterusnya. Karena itulah, pengaruhnya di dunia internasional sangat besar. Ajaran-ajaran Kong Zi seperti juga tokoh-tokoh besar dunia yang lain, tersebar ke negara-negara di luar Tiongkok, bahkan tidak sedikit yang mempengaruhi kebudavaan mereka.

Pengaruh ajaran - ajaran Kong Zi berkembang pesat di Eropa dan mempengaruhi pikiran para pujangga di benua itu. 

Begitu tinggi penghargaan mereka, bahkan ada yang menganjurkan agar Kong Zi diangkat menjadi Santo dan ditambahkan dalam jajaran Santo Katholik. Diantara para pemujaKong Zi di Eropa ini yang paling terkenal adalah seorang tokoh ilmuwan Perancis, Voltaire (1694 - 1778). Filsuf Perancis pada masa revolusi, Con-dorce, mengatakan bahwa kaidah politik yang pertama adalah adil, yang kedua adalah juga adil dan yang ketiga adalah tetap adil. Pandangan ini jelas sekali berasal dari ajaran Kong Zi yang mengatakan bahwa politik adalah ke-adilan.
SUMBER: buku Dewa Dewi Kelenteng hal 202 - 203

BERSAMBUNG...
READ MORE - KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 3 dari 6 Bagian

KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 2 dari 6 Bagian

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 2 dari 6 Bagian

Kong Zi adalah seorang ilmuwan yang pengaruhnya dalam sejarah Tiongkok sangat besar. Inti pokok ajarannya adalah filsafat yang berdasarkan asas " ren" yang bisa diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai "kebajikan". Orang selalu mendahulukan 'kepentingan orang lain, hidup saling hormat - menghormati dan saling mengasihi adalah inti-sari dari ajaran "ren" ini. 

"Ren"adalah'standar moral tertinggi bagi seseorang yang dicerminkan dalam tingkah laku-yang bersusila atau "li". "Ren" tercermin dari watak, sedangkan"li" dari tingkah laku.Dalam masalah politik, Kong Zi menentang penarikan pajak yang memberat-kan rakyat. Ia menekankan kesederhaan dan pengamatan. 

Dalam menjalan-kan pemerintahan, dia menekankan perlunya moral yang baik dan kebajikandalam mendidik. Dia tak menyetujui penggunaan kekerasan dan ancamanhukuman berat yang sewenang - wenang.Pemujaan terhadap Kong Zi, dimulai pada jaman Kaisar Han Wu Di (HanBu Te - Hokkian) dari dinasti Han (206 SM - 220 SM). Kaisar - kaisar pada jaman berikutnya mengikuti teladannya. 

Kelenteng Kong Zi sejak jaman itu didirikan di mana - mana, sekaligus sebagai tempat pendidikan sastradan pendidikan kebudayaan. Sebab itu, Kelenteng Kong Miao (Kuil Pe-mujaan Kong Zi) disebut juga Wen Miao (Bun Bio - Hokkian) yang berartikelenteng kesusasteraan. Kong Miao terbesar sekarang ini terdapat di Qufu, propinsi Shandong, yang didirikan dekat tempat kelahiran Kong Zi dan jugamakamnya. Kecuali di Taiwan, di Malaysia dan Singapura adajuga pemujaanterhadap Konfusius meskipun hanya sebagai pelengkap di kelenteng lain. 

Satu - satunya kelenteng di Indonesia yang khusus memuja Kong Zi adadi Surabaya, yang didirikan atas anjuran Kang You Wei, yang pada waktuitu sempat singgah di Indonesia dalam peiariannya.Tiap tahun di kelenteng Wen Miao, baik di Qufu ataupun di mana sajadiseluruh Tiongkok (termasuk Taiwan), pada tanggal 28 bulan 9 Imlek, diadakan upacara peringatan hari ulang tahun Kong Zi secara besar - besaran.

Upacara peringatan ini dilakukan dengan pakaian klasik, diiringi musik kuno yang berasal dari jaman Chun-qiu. Hal ini biasanya diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan yang memimpin upacara biasanya para pejabat daerah. Di daratan Tiongkok, dengan berkuasanya kaum komunis, upacaraini mengalami kemunduran besar, baru diijinkan lagi untuk beberapa tahun terakhir ini.

Di Taiwan, karena dijajah oleh Jepang selama 50 tahun, banyak acara -acara dalam rangkaian upacara peringatan kelahiran Kong Zi yang telah hilang, seperti beberapa acara tarian kuno yang semestinya khusus diadakan Seperti yang terjadi di Taipeh pada waktu diadakan peringatan kelahiran Kong Zi di kelenteng Kong Miao, tarian klasik untuk mengiringi upacaradi situ biasanya dibawakan oleh pelajar - pelajar sekolah negeri Da Tong.


Acara ini merupakan hal sangat dibanggakan oleh mereka. Tapi, ketika Taiwan pulih kembali kedaulatannya, setelah Jepang menyerah, didapati bahwa para pelajar itu, pada saat membawakan tarian klasik yang pernah menjadi kebanggaan, mengenakan jubah ma-kwa ala dinasti Qing, memakai sepatu olah raga berwarna putih dan berkepala botak seperti Bikkhu. Semua ini menjadi suatu kombinasi yang acak - acakan mengundang tawa. Hal ini sekarang mulai diperbaiki untuk mengembalikan keasliannya.
SUMBER: buku Dewa Dewi Kelenteng hal 201 - 202

Bersambung....
READ MORE - KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 2 dari 6 Bagian

KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 1 dari 6 Bagian

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 1 dari 6 Bagian

Kong Hu Cu (Confucius) (Tionghoa: 孔 ; Pinyin: Kong) (Tiong: 丘 ; Pinyin Qiū)
Lahir 28 September 551 SM Qufu, Dinasti Zhou; Meninggal 479 SM (usia 71–72) Qufu, Dinasti Zhou. Bapak Pendiri Era Filosofi Kuno, Aliran Pendiri Konfusianisme, Minat utama Filosofi moral, Filosofi sosial,Etika, Gagasan Penting Konfusianisme.


Kong Hu Cu atau Konfusius, kadang- kadang sering hanya disebut Kongcu (Hanzi 孔夫子、孔子, hanyu pinyin: Kongfuzi、Kongzi) (551 SM – 479 SM) adalah seorang guru atau orang bijak yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok. Filsafahnya mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa. Oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu, ia diakui sebagai nabi.

Pengaruh Kong Hu Cu terhadap peradaban Tiongkok tidak boleh dianggap enteng; ajarannya telah meluas ke Jepang, Korea dan Vietnam, khususnya melalui Konfusianisme, doktrin yang dikembangkan murid-muridnya dan para komentator.

Buku Analek adalah sebuah karya singkat yang berisi diskusi dan pembicaraannya dengan murid-muridnya. Ia disusun setelah dia meninggal dan berisi inti-inti ajarannya. Keluarga Khonghucu, KongHuCu adalah putra bungsu Shu Liang He. Ia mempunyai 9 kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-bi. Ibunya bernama Yan Zheng Zai. Ia lahir pada tanggal 27 Ba Yue (bulan 8) 551 Sebelum Masehi di negeri Lu, Kota Zou Yi, Desa Chang Ping di lembah Kong Song (kini jazirah Shandong kota Qu Fu). Nama kecilnya adalah Qiu yang berarti bukit alias Zong Ni artinya Putera kedua dari bukit Ni, beliau menikah dengan puteri Negeri Song yang bermarga Qi Guan. Dari pernikahan ini mendapat seorang putera yang diberi nama Li yang berarti ikan gurami alias Bo Yu. Diberi nama demikian karena pada kelahiran puteranya beliau telah diantari ikan gurami oleh Raja Muda Negeri Lu yang panggilannnya Lu Zhao Gong. Selain Li, Khonghucu masihmempunyai dua orang puteri yang seorang menjadi isteri Gong Ye Chang, murid beliau.

Kronologi tahun
-- Usia 3 tahun ayah beliau Shu Liang He wafat
-- Usia 6 tahun telah menunjukkan sifat- sifat kenabiannya; dalam bermain senang mengajak dan memimpin kawan-kawannya menirukan orang melakukan ibadah dan sembahyang.
-- Usia 15 tahun beliau telah memiliki semangat belajar yang luar biasa.
-- Usia 19 tahun menikah dengan seorang gadis dari marga Jian Guan dari Negeri Song.
-- Usia 20 tahun diangkat menjadi Menteri Lumbung oleh Keluarga Besar Ji.
-- Usia 21 tahun dikaruniai seorang putera yang diberi nama Li alias Bo Yu.Beliau memiliki 1 orang anak perempuan bernama Kong Rao dan seorang anak laki-laki bernama Kong Li.
-- Usia 24 tahun, ibu beliau wafat. Ia berkabung selama 3 tahun. Jenazah kedua orang tuanya dimakamkan di gunung Fang Shan. Setelah selesai masa berkabung beliau sudah banyak menerima murid.
-- Usia 29 tahun beliau belajar musik kepada Shi Xiang, seorang guru musik
termasyur.
-- Usia 30 tahun disertai dua orang muridnya; Nan-Gong Jing-Shu dan Meng Yi Zi (keduanya putera bangsawan besar keluarga Meng, yakni Meng-xi Zi. Ia
berkunjung ke ibukota Negeri Zhou, disana beliau bertemu dengan penjaga perpustakaan kerajaan bernama Lao Dan dan guru musik bernama Chang Hong.
-- Usia 35 tahun beliau pergi ke negeri Qi karena negeri Lu terjadi kekalutan dan Raja mudanya Lu Zhao Gong lari ke negeri Qi. Waktu itu negeri Qi diperintah oleh Raja Muda Qi Jing Gong dengan Perdana Menterinya Yang Ying atau Yan ping Zhong yang terkenal pandai.
-- Usia 36 tahun beliau kembali ke negeri Lu dan meneruskan mendidik murid-
muridnya.
-- Usia 51 tahun sampai 55 tahun beliau aktif dalam pemerintahan yang waktu itu Raja Mudanya ialah Lu Ding Gong. Ia pernah menjabat sebagai Walikota Zhong Dou dan Menteri Pekerjaan Umum. Jabatan yang tertinggi dan terakhir adalah sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Kehakiman (Da Si Kou).
-- Usia 56 tahun pada hari Dong Zhi meninggalkan negeri Lu dan mulai
pengembaraannya ke berbagai negeri sebagai Tian Zhi Mu Duo (Genta Rohani Tuhan). Tian (Tuhan Yang Maha Esa) telah mengutusNya sebagai Nabi Segala Masa, Yang Lengkap, Besar dan Sempurna (Ji Da Cheng). Ia mengembara lebih kurang 13 tahun.
-- Tahun 483 SM Li atau Bo Yu, putera beliau meninggal dunia
-- Tahun 482 SM Yan Hui, murid yang termaju dan diharapkan menjadi penerus
beliau meninggal dunia.
-- Tahun 481 SM salah seorang pegawai Keluarga Besar Ji Kang Zi telah membunuh Qi Lin dalam perburuan Raja Muda Lu Ai Gong.
-- Akhir tahun 480 SM Zi Lu atau Zhong Yu (murid beliau yang gagah berani penuh kejujuran) gugur di Negeri Wei karena di sana terjadi pemberontakan.
-- Tanggal 18 Erl Yue (bulan dua) Nabi Khonghucu wafat.

Para Raja Muda Lu yang memerintah selama masa hidup Khonghucu ialah: Lu Xiang Gong, Lu Zhao Gong, Lu Ding Gong dan terakhir Lu Ai Gong.
Bersambung ....
READ MORE - KISAH NABI KONGHUCU Kong Fu Zi / 孔夫子Pendiri Ajaran Konfusianisme) Artikel 1 dari 6 Bagian

KISAH DAN ASAL USUL LONG NU ( Liong Li / Gadis naga )

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
KISAH DAN ASAL USUL LONG NU ( Liong Li / Gadis naga )

Suatu hari pangeran naga laut timur merubah dirinya menjadi seekor ikan mas agar bisa bebas menikmati pemandangan, siapa tahu karena keasikan dy jadi lupa diri & ahirnya tertangakap oleh jaring nelayan. Untunglah kejadian itu tak lepas dari mata sakti dewi Kwan Im yg segera mengutus San Cai untuk membeli ikan emas itu & mengembalikannya ke laut timur.

Sekembalinya keistana naga sang pangeran langsung menceritakan pengalamannya pada ayahandanya. Raja nagapun bersyukur sekali atas kebaikan sang dewi sehingga dypun segera mengutus putri ke7 nya untuk mengantarkan mutiara naga (Dragon Ball) sebagai ucapan terimakasih kepada Dewi Guan Yin. Sesampainya di Po Tho San, putri naga terkesan sekali dg pembawaan dewi Kwan Im yg agung & welas asih sehingga memutuskan untuk menjadi pengikutnya

Versi cerita 8; dewa Suatu kali Han XiangZi (salah 1anggota 8 dewa) sedang memainkan sulingnya ditepi laut timur, tiba2 muncullah seekor belut emas yg menari2 mengikuti irama sulingnya.Melihat belut yg jinak itu, HXZ pun tertarik & mengajaknya bicara "hai belut, apakah kau berasal dri kerajaan naga?" Si belut mengangguk HXZ melanjutkan "kudengar puteri ke7 raja naga laut timur sangat cantik & aku sudah lama inginberkenalan dengannya, sayang sampai sekarang belum kesampaian..."

Mendengarnya tiba2 sibelut kelihatan malu & kemudian berubah kewujud aslinya yaitu putri ke 7 raja naga laut timur....Suasana menjadi sedikit canggung, namun akhirya cair juga & merekapun menjadi sepasang kekasih...
Sayang ayahanda sang putri rupanya tidak merestui hubungan mereka, apalagi setelah 8 dewa membuat keributan dilaut timur & membunuh 2 putra kesayangannya.
Karena stres dg cintanya yg tidak kesampaian, maka saat raja naga hendak mengirim mutiara untuk Dewi Guan Yin, sang putri ke 7 pun mengajukan diri & sesampainya disana dia memutuskan untuk mengiktui sang dewi agar lepas dari semua penderitaan duniawi.

Tentang Gadis Naga Long Nii, dikisahkan sebagai berikut ini. Dengan kekuatan gaibnya Miao Shan melihat bahwa putra ketiga Long Wang, Sang Raja Naga, sedang menjelma menjadi ikan tambera. Dalam perjalanan melaksanakan tugas ayahnya, tak terduga ikan itu terperangkap dalam jala nelayan,dan diangkat ke darat lalu dijual di pasar. Miao Shan lalu memerintahkan pelayannyayang setia, Shan Cai untuk membeli ikan itu, yang kemudian dibawa ke Pu Tuo Shan untuk dilepaskan ke laut bebas. Putra ketiga Sang Raja Naga sangat berterima kasih atas pertolongan Guan Yin. Sang Raja Naga dalam terima kasihnya kepada Miao Shan Guan Yin bermaksud menghadiahkan sebutir mutiara yang dapat bersinar diwaktu malam. 

Long Nii cucu perempuan Long Wang dari pangeran ketiga tersebut mohon ijin untuk menghantarkan hadiah kepada Miao Shan. Di hadapan Miao Shan, Long Nii minta diijinkan untuk belajar ajaran para orang - orang suci dibawah bimbingannya.
Setelah mengetahui kesungguhan hatinya, Miao Shan akhirnya menerima Long Nii sebagai murid. Shan Cai memanggilnya kakak. Mereka bersama-sama mendampingi Miao Shan. Sering juga Long Nii ini ditampilkan dalam bentuk naga yang sedang ditunggangi oleh Guan Yin.

Oleh Yu Huang Da Di, Shan Cai diberi gelar Jin Tong (Kim Tong - Hokkian) yang berarti "jejaka emas" dan Long Nii bergelar Yu Nii (Giok I i - Hokkoan) yang berarti "gadis kumala". *
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL LONG NU ( Liong Li / Gadis naga )

KISAH DAN ASAL USUL SAN CAI 善 財 (Bocah Rejeki) shejit Bln 1 tgl 20 Imlek


KISAH DAN ASAL USUL SAN CAI 善 財 (Bocah Rejeki) shejit Bln 1 tgl 20 Imlek

SAN CAI adalah seorang biksu muda yg sengaja datang ke Po Tho Shan (Gunung Potalaka) untuk berguru pada Dewi Guan Yin. Suatuhari San Chai melihat Dewi Guan Yin yg lari terbirit2 dikejar sekawanan preman yg ingin memperkosanya, karena sudah terdesak sangdewi ahirnya melompat kejurang untuk mempertahankan kesucainnya. 

Tertegun melihat gurunya yg teweas bunuh diri, San Cai pun jadi putus asa & mengikuti
gurunya melompat kejurang.Sesampainya didasar jurang ternyata San Cai tidak mati/terluka & justru merasa badannya lebih ringan & sehat darisebelumnya. Belum hilang rasa herannyatiba2 muncul lah Dewi Guan Yin yg menerangkan bahwa kejadian tadi hanyalah ujian ketulusan untuk San Cai.& karena dia lulus, maka diapun berhak memperoleh keabadian jg. Versi cerita Sun GoKong, disini San Cai diceritakan berasal dari Ang Hai Ji (bocah merah) putra siluman kerbau yg ingin memangsa biksu Tong. Setelah ditaklukan Dewi Guan Yin, Ang HayJi kemudian diangkat sebagai muridnya & berganti nama manjadi San Cai.


San Cai adalah putra dari Gu Mo Ong (Dewa Kerbau) dan Putri Kipas besi . demikian cerita dari buku novel Xi You Ji 西遊記 atau Perjalanan Ke Barat. sebelum menjadi pengawal Guan Yin Phu Sa (Bodhisattva Avalokitesvara) namanya Ang Hai Jie ( si bocah merah )
San Cai dan Long Nii Tentang Shan Cai dan Long Nii ini, ada kisahnya tersendiri. Pada waktu Tu Di Gong mengantar Miao Shan ke pulau Pu Tuo, menjaganya selama 9 tahun, sampai akhirnya sang putri mencapai kesempumaan. 

Ditentukan hari pelantikan Miao Shan menjadi Pu Sa adalah pada tanggal 19 bulan 9 Imlik. Tu-Di menyebarkan banyak undangan untuk menghadiri pelantikan tersebut.
Yang diundang antara lain adalah San Guan Da Di, Shi Dian Yan Luo (10 Raja Akherat) Ba Xian (8 Dewa), Wu Yue Da Di (Dewa dari Lima Pegunungan) dan lain-lain. Pada hari yang telah ditentukan, para undangan telah berkumpul, Miao Shan duduk diatas singgasana bunga teratai, lalu para Dewata itu mengumumkan pelantikan dikalangan ke-Buddha-an dan wilayahkekuasaannya di langit dan bumi.

Kemudian mereka beranggapan bahwa tidak sepantasnyalah Miao Shan yang sekarang dinamakan Guan Shi Yin berada di Xiang Shan seorang diri tanpa pembantunya. Mereka mengusulkan agar dicarikan dua pembantu, seorang perjaka dan gadis yang bertugas melayani semua keperluannya di tempat itu. Tu Di diserahi tugas untuk menemukan calon yang sesuai.

Dalam perjalanan mencari calon pembantu Guan Yin ini, Tu Di bertemu dengan seorang pendeta muda yang bemama Shan Cai. Setelah kematian kedua orang tuanya, Shan Cai menjadi pertapa di gunung Da Hua Shan, tapi tanpa bimbingan ia merasa sulit untuk mencapai kesempumaan. Dengan perantara Tu Di akhirnya Shan Cai menghadap Guan Yin. Guan Yin masih meragukan kesungguhan hati pemuda ini dan ingin mengujinya. Disuruhnya pemuda itu menempati sebuah puncak di pulau itu, dan menunggu sampai Guan Yin menemukan cara untuk mengatur kesempumaannya.

Miao Shan kemudian memanggil Tu Di dan meminta agar para dewa yang hadir disitu mau menyamar menjadi bajak - bajak laut yang mau mengepung gunung itu, membawa obor dan senjata tajam mengancam akan membunuh Guan Yin. 
"Aku akan lari ke puncak dimana Shan Cai sekarang berada dan menguji kesetiaannya", kata sang Dewi. Tak lama kemudian segerombolan bandit dan bajak laut datang mengepung vihara di Xiang Shan itu. Guan Yin melarikan diri ke puncak, ia terpeleset dan terguling ke dalam jurang. 

Melihat sang dewi terguling, Shan Cai tanpa ragu - ragu segera terjun untuk menyelamatkannya. "Anda tidak mempunyai sesuatu yang berharga untuk dirampok mereka, mengapa takut dan terjun ke jurang,sehingga terancam bencana kematian", tanya Shan Cai.
Melihat pemuda itu menangis, Guan Yin berkata "Aku harus tunduk pada kehendak langit". Shan Cai, dengan segala kepedihan hatinya, berdoa kepada Langit dan Bumi agar Sang Dewi ini diselamatkan. "Seharusnya kau tak perlu menunjukkan diri untuk menolong aku dengan penuh resiko. Aku belum menjelmakan kau kembali dan mengantarmu kesempurnaan. Tapi kau adalah anak yang berani, aku sekarang tahu hatimu baik, Lihatlah kebawah sana " kata Guan Yin.

Shan Cai lalu menoleh "Aku melihat mayat". 'Ya, itulah badanmu yang lama.Sekarang kau telah dijelmakan kembali, dan kau dapat terbang dan membumbung keangkasa sesuka hatimu!" Guan Yin berkata.
Shan Cai membungkukkan badannya tanda terima kasih dan Guan Yin berkata lagi "Selanjutnya kau selalu berada disampingku dan berdoa, jangan meninggalkan aku seharipun". sejak itulah Shan Cai selalu hadir disebelah Guan Yin.

Tentang bagaimana Shan Cai menjadi murid Guan Yin, cerita terkenal "Xi You Ji" mempunyai versi yang lain lagi. Dikisahkan dalam perjalanan mengambil kitab suci ke langit barat, Pendeta Xuan Zhang bersama ketiga muridnya Sun Wu Kong, si Kera Sakti, Zhu Ba Jie Siluman Babi dan Sha He Shang dicegat oleh seorang siluman yangbewujud anak kecil yang sangat sakti.

Ternyata siluman anak kecil itu adalah putra Niu Mo Wang (Gu Mo Ong Hokkian) dan Luo Sa Nii (Lo Sat Li-Hokkian), yang diberi nama Niu Sheng Ying (Gu Seng Eng-Hokkian) alias Hong Hai Er (Ang Hay Ji-Hokkian) atau si Anak Merah. Si Anak Merah ini sakti sekali, ia bermaksud menawan pendeta Xuan Zang untuk disantap dagingnya. Beberapa kali Sun Wu Kong dibuat tak berdaya oleh semprotan api saktinya. Tapi si Monyet Sakti tak kehabisan akal. Ia lalu minta bantuan Guan Yin Pu Sa untuk menaklukkan Hong Hai Er. 

Akhirnya Hong Hai Er dapat ditaklukkan dan dibawanya pulang ke Pu Tuo Shan untuk menjadi muridnya dan diberi gelar Shan Cai. Versi ini memang berbeda sekali dengan apa yang dituturkan dalam kisah Miao Shan.
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL SAN CAI 善 財 (Bocah Rejeki) shejit Bln 1 tgl 20 Imlek

Kisah Legenda Thio Sam Hong, Pendiri Wu Dang Shan (Guru Tao dan Tokoh Misterius Dunia Persilatan)

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Kisah Legenda Thio Sam Hong, Pendiri Wu Dang Shan (Guru Tao dan Tokoh Misterius Dunia Persilatan)

Kisah kehidupan Zhang Shan Feng (di Indonesia, di kalangan penggemar CerSil, terkenal dengan nama dialek Hokkian yakni : Thio Sam Hong) bak Naga Sakti yang hanya “nampak kepala tapi tak nampak ekornya”, di dalam hati generasi setelahnya, kemisteriusan nya semakin lama dirasakan semakin sulit ditebak.
Oleh karena itu kisah mengenai Thio Sam Hong juga sangat banyak. Pada akhirnya bilamana Thio Sam Hong wafat, juga tak bisa dilacak, bahkan ada orang yang mempercayai bahwa Thio Sam Hong senantiasa masih hidup, ia panjang umur, untuk selamanya tinggal di antara manusia.

Thio Sam Hong, nama ini hingga kini tetap saja sangat populer, selain di dalam CerSil karya Chin Yung dimana ia diprofilkan berwatak Bijak dan Sabar, dengan ilmu tinggi yang sulit diukur, membuat orang merasakan sangat akrab dan respek.
Terlebih lagi terdapat film sejenis, juga membuat kita tak jemu-jemu menontonnya.
Seorang penggemar (perempuan) pernah mengatakan kepada penulis, bahwa Jet Li di dalam film mengenakan jubah Tao hitam, dengan gerakannya yang luwes tatkala mendemonstrasikan ilmu silat Tai Chi sungguh terkesan gagah.
Tetapi perawakan dan wajah Thio Sam Hong yang tercatat di dalam buku sejarah tidak sama dengan Jet Li.

Profil Thio Sam Hong di dalam sejarah dilukiskan sebagai berikut :
“Tinggi besar, punggung bagai burung bangau dengan bentuk lengkung mirip cangkang kura-kura, telinga besar, mata berseri, jenggot bagai kipas.”
Perawakannya jauh lebih tinggi daripada Jet Li, wajahnya juga lebih gagah, tidak seperti Jet Li yang rapih.

Dalam hal ini, penuturan di dalam CerSil mestinya tidak jauh berbeda, penggambaran wajah Zhang Jun Bao (Thio Sam Hong ketika berusia remaja) ialah :
“Berwajah dan berperawakan unik, kening lancip, leher halus, berdada bidang, berkaki panjang, mata bulat dan telinga lebar”.
Sekarang ini tersiar bahwa Thio Sam Hong semasa kecilnya pernah mengabdi sebagai Bhiksu cilik di kuil Shao Lin yang kemudian melarikan diri dari kuil tersebut dan beralih berkultivasi aliran Tao, namun terhadap hal ini di dalam materi-materi sejarah nyaris tidak tercatat, semestinya itu hanyalah imajinasi pengarang buku (CerSil).
Mengenai keadaan tahun-tahun awal Thio Sam Hong, data yang akurat saat ini sudah sangat jarang.

Seperti Cerita pada serial TV semacam “Semasa Kecil Thio Sam Hong” murni hanya khayalan dan rekayasa.
Data sejarah yang agak serius dan ortodoks, tentu saja adalah “Sejarah dinasti Ming – Biografi Thio Sam Hong”.
Namun di dalam buku tersebut juga hanya dikatakan ia adalah orang Yu Zhou – propinsi Liao Dong, kehidupan sewaktu masih muda tak disinggung sama sekali, hanya dikatakan tentang sepak terjangnya setelah menjadi terkenal.

Di dalam kitab itu dikatakan bahwa Thio Sam Hong tak peduli iklim sedang panas atau dingin, ia selalu hanya mengenakan satu stel pakaian tambal sulam untuk menangkal angin dan hawa dingin, ditambah jubah butut untuk berlindung terhadap hujan dan salju.
Thio Sam Hong tidak terlalu memperhatikan penampilan, juga tidak menjaga higienis, seringkali ia berpakaian kedodoran, maka dari itu orang-orang terbiasa memanggilnya “Zhang Lusuh” ataupun memanggilnya “Si pertapa Tao yang lusuh”.
Selera makan nasi Thio Sam Hong besarnya tidak semestinya, sekali makan dapat menghabiskan 1 bakul, tetapi terkadang ia juga berhari-hari baru makan 1 porsi, bahkan bisa beberapa bulan tidak makan.

Hobbinya yang lain ialah suka berkelana sebagai Taois pengemis pergi ke empat penjuru, seringkali tanpa tempat tinggal tetap, kalau hati sedang riang menjelajahi pegunungan, ia di kala lelah berselimut awan dan beralas salju.
Terkadang di pegunungan sunyi, terkadang bermain di kota yang ramai, menikmati hidup, seolah tiada orang di sampingnya.
Konon ia dalam sehari bisa menempuh ribuan Li (1 Li = ½ km).
Di dalam kitab kuno ada dicatat, Thio Sam Hong pernah menetap/bertapa di atas gunung Tai Ping, karena karakter Thio Sam Hong supel, ia bergaul cukup akrab dengan orang-orang sebayanya di desa sekitar.

Suatu hari, Thio Sam Hong hendak berpamitan, ia mengundang para tetua desa untuk makan bersama, akan tetapi Thio Sam Hong lama tidak memasak, tak memiliki lagi biang api, ia bilang hendak turun gunung mengambilnya sebentar, tak lama berselang ia sudah balik lagi, padahal naik-turun gunung membutuhkan 40 Li (± 20 km).
Selain itu ia juga telah membeli sedikit tahu sebagai sayurnya, kala itu belum ada kantong plastik, tahu dibawa dengan papan.

Usai bersantap bersama, Thio Sam Hong berpesan kepada mereka, papan ini milik keluarga Wang di kota Tang Yi wilayah pintu barat, bantulah saya untuk kembalikan papan tahu ini.
Para tetua itu setelah berhasil menemukan tempat dimaksud dan menanyakan memang betul benda itu milik marga Wang, namun kota Tang Yi, berjarak 140 Li (± 70 km) dari gunung Tai Ping ! (dan jarak itu ditempuh Thio Sam Hong cuma dalam sekejap)
Selain itu kehebatan kungfu Thio Sam Hong juga terdapat catatan sejarahnya, konon ia sesudah pencerahan di dalam silat Tai Chi, pernah “seorang diri membunuh ratusan penjahat, maka dengan keahliannya tersohor di dunia”.
Ini adalah satu-satunya catatan yang pernah terungkap di dalam kalangan jago silat aliran Tai Chi – Taoisme selama dalam sejarah.
Jikalau hal itu benar, ilmu silat Thio Sam Hong agaknya masih melebihi penuturan di dalam CerSil, sekali pukul nyawa ratusan penjahat melayang, tak kalah pamor bila dibandingkan dengan jurus-jurus 18 telapak tangan menundukkan naga, ilmu silat Vajra besar dan lain-lain.
Sewaktu Thio Sam Hong berkultivasi Tao juga pernah mengincar tempat yang dinamakan gunung Wu Dang (di cersil terkenal dengan sebutan gunung Bu Tong).

Sesudah Thio Sam Hong berkelana di seluruh gunung Bu Tong, ia mengatakan kepada seseorang :
“Gunung ini suatu hari kelak pasti makmur”.
Tetapi gunung Bu Tong kala itu, tempat pertapaan Tao di atas gunung telah dibumi-hanguskan oleh api peperangan, benar-benar menjadi sebuah gunung belukar.
Thio Sam Hong dan para muridnya membabat belukar, membenahi reruntuhan, mendirikan beberapa gubug untuk ditinggali, meskipun tidak mengurus bukti surat hak milik dan sebagainya, tapi telah menduduki gunung Bu Tong, tanah pusaka Hong Sui ini.
Konon Thio Sam Hong sewaktu bertapa di gunung Bu Tong, sering duduk di bawah lima pohon tua, namun “Binatang buas tidak mengganggunya”, ia mendaki gunung dengan langkah gesit bagaikan terbang, sewaktu musim dingin sering berbaring di atas salju, dengkurannya keras bagai guruh.

Orang-orang merasa takjub, menganggapnya sebagai manusia unik. Ketika itu terdapat sejumlah orang terkenal yang berguru kepadanya.
Beberapa waktu berselang, Thio Sam Hong tiba-tiba hengkang lagi, kemudian menetap cukup lama di biara Jin Tai – Bao Ji – propinsi Shan Xi, konon julukan Thio Sam Hong berasal dari 3 puncak (San Feng / Sam Hong 三 豐 atau 三 峰 adalah tiga kesuburan atau tiga puncak) yang indah di gunung Bao Ji.
Kini di biara Jin Tai masih terdapat satu buah prasasti “Catatan tentang Thio Sam Hong”, didirikan oleh Zhang Yong Huan, seorang pejabat propinsi Shan Xi dinasti Ming, di situ ditulis bahwa ayahnya bernama Zhang Chao Yong ketika berumur 13 tahun belajar di dalam biara.

Thio Sam Hong yang baru tiba dari berkelana mengobrol dengan ayahnya, yang mengatakan bahwa ayahnya Zhang Chao Yong bernama Zhang Wei, yang karena menghindari perang mengungsi ke Bao Ji.
Sesudah Thio Sam Hong mendengarnya, ia seperti terkesan dan berkata, ketika ia berkelana sebagai pendeta mengemis di kota Shi.
Pernah mengenal leluhur Zhang Chao Yong dan sering berhubungan dengan keluarganya, lalu bertanya : “Leluhur yang bernama Zhang Yi masih termasuk apanya?” Zhang Chao Yong mengatakan, ia adalah kakek saya. Tio Sam Hong mengatakan :
“Wah, saya sewaktu mengenalnya ia masih seorang bocah.”
Kelihatannya usia Thio Sam Hong dibandingkan dengan kakek buyut pejabat Zhang ini masih lebih tua satu generasi.

Betul, usia panjang Tio Sam Hong sangat terkenal, masa aktifitas Thio Sam Hong yang terlacak di catatan sejarah, berlangsung di atas 100 tahun, itulah mengapa ketika ia membahas level usianya dengan orang-orang, memang tak ada yang dapat menandinginya.
Sewaktu Thio Sam Hong di Bao Ji, konon pernah “mati” satu kali.

Sesuai yang tercantum di dalam kitab kuno “Sejarah Ming / 明 史” dan “Catatan Wei Yi / 微 異 錄” bahwa pada suatu hari, ia mengatakan kepada Yang Guishan, salah seorang muridnya :
“Umur saya sudah habis, saatnya untuk kembali ke langit”.
Sambil meninggalkan pesan berupa syair lantas wafat.
Guishan dan teman-teman seperguruan menempatkannya ke dalam peti mati dan tatkala hendak menguburnya, terdengar suara gerakan dari dalam peti, setelah peti dibuka, ternyata Thio Sam Hong dengan cengar-cengir merangkak keluar, hingga mengagetkan para pelayat, ada yang menangis, berteriak, ada yang melongo, pada mengira ada setan gentayangan.

Apakah Thio Sam Hong sedang bergurau dengan mereka, ataukah ia setelah meninggal ternyata masih ingin berbalik lagi?
Ada yang menjelaskan, pesilat aliran Tao yang berhasil mencapai tingkatan sangat tinggi, jiwanya dapat meninggalkan raga, seperti kisah Tie Guai Li di dalam dongeng “8 Dewa Menyeberangi Lautan/Ba Xian Guo Hai”.
Thio Sam Hong sesudah bangkit dari kematian, berkelana lagi ke propinsi Si Chuan, diantaranya ia menemui raja Xian dari Shu / 蜀 獻 王 yang merupakan anak ke-11 dari Zhu Yuan Zhang (Pendiri dinasti Ming) yang bernama Zhu Zhuang, ia sangat menghormati dan mengagumi Tio Sam Hong dan pernah menulis sebuah syair yang dinamakan “Memberi Judul Potret Dewa Thio”.

Syair Zhu Zhuang meskipun tidak terlalu bagus, tetapi rasa hormatnya terhadap Thio Sam Hong adalah tulus, konon ia pernah memperoleh wejangan dari Thio Sam Hong dan memperoleh pencerahan tentang makna sejati aliran Tao, kemudian ia terhindar dari bencana politik.
Zhu Yuan Zhang pernah merasa sangat tertarik dengan Tio Sam Hong, menitahkan dia untuk menghadap.
Thio Sam Hong dibandingkan dengan seluruh jajaran pimpinan keagamaan kala itu sangat jelas perbedaannya, jika mereka mendengar titah kaisar, langsung dengan bersuka-ria menyongsongnya, lebih semangat dan bergairah dibandingkan dengan kaum muda zaman sekarang ketika dipanggil Presiden.

Tetapi disinilah keunikan Thio Sam Hong, meski kaisar telah mengeluarkan titah sebanyak 3 kali, ia tetap saja tidak pergi, petugas pengantar titah sama sekali tak dapat menemukannya.
Putra Zhu Yuan Zhang, Zhu Bai (bergelar : raja Xiang) mendengar ketenarannya, rela pergi sendiri ke gunung Butong mencarinya, akan tetapi yang terlihat hanya gunung kosong melompong, rimba raya yang hijau, hanya jejak Thio Sam Hong tak dapat ditemukan.
Ketika Zhu Li (bergelar : raja Yan, saudara Zhu Bai) meneruskan tahta ayahnya, ia lebih tertarik lagi kepada Thio Sam Hong, kerap kali mengundang para murid Thio Sam Hong, menyuruh mereka menemukannya.
Ia selain itu juga menulis sendiri sepucuk surat kepadanya.

Sesuai yang tercatat di dalam sejarah, Zhu Li adalah seorang tiran yang sangat kejam, namun di dalam surat yang ia kirim ternyata bernada sangat sungkan, bahkan membahasakan dirinya sendiri “saya yang berbakat rendah”, boleh dibilang sudah sangatlah menurunkan derajat sendiri dan memberi penghargaan yang luar biasa kepada Thio Sam Hong.

Akan tetapi, Thio Sam Hong tetap saja tidak mematuhi titah tersebut, ia hanya menyumbang sebait syair yang disampaikan kepada kaisar melalui muridnya bernama Sun Biyun.
Perjalanan hidup Thio Sam Hong, bagaikan naga sakti yang kelihatan kepala tapi tak nampak ekornya, maka itu selain di hati Zhu Li, bahkan di dalam hati generasi sesudahnya semakin lama semakin misterius.
Oleh karena itu dongeng mengenai Tio Sam Hong juga sangat banyak, di sini tidak dibahas lebih lanjut.
Thio Sam Hong akhirnya kapan wafat juga tak dapat dilacak lagi, bahkan ada yang percaya ia tetap hidup selamanya dan selalu tinggal di antara kita.
READ MORE - Kisah Legenda Thio Sam Hong, Pendiri Wu Dang Shan (Guru Tao dan Tokoh Misterius Dunia Persilatan)

Daftar Urutan Marga (姓/Xing/She)Tiongkok

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.
Daftar Urutan Marga (姓/Xing/She)Tiongkok

Negara Tiongkok memiliki jumlah penduduk sebanyak ±1,37 Milyar. Dari jumlah penduduk tersebut, pemerintah Tiongkok secara rutin melakukan sensus Marga terhadap warganya. Pada awal mulanya, jumlah marga ada 484 buah, yakni terdiri dari 408 Marga Tunggal 单姓 (Dānxìng; marga dengan satu huruf) dan Marga Ganda 复姓 (Fùxìng; marga dengan dua huruf) sebanyak 76 buah, contohnya : 诸葛(zhuge), 上官 (shangguan), 欧阳 (ouyang) dan sebagainya.

Menurut Kamus Besar Marga Tiongkok (中华姓氏大辞典; Zhōnghuá xìngshì dà cídiǎn) jumlah marga yang tercatat dalam sejarah sekitar 11.969 buah. Dimana Danxing atau marga berhuruf tunggal berjumlah 5.327, dan Fuxing atau marga berhuruf dobel berjumlah 4.329 buah, sedangkan marga lainnya jumlahnya 2.313 buah. Dari sejumlah 11.969 marga, hingga sekarang hanya tinggal sekitar 300 buah saja yang masih dipakai orang.

Di bawah ini adalah daftar Marga yang dipakai oleh orang Tiongkok sesuai sensus pada tahun 2010, diurutkan mulai dari yang terbanyak. Sebagai catatan :
1. Pembaca perlu melihat dengan teliti huruf hanzi yang tercantum dibawah, karena sebagian menggunakan aksara tradisional, sebagian lainya sudah menggunakan aksara sederhana.
Gunakan Google Translate untuk melihat bentuk huruf yang lain (tradisional/sederhana). Ejaan yang digunakan adalah dalam bahasa MANDARIN; bukan menggunakan ejaan daerah, seperti Hokkian, Kanton, Hakka/Khek, Tiochiu, dsb.
2. Beberapa sumber informasi mencantumkan (1) urutan dan (2) persentasi (%) yang berbeda-beda; umumnya disebabkan karena perbedaan tahun data sensus; dan jumlah warga Tiongkok yang bermigrasi/pindah ke luar negeri, atau warga perantauan yang kembali ke Tiongkok.
Beberapa sumber kemungkinan memasukkan data sensus marga Negara Taiwan karena menganggap Taiwan adalah bagian dari wilayah Tiongkok (seperti yang diklaim Tiongkok dan Taiwan sendiri hanya diakui oleh 25 negara sebagai negara berdaulat).
3. Urutan dibawah tidak mencerminkan jumlah urutan marga terbanyak yang digunakan di Indonesia, karena memerlukan survei/sensus tersendiri. Namun, secara kasar, Marga terbanyak yang digunakan di Indonesia adalah Marga Oei, Wang, Li, Tan dan Chang.
Ini disebabkan karena pada masa orde baru, seluruh warga keturunan asal Tiongkok di Indonesia diwajibkan untuk meromanisasi, meng-Indonesiakan, atau mengganti nama dan marganya.
4. Jika bingung dengan perbedaan marga yang telah di Indonesiakan, pembaca dapat melihat referensi dari artikel Marga Tionghoa di Indonesia.

1. 李 (Li) 7,94%
2. 王 (Wang) 7,41%
3. 張 (Zhang) 7,07%
4. 劉 (Liu) 5,38%
5. 陳 (Chen) 4,53%
6. 楊 (Yang) 3,08%
7. 趙 (Zhao) 2,29%
8. 黃 (Huang) 2,23%
9. 周 (Zhou) 2,12%
10.吳 (Wu) 2,05%
11. 徐 (Xu)
12. 孫 (Sun)
13. 胡 (Hu)
14. 朱 (Zhu)
15. 高 (Gao)
16. 林 (Lin)
17. 何 (He)
18. 郭 (Guo)
19. 馬 (Ma) : Dari 19 marga ini jumlahnya sudah lebih dari separuh penduduk Tiongkok (> 700 juta jiwa)
20. 羅 (Luo)
21. 梁 (Liang)
22. 宋 (Song)
23. 鄭 (Zheng)
24. 謝 (Xie)
25. 韓 (Han)
26. 唐 (Tang)
27. 馮 (Feng)
28. 於 (Yu)
29. 董 (Dong)
30. 蕭 (Xiao)
31. 程 (Cheng)
32. 曹 (Cao)
33. 袁 (Yuan)
34. 鄧 (Deng)
35. 許 (Xu)
36. 傅 (Fu)
37. 沈 (Chen)
38. 曾 (Ceng)
39. 彭 (Peng)
40. 呂 (Lu)
41. 蘇 (Su)
42. 盧 (Lu)
43. 蔣 (Jiang)
44. 蔡 (Cai)
45. 賈 (Jia)
46. 丁 (Ding)
47. 魏 (Wei)
48. 薛 (Xue)
49. 葉 (Ye)
50. 閻 (Yan)
51. 餘 (Yu)
52. 潘 (Pan)
53. 杜 (Du)
54. 戴 (Dai)
55. 夏 (Xia)
56. 鐘 (Zhong)
57. 汪 (Wang)
58. 田 (Tian)
59. 任 (Ren)
60. 姜 (Jiang)
61. 範 (Fan)
62. 方 (Fang)
63. 石 (Shi)
64. 姚 (Yao)
65. 譚 (Tan)
66. 廖 (Liao)
67. 鄒 (Zou)
68. 熊 (Xiong)
69. 金 (Jin)
70. 陸 (Lu)
71. 郝 (Hao)
72. 孔 (Kong)
73. 白(Bai)
74. 崔 (Cui)
75. 康 (Kang)
76. 毛 (Mao)
77. 邱 (Qiu)
78. 秦 (Qin)
79. 江 (Jiang)
80. 史 (Shi)
81. 顧 (Gu)
82. 侯 (Hou)
83. 邵 (Shao)
84. 孟 (Meng)
85. 龍 (Long)
86. 萬 (Wan)
87. 段 (Duan)
88. 漕 (Cao)
89. 錢 (Qian)
90. 湯 (Tang)
91. 尹 (Yin)
92. 黎 (Li)
93. 易 (Yi)
94. 常 (Chang)
95. 武 (Wu)
96. 喬 (Qiao)
97. 賀 (He)
98. 賴 (Lai)
99. 龔 (Gong)
100. 文 (Wen)
101. 龐 (Pang)
102. 樊 (Fan)
103. 蘭 (Lan)
104. 殷 (Yin)
105. 施 (Shi)
106. 陶 (Tao)
107. 洪 (Hong)
108. 翟 (Di)
109. 安 (An)
110. 顏 (Yan)
111. 倪 (Ni)
112. 嚴 (Yan)
113. 牛 (Niu)
114. 溫 (Wen)
115. 蘆 (Lu)
116. 季 (Ji)
117. 俞 (Yu)
118. 章 (Zhang)
119. 魯 (Lu)
120. 葛 (Ge)
121. 伍 (Wu)
122. 韋 (Wei)
123. 申 (Shen)
124. 尤 (You)
125. 畢 (Bi)
126. 聶 (Nie)
127. 叢 (Cong)
128. 焦 (Jiao)
129. 向 (Xiang)
130. 柳 (Liu)
131. 邢 (Xing)
132. 路 (Lu)
133. 岳 (Yue)
134. 齊 (Qi)
135. 沿 (Yan)
136. 梅 (Mei)
137. 莫 (Mo)
138. 莊 (Zhuang)
139. 辛 (Xin)
140. 管 (Guan)
141. 祝 (Zhu)
142. 左 (Zuo)
143. 塗 (Tu)
144. 谷 (Gu)
145. 祁 (Qi)
146. 時 (Shi)
147. 舒 (Shu)
148. 耿 (Geng)
149. 牟 (Mou)
150.卜 (Bo)
151. 路 (Lu)
152. 詹 (Zhan)
153. 關 (Guan)
154. 苗 (Miao)
155. 凌 (Ling)
156. 費 (Fei)
157. 紀 (Ji)
158. 靳 (Jin)
159. 盛 (Sheng)
160. 童 (Tong)
161. 歐 (Ou)
162. 甄 (Zhen)
163. 項 (Xiang)
164. 曲 (Qu)
165. 成 (Cheng)
166. 遊 (You)
167. 陽 (Yang)
168. 裴 (Pei)
169. 席 (Xi)
170. 衛 (Wei)
171. 查(Cha)
172. 屈 (Qu)
173. 鮑 (Bao)
174. 位 (Wei)
175. 覃 (Tan)
176. 霍 (Huo)
177. 翁 (Weng)
178. 隋 (Sui)
179. 植 (Zhi)
180. 甘 (Gan)
181. 景 (Jing)
182. 薄 (Bao)
183. 單 (Dan)
184. 包 (Bao)
185. 司 (Si)
186. 柏 (Bai)
187. 寧 (Ning)
188. 柯 (Ke)
189. 阮 (Ruan)
190. 桂 (Gui)
191. 閔 (Min)
192. 歐陽 (Ou Yang)
193. 解 (Jie)
194. 強 (Qiang)
195. 柴 (Chai)
196. 華 (Hua)
197. 車 (Che)
198. 冉 (Ran)
199. 房 (Fang)
200. 邊 (Bian)
201. 辜 (Gu)
202. 吉 (Ji)
203. 饒 (Rao)
204. 刁 (Diao)
205. 瞿 (Qu)
206. 戚 (Qi)
207. 丘 (Qiu)
208. 古 (Gu)
209. 米 (Mi)
210. 池 (Chi)
211. 滕 (Teng)
212. 晉 (Jin)
213. 苑 (Yuan)
214. 邬(Wu)
215. 臧 (Zang)
216. 暢 (Chang)
217. 宮 (Gong)
218. 來 (Lai)
219. 嵺 (Liao)
220. 苟 (Gou)
221. 全 (Quan)
222. 褚 (Chu)
223. 廉 (Lian)
224. 簡 (Jian)
225. 婁 (Lou)
226. 蓋 (Gai)
227. 符 (Fu)
228. 奚 (Xi)
229. 木(Mu)
230. 穆 (Mu)
231. 黨 (Dang)
232. 燕 (Yan)
233. 郎 (Lang)
234. 邸 (Di)
235. 冀 (Ji)
236. 談 (Tan)
237. 姬 (Ji)
238. 屠 (Tu)
239. 連 (Lian)
240. 郜 (Gao)
241. 晏 (Yan)
242. 欒 (Luan)
243. 鬱 (Yu)
244. 商 (Shang)
245. 蒙 (Meng)
246. 計 (Ji)
247. 喻 (Yu)
248. 揭 (Jie)
249. 竇 (Dou)
250. 遲 (Chi)
251. 宇 (Yu)
252. 敖 (Ao)
253. 糜 (Mi)
254. 鄢 (Yan)
255. 冷 (Leng)
256. 卓 (Zhuo)
257. 花 (Hua)
258. 仇 (Chou)
259. 艾(Ai)
260. 藍 (Lan)
261. 都 (Dou)
262. 鞏 (Gong)
263. 稽 (Ji)
264. 井 (Jing)
265. 練 (Lian)
266. 仲 (Zhong)
267. 樂 (Le)
268. 虞 (Yu)
269. 卞 (Bian)
270. 封 (Feng)
271. 竺 (Zhu)
272. 冼 (Xian)
273. 原 (Yuan)
274. 官 (Guan)
275. 衣 (Yi)
276. 楚 (Chu)
277. 佟 (Tong)
278. 栗 (Li)
279. 匡 (Kuang)
280. 宗 (Zong)
281. 應 (Ying)
282. 台 (Tai)
283. 巫 (Wu)
284. 鞠 (Ju)
285. 僧 (Seng)
286. 桑 (Sang)
287. 荊 (Jing)
288. 諶 (Chen)
289. 銀 (Yin)
290. 揚 (Yang)
291. 明 (Ming)
292. 沙 (Sha)
293. 薄 (Bao)
294. 伏 (Fu)
295. 岑 (Cen)
296. 習 (Xi)
297. 胥 (Xu)
298. 保 (Bao)
299. 和 (He)
300. 藺 (Lin)

Marga pembaca berada di urutan berapa?
Sumber referensi daftar Marga yang digunakan :
1. PDF : http://www.kerbykuek.com
2. Artikel : http://www.new-chinese.org
3. Artikel : http://www.lowchensaustralia.com
4. Artikel (cache 30 Mei 2010) : limantorobert.blogspot.com
READ MORE - Daftar Urutan Marga (姓/Xing/She)Tiongkok

ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 2 - AKHIR)

 
ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 2 - AKHIR)

Cerita tentang Penyalaan Lampu
Pada Zaman dulu, banyak terdapat Raksasa dan Binatang buas yang sering menganggu umat Manusia. Oleh Karena itu, masyarakat saat itu membentuk pasukan untuk mengusir raksasa dan binatang buas tersebut. Suatu hari, seekor burung dewa tersesat dan jatuh ke bumi sehingga tidak sengaja dibunuh oleh para pemburu binatang buas tersebut. Kaisar Langit mengetahuinya dan sangat marah sekali yang kemudian memerintahkan para tentara langit untuk menghukum umat manusia dengan cara membakar bumi pada tanggal 15 bulan pertama penanggalan Imlek.

Seorang Putri dari Kaisar Langit yang sangat berbaik hati sangat sedih dan tidak tega untuk melihat umat manusia yang tidak bersalah mengalami penderitaan tersebut. Putri tersebut secara diam-diam turun ke bumi untuk memberitahukan perintah kaisar langit tersebut kepada umat manusia. Orang-orang yang mendengarkannya sangat panik dan takut sekali, beberapa saat kemudian seorang Lansia (lanjut usia) mengeluarkan suatu ide agar setiap rumah menyalakan lampu, petasan dan kembang api pada hari ke 14, 15 dan 16 bulan pertama penanggalan Imlek untuk mengelabui Kaisar langit. Dengan demikian, Kaisar Langit akan mengira bahwa bumi lagi mengalami kebakaran dan ledakan.

Semua orang menyetujui ide tersebut dan lakukan persiapan masing-masing. Pada malam ke 15 bulan pertama saat Kaisar langit melihat ke bumi, Kaisar Langit melihat bumi terang benderang seperti benar-benar terjadi kebakaran dan juga terdengar suara ledakan selama 3 hari berturut-turut. Dengan demikian, masyarakat saat itu dapat selamat dari musibah kebakaran tersebut dan dapat melindungi harta benda mereka dari bencana. Untuk memperingati keberhasilan tersebut, pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, setiap keluarga menyalakan lampu dan memasang lentera dirumahnya serta membunyikan petasan dan kembang api.

Keberhasilan pemberantasan pemberontakan Keluarga Lv [吕] oleh Han Hui Di
Pada Dinasti Han, setelah wafatnya Kaisar Han Gao Zu [汉高祖] (kaisar pertama Dinasti Han, Liu Bang). Putra dari Permaisuri Lv [吕后] yang bernama Liu Ying [刘盈] naik tahta menjadi kaisar dengan gelar Kaisar Han Hui Di [汉惠帝]. Tetapi Kaisar Han Hui Di sangat lemah dan sifatnya yang pengecut dan ragu-ragu menyebabkan kekuasaannya jatuh ke tangan Permaisuri Lv [吕后]. Setelah Kaisar Han Hui Di wafat, Kekuasaan sepenuhnya diambil alih oleh Permaisuri Lv, banyak jabatan tinggi diduduki oleh keluarga Lv. Para menteri dan pejabat tinggi Dinasti Han sangat marah, sedih dan kuatir akan Dinasti Han yang semestinya adalah milik keluarga Liu, tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Permaisuri Lv. Setelah wafatnya Permaisuri Lv, Pejabat-pejabat keluarga Lv yang dulunya mendapat dukungan penuh dari Permaisuri Lv merasa kuatir dan terancam. Mereka yang dipimpin oleh Jenderal Lv Lu [吕禄] merencanakan untuk merebut kekuasaan kerajaan Dinasti Han.

Perencanaan Rahasia tersebut akhirnya terdengar oleh Liu Nang yang saat itu menjabat sebagai Raja Qi. Untuk melindungi Dinasti Han dari pemberontakan tersebut, Liu Nang memutuskan untuk melakukan penyerangan terhadap keluarga Lv dan kelompoknya.
Setelah berhasil memberantas pemberontakan ini, anak kedua dari Kaisar Han Gao Zu yang bernama Liú héng [刘恒] naik tahta menjadi Kaisar Dinasti Han dengan gelar Han Wen Di [汉文帝]. Untuk memperingati keberhasilan ini, Kaisar Han Wen Di memerintahkan untuk melakukan perayaan pada tanggal 15 bulan pertama Imlek, Setiap keluarga di Ibukota diharuskan untuk menggantungkan Lentera, menyalakan lampu dan melakukan Pesta yang meriah di seluruh sudut Ibukota.
READ MORE - ASAL USUL PERAYAYAAN CAP GO MEH - ARTIKEL CAP GO MEH (BAGIAN 2 - AKHIR)

LEGENDA DEWA PINTU / Men Shen 門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) 3 dari 3 Tulisan

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
LEGENDA DEWA PINTU / Men Shen 門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) 3 dari 3 Tulisan
Popularitas karakter dewa pintu mulai menanjak di zaman Dinasti Tang, di mana legenda dewa pintu paling terkenal berasal dari zaman ini.
Dikatakan bahwa naga Sungai Jing melanggar perintah langit karena menurunkan hujan pada
waktu dan kapasitas yang salah sehingga langit menitahkan salah seorang menteri, Wei Zheng untuk menghukumnya. Karena takut dihukum, sang naga kemudian meminta perlindungan kepada Kaisar Taizong (Li Shimin) yang saat itu berkuasa. Taizong mengiyakan permintaan naga dan mengajak Wei Zheng bermain catur supayalupa batas waktu untuk menghukum sang naga. Namun, rupanya Wei Zheng hanya perlu menebas leher sang naga dalam mimpinya sehingga siasatTaizong gagal memenuhi janjinya pada sang naga. Sang naga yang mati penasaran kemudian datang menghantui Taizong tiap malam di istananya. 


Wei Zheng mengetahui perihal ini dan mengurus 2 jenderal, Qin Qiong dan Yuchi Gong untuk berjaga di luar pintu istana. Sang naga tidak datang menghantui Taizong untuk beberapa hari, namun kembali kemudian lewat pintu belakang yang tidak dijaga.
Wei Zheng kemudian memutuskan untuk berjaga sendiri di pintu belakang dan sang naga tidak pernah kembali setelah itu. Taizong menyadari tak mungkin membiarkan jenderal dan menterinya berjaga terus di istananya, memutuskan untuk melukis potret kedua jenderalnya di daun pintu kiri dan kanan, serta Wei Zheng di pintu belakang. Ini kemudian yang mengawali penggunaan potret Qin Qiong dan Yuchi Gong di pintu berdaun dua (biasanya pintu depan) serta Wei Zheng untuk pintu dengan satu daun.

SEJARAH FAKTUAL
Sebenarnya dewa pintu mulai ada sejak zamannya Huangdi, 5000 tahun lalu, namun ini sebuah legenda. Catatan mengenai dewa pintu yang lebih akurat adalah di zaman Dinasti Shang, di mana dewa pintu berawal dari kepercayaan tradisional di Tiongkok sebelum munculnya agama. Raja-raja Dinasti Shang menjadikan pintu sebagai satu objek dari lima objek penghormatan pada masa itu. Kepercayaan tradisional Tionghoa menganggap bahwa setiap benda mempunyai rohnya sendiri-sendiri. Dewa pintu lebih jauh merupakan bentuk penghormatan ke-4, penghormatan pada benda-benda. Pintu dipilih karena pintu merupakan bagian dari rumah tempat tinggal yang sangat penting, simbol perlindungan terhadap ancaman dari luar dan dilewati setiap hari. Manusia selalu membutuhkan keseimbangan jasmani dan spiritual, pintu yang nyata dianggap hanya melindungi dari makhluk yang nyata, untuk melindungi dari makhluk halus, maka pintu haluslah yang mengambil peranan ini. Inilah cikal bakal dewa pintu.

Mengapa dewa pintu dimanusiakan?
Pemanusiaan dewa pintu sebenarnya mulai populer pada zaman Dinasti Han. Banyak karakter dewa-dewi dalam kebudayaan Tionghoa yang dimanusiakan untuk menambah kedekatan pada manusia, misalnya bentuk penghormatan terhadap langit yang dimanusiakan sebagai Kaisar Langit (Giok Hong Tay Te), atau bumi yang dimanusiakan sebagai Dewa  Bumi/Tanah (Tho Te Kong).


Siapa saja yang dikarakterkan sebagai dewa pintu dalam sejarah?
Zaman Han = Shen Shu dan Yu Lu
Zaman Tang = Qin Qiong dan Yuchi Gong, Wei
Zheng, Zhong Kui
Zaman Song dan Yuan = Qin Qiong dan Yuchi
Gong, Zhao Yun, Yue Fei.
Semua karakter di atas adalah karakter sejarah nyata, kecuali Shen Shu dan Yu Lu yang
merupakan tokoh legenda. Satu2nya persamaan di antara mereka mayoritas adalah jenderal perang yang terkenal pada masanya masing-masing kecuali Wei Zheng yang terkenal sebagai menteri vokal serta Zhong Kui yang terpelajar namun berperawakan sangat jelek sampai-sampai hantupun takut kepadanya.


EVOLUSI DEWA PINTU MASA KINI
Dewa pintu di masa sekarang berbentuk lukisan biasanya hanya ditemukan di pintu  kelenteng.
Rumah-rumah penduduk tidak melukis gambar dewa pintu di daun pintu rumah mereka, biasanya hanya ada tempat menancapkan hio di sebelah kiri kanan pintu. Namun, masih ada tradisi menempel lukisan dewa pintu di daun pintu pada malam Tahun Baru (tanggal 30 bulan 12 penanggalan Imlek). Zaman sekarang, dewa pintu tidak hanya ditujukan untuk melindungi rumah dari hal-hal buruk, namun juga untuk mengundang nasib baik dan keberuntungan. Selain itu, lukisan dewa pintu di kelenteng sebenarnya juga ditekankan pada nilai artistiknya, biasanya sangat mengundang perhatian dari pemerhati arsitektur tradisional Tiongkok karena kekhasannya.
READ MORE - LEGENDA DEWA PINTU / Men Shen 門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) 3 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USULMen Shen 门神 - Men Kou Gong 门口公 Artikel 2 dari 3 Tulisan

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.KISAH DAN ASAL USUL Men Shen 门神 - Men Kou Gong 门口公 Artikel 2 dari 3 Tulisan

MEN Shen (secara harfiah berarti Datuk Penunggu Pintu) sering-kali disebut juga Men Shen 门神.(Mui Sin — Hokkian) yang berarti Malaikai Pintu. Malaikat Pintu ini seringkali digambarkan pada daunpintu kiri dan kanan. Sekarang ini malah tersediadalam wujud gambar tempel yang tinggal dilekatkan di daun pintu untuk siapa saja yang berminat.
Menurut penelitian sejarah, Malaikat Pintu 门神 yang paling kuno dikenal orang adalah Shen Tu 神荼 dan Yu Lei 鬱壘. Siapa sesungguhnya kedua malaikat ini, dijelaskan dalam buku "Zhong-guo-gu-dai Shen hua "Dikisahkan bahwa kedua malaikat itu adalah dua saudara yang dititahkan oleh Kaisar Purba Huang Di 黄帝untuk memerintah semua iblis yang ada di Mayapada ini. Konon kedua bersaudara ini tinggal disebuah pulau yang disebut Tao Du Shan (Tho Touw San - Hokkian) yang terletak di Laut Timur. Di pulau itu terdapat sebatang pohon persik yang besar sekali, cabang-cabangnya menaungi wilayah seluas beberapa ribu kilometer persegi. Di puncak pohon tersebut bertenggerlah seekor ayam jantan berwarna keemasan.


Pada waktu sinar matahari pagi mulai menyinari puncak pohon itu,sang ayam jantan mengapakkan sayapnya dan berkokok. Pada saat itulah Shen Tu 神荼 dan Yu Lei 鬱壘 berdiri tegak dengan gagahnya di cabang yang paling bawah dari pohon raksasa itu untuk mengawasi iblis-iblisyang berbagai macam bentuknya itu kembali, setelah berkeliaran kemana-mana semalam penuh. Dikatakan bahwa iblis suka ber-keliaran pada malam hari dan kembali pada saat ayam berkokok.Perlu diketahui bahwa, bagian cabang yang terbawah dari pohon tersebut, yang menjorok ke timur laut, merupakan "gerbang hantu," tempat ribuan iblis tiap hari masuk dan keluar. Kalau diantara para iblis itu ternyata ada yang kedapatan telah berbuat kejahatan, seperti menganggu manusia, tanpa ampun lagi kedua malaikat bersaudara itu segera menangkapnya, diikat, kemudian dilemparkan ke jurang untuk makanan Sang Raja Gunung (harimau). Sebab itu iblis-iblis yang sering kali berbuat jahil sangat takut dan tidak berani berbuat sembarangan. Maka, kemudian orang lalu membuat patung kedua malaikat itu, ditempatkan di kiri dan kanan pintu dan tak lupa menempatkan gambar harimau di atas pintu untuk menakuti para iblis. Lama kelamaan, untuk praktisnya, bukan lagi patung tapi cukup dengan gambar atau namanya saja yang tertulis di daun pintu.


Tapi kemudian tokoh yang diabadikan sebagai malaikat pintu ini oleh orang-orang pada jaman selanjutnya diubah menjadi Yu-chi Jing De 尉遲敬德 (Ut-ti Keng Tek atau Ut-ti Kiong - Hokkian) dan Qin Shu Bao 秦叔寳 (Cin Siok Po — Hokkian). Keduanya adalah pahlawan terkenal pada jaman permulaan dinasti Tang yang membantu Li Shi Min 李世民 (Li Si Bin —Hokkian) membangun dinasti tersebut. Setelah Li Shi Min mengangkat dirinya sebagai Kaisar yang bergelar Tang Tai Zong 唐太宗 (Tong Thay Cong - Hokkian) mereka berdua diangkat menjadi Raja Muda.Konon seperti dituturkan dalam cerita Xi You Ji 西游記 atau Perjalanan ke Barat karya pengarang jaman dinasti Ming, Wu Cheng En 吳承恩. Pada suatu hari kaisar Tai Zong jatuh sakit, dalam keadaan sakit itu sang kaisar sering mendengar suara. Suara itu berasal dari roh-roh jahat yang datang mengganggu. Atas nasehat tabib istana, Qin Shu Bao 秦叔寳 dan Yuchi Jing De 尉遲敬德berjaga di muka pintu kamar sang kaisar untuk mengusir roh-roh jahat yang mengganggu itu. Setelah kaisar sehat kembali,rakyat percaya bahwa dengan menempel gambar kedua jenderal itu,semua roh jahat akan menyingkir.


Lama-kelamaan kebiasaan ini semakin populer dan Malaikat Pintu yang lama yaitu Shen Tu 神荼 dan Yu Lei 鬱壘lalu dilupakan orang. Qin Shu Bao 秦叔寳 dan Yu-chi Jing Deinilah yang gambarnya kita lihat sekarang pada daun pintu sebagian besar kelenteng yang ada.
Adalagi dua orang tokoh yang seringkali juga dijadikan figur Malaikat Pintu. Kedua orang ini adalah Zheng Lun 郑倫(The Lun - Hokkian) dan Chen Qi 陈奇(Tan Ki — Hokkian) yang dikenal sebagai Heng Ha Er Jiang 哼哈二將 atau Dua Panglima Pendengus dan Peniup.
Zheng Lun 郑倫 si Pendengus semula adalah komandan pasukan pengawal ransum dari Zhou Wang 纣王kaisar terakhir dinasti Shang 商朝. Ia memiliki kesaktian untuk menyemburkan dua berkas sinar putih dari lubang hidungnya apabila dia mendengus. Sinar ini dapat menghancurkan musuh-musuhnya, tapi kemudian ia beralih memihak pasukan Jiang Zi Ya 姜子牙 yang memerangi Zhou Wang 纣王.


Dalam pertempuran untuk menumbangkan Zhou Wang inilah Zheng Lun si Pendengus bertemu lawannya yaitu Chen Qi 陈奇(, si peniup, yang memiliki kesaktian untuk menyemburkan gas kuning dari mulutnya.Dalam pertempuran itu keduanya saling menggunakan kesaktiannya,tapi hasilnya seri. Akhirnya Chen Qi 陈奇(tewas di tangan Huang Fei Hu 黄飞虎,setelah lebih dulu di pukul jatuh oleh Na Zha 哪吒(Lo Cia - Hokkian).Sedangkan Zheng Lun 郑倫 akhirnya gugur di tangan Jin Da Sheng seorang panglima perang Zhou Wang.


Setelah dinasti Shang tumbang dan Zhou Wang tewas, dinasti Zhou周朝 berdiri dan Wen Wang 文王menjadi kaisar, Jiang Zi Ya 姜子牙 (Kiang Cu Ge -Hokkian) melantik kedua panglima pendengus dan peniup itu menjadi Malaikat Pengawal Bangunan-bangunan Suci. Patung-patung mereka seringkali tampak di depan pintu Kuil Buddha ataupun Taoisme di Tiongkok Daratan, tapi di Asia Tenggara jarang ada kelenteng yang memasang patung maupun gambar kedua malaikat ini.


Khusus kuil yang bercorak Buddhisme seperti Tay Kak Sie 大觉寺 di Semarang misalnya, sering memakai dua orang buddhisatya yang ber-pakaian perang lengkap, yaitu Qie Lan 伽藍菩薩 dan Wei Tuo 偉陀菩薩 sebagai Malaikat Penjaga Pintu, seperti yang tampak garnbarnya di kelenteng tersebut.


Di antara keempat macam Malaikat Pintu yang dewasa ini sering dipasang gambarnya di rumah-rumah penduduk adalah Qin Shu Bao 秦叔寳dan Yu-chi Jing De 尉遲敬德 . Pemasangan gambar Malaikat Pintu ini kemudian tidak lagi terbatas pada pintu kuil saja, tapi sudah merupakan suatu keharusan untuk tiap bangunan, baik itu rumah maupun kantor. Hal ini dapat kita lihat sekarang di Taiwan, Hongkong dan Singapura bahkan di Jepang dan Korea.**
Dikutip dari Buku Dewa Dewi Kelenteng, hal 113 - 115.
READ MORE - KISAH DAN ASAL USULMen Shen 门神 - Men Kou Gong 门口公 Artikel 2 dari 3 Tulisan

KISAH dan ASAL USUL DEWA PINTU - Men Shen門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) Artikel 1 dari 3 Tulisan.

 
KISAH dan ASAL USUL DEWA PINTU - Men Shen門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) Artikel 1 dari 3 Tulisan.

Asal usul keberadaan 門神 Men Shen {Hok Kian = Mui Sin} Dewa Pintu sudah sangat lama. Hal ini membuktikan bahwa dari zaman dulu, rakyat sangat menaruh perhatian pada keamanan pintu.
Fungsi Dewa Pintu walaupun tidak bisa dibandingkan dengan sistem keamanan berteknologi canggih seperti zaman sekarang, namun peranan yang bisa dikembangkan yaitu memberikan rasa tenang dan tentram, bahkan tidak bisa diharapkan dari sistem keamanan. Biar bagaimanapun rakyat Tionghoa percaya bahwa
Dewa Pintu bisa mengusir hantu atau setan. Hal ini juga tidak dapat dilihat atau dihadapi bahkan oleh sistem keamanan dengan teknologi canggih sekalipun.

Dewa Pintu ada beberapa macam: ada 武將門神 Wu Jiang Men Shen (Dewa Pintu Militer), 文官門 神 Wen Guan Men Shen (Dewa Pintu Sipil), 祈福 門神 Qi Fu Men Shen (Dewa Pintu Memohon Rezeki), dan lain-lain.

Di berbagai tempat Dewa Pintu yang dihormati tidak sama. Selain Dewa Pintu 神荼 Shen Tu & 鬱壘 Yu Lei yang paling kuno dikenal orang, 秦叔寳 Qin Shu Bao {Hok Kian= Cin Siok Po} alias 秦瓊 Qin Qiong {Cin Kiong} & 尉遲恭 Yu Chi Gong {Ut Ti Kiong} alias 尉遲敬德 Yu Chi Jing De {Ut Ti Keng Tek} adalah Dewa Pintu yang pengaruhnya paling besar, & tersebar paling luas.

Qin Shu Bao {Cin Siok Po} & Yu Chi Gong {Ut Ti Kiong} adalah salah satu dari Dewa Pintu Militer.
Cin Siok Po & Ut Ti Kiong adalah 2 Jendral terkenal pada masa Dinasti Tang [618 – 907 M] yang membantu Kaisar 唐太宗 Tang Tai Zong {Tong Thai Cong} – 李世民 Li Shi Min {Li Se Bin} mendirikan Dinasti Tang {Tong}.

Bagaimana mereka berdua bisa menjadi Dewa Pintu ?
Berdasarkan buku 歷代神仙通鑒 Li Dai Shen Xian Tong Jian, pada masa-masa awal Kaisar Li Se Bin naik tahta, beliau sering kali merasa tidak enak badan, pada malam hari sering bermimpi bertemu dengan hantu/setan yang datang mengganggu. Mungkin hal ini disebabkan karena pada masa awal berjuang mendirikan kekuasaan negara, beliau telah membunuh banyak orang.

Dalam buku tersebut diceritakan : “Di luar pintu kamar tidur dilempar batu bata & genteng, setan & siluman berteriak-teriak, 36 bangunan istana, 72 pekarangan, tiada malam yang tenang”. Kaisar Tong Thai Cong diganggu sampai makan tak enak, tidur tak nyenyak. Setelah Jendral Cin Siok Po & Jendral Ut Ti Kiong
mengetahui peristiwa ini, lalu memohon untuk dapat menjaga keamanan dengan berdiri di kedua sisi pintu istana dengan memakai pakaian militer. Pada malam tersebut, benar-benar tidak terjadi apapun, tidak ada suara-suara dari roh-roh jahat yang mengganggu. Kaisar Tong Thai Cong merasa amat gembira. Namun kalau menyuruh mereka berdua berdiri sepanjang malam di depan pintu sampai langit terang (pagi hari), juga terlalu meletihkan (kasihan juga mereka berdua). Kaisar Tong Thai Cong lalu menitahkan ahli lukis untuk menggambar mereka berdua dalam ujud “Memakai baju besi & memegang tombak bersabit, nampak berwibawa dengan sorot mata yang tajam.” Setelah selesai, kedua gambar tersebut digantung di kedua daun pintu istana. Sejak itu, Kaisar Tong Thai Cong – Li Se Bin tidak diganggu lagi oleh roh-roh halus itu lagi.
Peristiwa ini tersebar luas di kalangan masyarakat. Oleh orang-orang pada generasi kemudian, Cin Siok Po & Ut Ti Kiong menjadi Dewa Pintu yang dihormati di rumah-rumah penduduk.

Khusus kelenteng yang bercorak Buddhisme, sering memakai gambar 2 orang Bodhisatva yang berpakaian perang lengkap, sebagai Dewa Pintu yaitu 伽藍菩薩 Qie Lan Pu Sa & 偉陀菩薩 Wei Tuo Pu Sa.
Pemasangan gambar Dewa Pintu ini, kemudian tidak terbatas hanya pada pintu kelenteng saja, tapi sudah umum terdapat di tiap bangunan, baik itu rumah penduduk maupun kantor-kantor.

Sekarang hal ini dapat kita lihat di Taiwan, Hongkong & Singapura, bahkan di Jepang & Korea. Di antara beberapa macam Dewa Pintu, dewasa ini yang sering dipasang gambarnya di rumah-rumah penduduk, adalah Cin Siok Po & Ut Ti Kiong. Cin Siok Po & Ut Ti Kiong ini pulalah yang gambarnya kita lihat sekarang pada daun pintu sebagian besar kelenteng yang ada.
READ MORE - KISAH dan ASAL USUL DEWA PINTU - Men Shen門神 (Shejit Bln 1 tgl 15 Imlek) Artikel 1 dari 3 Tulisan.

KISAH DAN ASAL USUL Sam Guan Da Di ( Sam Koan Tay Tee)

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
KISAH DAN ASAL USUL Sam Guan Da Di ( Sam Koan Tay Tee)
轉載天地水三官大帝聖紀 「三官大帝」全名「三元三品三官大帝」,俗稱三界公,為太極界之神。在玄黃 判分,天地肇定後,乃出而治理天、地、水三界。也 就是「上元一品賜福天官紫微大帝「中元二品赦罪地官清虛大帝」和「下元三品解厄水官洞陰大帝」的總稱,為道教太極界神明中僅次於「玉皇上帝」的 神祇。職司考校天人功過,眾生禍福。

San Guan Da Di 三官大帝 terdiri dari Tian Guan 天官 , Di Guan 地官dan Shui Guan 水官.
Sam Koan Tay Tee (三官大帝) juga disebut Sam Kay Gong 三界公atau Sam Goan Kong 三元公
sebagai Tri Murti Taois adalah sebagai wakil Tuhan Yang Maha Esa di dunia. Ia nampak dalam perwujudan sebagai Kaisar Tiga Dunia – Langit, Bumi dan Air:  Kaisar Giauw 堯帝(2275 – 2258 SM) -Tian Guan
(Thian Koan - Hokkian) memberikan Rahmat kepada umat manusia.Ia diperingati pada hari Siang Goan (masa awal) yaitu tanggal Cia Gwee 15 (tanggal 15 bulan 1 pada kalendar Imlek Tiongkok).


Kaisar Sun 舜帝(2225 – 2208 SM) - Di Guan (Tee Koan — Hokkian)memberikan pengampunan dosa
kepada roh-roh di akhirat, dan umat manusia di dunia. Ia diperingati pada hari Tiong Guan (masa pertengahan) yaitu tanggal Cit Gwee 15 (tanggal 15 bulan 7 pada kalendar Imlek Tiongkok).
Kaisar Ie 禹帝(2205 – 2197 SM) - Shui Guan (Cui Koan — Hokkian)menjaga kelestarian bumi dari bencana banjir dan bencana alam lainnya. Ia diperingati pada hari Hee Guan (masa akhir) yaitu tanggal Cap Gwee 15 (tanggal 15 bulan 10 pada kalendar Imlek Tiongkok).
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL Sam Guan Da Di ( Sam Koan Tay Tee)

PERAYAAN CAP GO MEH (元宵节 / YUAN XIAO JIE), POJOK TRADISI Artikel 12 dari 12 Artikel

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
PERAYAAN CAP GO MEH (元宵节 / YUAN XIAO JIE), POJOK TRADISI Artikel 12 dari 12 Artikel
Cap Go Meh melambangkan hari kelima belas (hanzi : 十五暝; pinyin : Shíwǔ míng) bulan pertama Imlek dan merupakan hari terakhir dari rangkaian masa perayaan Imlek bagi komunitas migran Tionghoa yang tinggal di luar China. Istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkian yang bila diartikan secara harafiah bermakna “15 hari atau malam setelah Imlek”. Bila dipenggal per kata, ‘Cap’ mempunyai arti sepuluh, ‘Go’ adalah lima, dan ‘Meh’ berarti malam.
Perayaan Cap Go Meh atau Perayaan Lampion ini tidak hanya dirayakan di Indonesia saja. Beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga ikut merayakan hari raya ini. Di negara Tiongkok, festival Cap Go Meh dikenal dengan nama Festival Yuanxiao (元宵节; Yuánxiāo jié) atau Festival Shangyuan. Perayaan ini awalnya dirayakan sebagai hari penghormatan kepada Dewa Thai Yi. Dewa Thai Yi sendiri dianggap sebagai Dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M).
Perayaan Cap Go Meh di tanah air kerap dilaksanakan di jalan raya dengan melakukan kirab
Upacara ini dirayakan secara rutin setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan pertama menurut sistem penanggalan kalender Imlek. Upacara ini dahulu dilakukan tertutup hanya untuk kalangan istana dan belum dikenal secara umum oleh masyarakat Tiongkok. Upacara ini dilakukan pada malam hari; untuk itu perlu disiapkan penerangan dengan lampu-lampu lampion yang dipasang sejak senja hari hingga keesokan harinya. Inilah yang kemudian menjadi lampion-lampion dan aneka lampu berwarna-warni yang menjadi pelengkap utama dalam perayaan Cap Go Meh.

Ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir perayaan ini menjadi lebih terbuka untuk umum. Saat Tiongkok dalam masa pemerintahan Dinasti Tang, perayaan ini juga dirayakan oleh masyarakat umum secara luas. Festival ini adalah sebuah festival dimana masyarakat diperbolehkan untuk bersenang-senang. Saat malam tiba, masyarakat akan turun ke jalan untuk menikmati pemandangan lampion berbagai bentuk yang telah diberi berbagai hiasan.
Atraksi barongsai yang selalu ada pada saat perayaan Cap Go Meh
Di malam yang disinari bulan purnama sempurna, masyarakat akan menyaksikan tarian naga (masyarakat Indonesia mengenalnya dengan sebutan ‘Liong’) dan tarian Barongsai (Lion Dance). Mereka juga akan berkumpul untuk memainkan sebuah permainan teka-teki dan berbagai macam permainan lainnya, sambil menyantap sebuah makanan khas bernama Yuan Xiao atau Wedang Ronde. Tentu saja, malam tidak akan menjadi meriah tanpa kehadiran kembang api dan petasan.

Yuan Xiao sendiri adalah sebuah makanan yang menjadi bagian penting dalam festival tersebut. Yuan Xiao atau juga biasa disebut Tang Yuan adalah sebuah makanan berbentuk bola-bola yang terbuat dari tepung beras. Bila ditilik dari namanya, Yuan Xiao mempunyai arti ‘malam di hari pertama’. Makanan ini melambangkan bersatunya sebuah keluarga besar yang memang menjadi tema utama dari perayaan Hari Imlek.
Nampak salah satu ritual Thang Sin atau sebutan lokalnya “ence pia” di daerah Manado. Perayaan Festival Cap Go Meh di Indonesia sendiri sangat bervariasi. Perayaan biasanya dilakukan oleh umat kelenteng-kelenteng atau Wihara dengan melakukan kirab atau turun ke jalan raya sambil menggotong ramai-ramai Kio/Usungan yang didalamnya diletakkan arca para Dewa. Bahkan di beberapa kota di tanah air seperti di daerah Jakarta dan di Manado, terdapat atraksi ‘lokthung‘ atau ‘thangsin‘ dimana ada seseorang yang menjadi medium perantara yang konon setelah dibacakan mantra tertentu dipercaya telah dirasuki oleh roh Dewa (Utusan Malaikat) untuk memberikan berkat bagi umat Nya. Mereka biasanya akan melakukan beberapa atraksi sayat lidah, memotong lengan atau menusuk bagian badannya dengan sabetan pedang, golok, dan lain sebagainya. Sementara di Kalimantan, tepatnya di kota Pontianak dan Singkawang, atraksi ini disebut ‘Tatung‘.
READ MORE - PERAYAAN CAP GO MEH (元宵节 / YUAN XIAO JIE), POJOK TRADISI Artikel 12 dari 12 Artikel

Cerita Riwayat Guan Yu (Guan Gong) bagian 3 dari 5 Artikel

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Dalam rangka menceritakan upacara Cap Go Meh biasanya tidak terlepas untuk membahas tentang Tgl 13 bulan 1 Imlek, hari Guan Yu menerima gelar / mencapai kesucian menjadi Dewa Pelindung Dharma (Bodhisattva Sangharama)

Cerita Riwayat Guan Yu (Guan Gong) bagian 3 dari 5 Artikel

Guan Di atau secara umum disebut Guang Gong ( Kwan Kong – Hokkian ) yang berarti paduka Guan, adalah seorang panglima perang kenamaan yang dihidup pada zaman San Guo ( 221 – 269 Masehi ). 

Nama aslinya adalah Guan Yu alias Guan Yun Chan ( Kwan In Tiang – Hokkian ). Oleh kaisar Han ia diberi gelar Han Shou Ting Hou. Kwan Kong dipuja karena kejujuran dan kesetiaan. Dia adalah lambang atau tauladan kesatria sejati yang selalu menempati janji dan setia pada sumpahnya. 

Sebab itu Kwan Kong banyak dipuja dikalangan masyarakat, disamping kelenteng-kelenteng khusus. Gambarnya banyak dipasang dirumah pribadi, toko, bank, kantor polisi, pengadilan sampai ke markas organisasi mafia. Para anggota perkumpulan rahasia itu biasanya melakukan sumpah sejati dihadapan Kwan Kong.

Disamping dipuja sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran, Kwan Kong dipuja sebagai Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan. Julukan Dewa Perang sebagai umumnya dikenal dan dialamatkan kepada Kwan Kong, harus diartikan sebagai Dewa untuk menghindarkan peperangan dan segala akibatnya yang menyengsarakan rakyat, sesuai dengan watak Kwan Kong yang budiman. Kwan Kong adalah penduduk asli kabupaten Hedong (sekarang Jiezhou) di propinsi Shanxi.

Bentuk tubuhnya tinggi besar, berjenggot panjang dan berwajah merah. Tentang wajahnya yang berwarna merah ini adalah cerita tersendiri yang tidak terdapat dalam novel San Guo ( kisah tiga negeri). Suatu hari dalam pengembaraannya, Kwan Kong berjumpa dengan seorang tua yang sedang menangis sedih. 

Ternyata anak perempuan satu-satunya dengan siapa hidupnya bergantung, dirampas oleh wedana setempat untuk dijadikan gundik, Kwan Kong, yang berwatak budiman dan tidak suka sewenang-wenang semacam ini, naik darah. Dibunuhnya wedana yang jahat itu dan sang gadis dikembalikan kepada orang tuanya. Tetapi dengan perbuatan ini Kwan Kong sekarang menjadi buronan. Dalam pelariannya itu Ia sampai dicela DongGuan di propinsi Shanxi. 

Ia lalu membasuh mukanya di sebuah sendang kecill yang terdapat di pergunungan itu. Seketika rupanya berubah menjadi merah, sehingga tidak dapat dikenali lagi. Dengan mudah Ia menyelip diantara para petugas yang diperintahkan untuk menangkapnya tanpa diketahui.

Riwayat Kwan Kong selanjutnya dan sampai akhir hayatnya ditulis dengan sangat indah dalam novel San Guo yang terkenal itu. Dalam babak pertama dalam novel tersebut diceritakan bagaimana Kwan Kong dalam pengembaraannya berjumpa dengan Liu Bei dan Zhan Fei disebuah kedai arak. 

Dalam pembicaraan mereka ternyata cocok dan sehati, sehingga memutuskan untuk mengangkat saudara. Upacara pengangkatan saudara ini, dilaksanakan dirumah Zhan Fei dalam sebuah kebun buah Tao atau persik Liu Bei menjadi saudara tertua, Kwan Kong yang kedua dan Zhan Fei bontot. Bersama-sama mereka bersumpah sehidup semati dan berjuang untuk membela negara. 

Peristiwa ini terkenal dengan nama “ Tao-Yuan-Jie-Yi ” ( Tho Wan Kiat Gie – Hokkian ) atau “ Sumpah Persaudaraan Di kebun Persik ”, sangat dikagumi oleh orang dari zaman ke zaman dan dianggap sebagai lambang persaudaraan sejati. Lukisan tiga bersaudara ini sedang melaksanakan upacara sumpah ini banyak menjadi objek lukisan, pahatan, patung keramik yang sangat disukai orang hingga dewasa ini.

Selanjutnya diceritakan ketiga saudara angkat ini membentuk pasukan sukarela untuk memerangi kaum pemberontak Destar Kuning yang pada waktu itu sangat mengguncangkan sendi-sendi kerajaan Han yang telah rapuh. Dalam pertempuran itu mereka memperlihatkan kegagahan sebagai prajurit dan pimpinan militer yang cakap.

Kegagahan Kwan Kong menjadi perhatian orang pertama kali pada saat terjadi pertempuran di benteng Hu Luo Guan. Waktu itu Liu Bei bersama kedua adiknya bergabung dengan ke-18 Raja Muda yang membentuk pasukan gabungan untuk menumpas Dong Zhuo yang lalim. Dong Zhuo mengangkat diri menjadi perdana menteri dan dengan seenaknya sendiri makzulkan Kaisar, dan menggantikannya dengan Kaisar kecil yang menjadi bonekanya.

Di Hu Luo Guan terjadi pertempuran besar antara pasukan gabungan para raja muda melawan bala tentara Dong Zhuo yang dipimpin oleh seorang panglima yang gagah perkasa, Hua Xiong ( Hoa Hiong – Hokkian ).

Dalam beberapa kali pertempuran pasukan raja muda mengalami kerusakan besar dan beberapa panglimanya tewas ditangan Hua Xiong. Yuan Xiao dan Cao Cao yang menjadi pimpinan gerakan itu jadi gelisah. Tiba-tiba Kwan Kong menyanggupkan diri untuk maju ke medan perang menghadapi Hua Xiong. 

Semua orang memandang rendah kemampuannya, hanya Cao Cao yang melihat kehebatan terpendam yang ada pada diri Kwan Kong. Dengan secawan arak yang masih hangat Cao Cao mempersilakan Kwan Kong minum sebelum maju ke medan laga. Kwan Kong menolak, Ia minta agar arak itu ditunda setelah Ia pulang dengan membawa kepala Hua Xiong.
Di medan laga, hanya dengan beberapa gebrakan saja Hua Xiong jatuh dan tewas diujung senjata Kwan Kong. Dengan membawa kepala Hua Xiong, Kwan Kong pulang ke kubunya di sambut Cao Cao dengan arak yang masih hangat.

Sejak itu Cao Cao mulai tertarik kepada Kwan Kong. Hu Lou Guan masih sekali lagi menjadi saksi kehebatan Kwan Kong. Dengan gugurnya Hua Xiong, Dong Zhuo lalu mengangkat Lu Bu ( Lu Po – Hokkian ) sebagai komandan pasukannya. Lu Bu adalah seorang yang gagah perkasa yang jarang ada tandingannya di medan laga pada zaman itu. Dengan senjata tombak bercagak, Lu Bu mengobrak-abrik pasukan para raja muda tanpa ada yang mampu menghalanginya. 

Pada saat yang genting itu, Kwan Kong maju ke depan dan mencegat Lu Bu. Keduanya bertempur dengan seru tanpa ada yang kalah dan yang menang. Melihat saudaranya sulit mengalahkan lawan, Liu Bei dan Zhang Fei segera mengeprak kudanya untuk menggerubuti Lu Bu. Pertempuran antara ketiga saudara menggerubuti Lu Bu, banyak menjadi objek lukisan yang menarik. 

Akhirnya Lu Bu merasa tidak dapat memenangkan mereka, lalu ia memutar kudanya dan mengundurkan diri. Pertempuran yang bersejarah ini diperingati orang sebagai San Ying Zhan Lu Bu atau Tiga Pahlawan Menempur Lu Bu.

Kesetiaan Kwan Kong terhadap saudara angkat juga dikisahkan dalam novel sejarah ini. Dikisahkan setelah lolos dari usaha pembunuhan oleh suatu komplotan yang dipimpin oleh Dong Cheng ( Tang Sin – Hokkian ), Cao Cao makin menancapkan kuku kekuasaannya di ibukota, tanpa ada yang berani menantang. Sampai-sampai kaisarpun harus memperoleh izinnya terlebih dahulu apabila akan menemui seseorang. 

Cao Cao berusaha menyingkirkan Liu Bei, yang dianggap duri dalam daging. Liu Bei pada waktu itu ada di kota Xuzhou. Bala tentara dikerahkan untuk menggempur kota kedudukan Liu Bei. Bersama Zhang Fei, Liu Bei berusaha menahan serbuan dari pasukan Cao Cao yang tak seimbang jumlahnya. Liu Bei dan Zhang Fei melarikan diri dengan berpencar diikuti tentaranya yang cerai berai.

Setelah Xuzhuo jatuh, Cao Cao mengerahkan pasukannya menggempur Xiapei, tempat kedudukan Kwan Kong dan keluarga Liu Bei. Karena kalah jumlahnya, akhirnya Kwan Kong terkepung di sebuah bukit. Cao Cao yang telah mengagumi pribadi Kwan Kong, berusaha menarik Kwan Kong agar mau menakluk kepihaknya.

Menyadari resiko dan tanggung jawab akan keselamatan keluarga kakaknya, Kwan Kong memutuskan menyerah, tapi dengan syarat bahwa walaupun bekerja pada Cao Cao Ia tetap setia pada Liu Bei, kakaknya dan begitu tahu Liu Bei berada Ia akan segera pergi untuk bergabung dan meninggalkan Cao Cao. Mulanya Cao Cao ragu-ragu menerima syarat ini.
Tetapi ia beranggapan bahwa apabila ia memperlakukan Kwan Kong lebih baik daripada yang telah dilakukan Liu Bei, tentu Kwan Kong akan tetap memihak dia. Begitulah Kwan Kong menakluk pada Cao Cao. Cao Cao memperlakukannya secara istimewa dan penuh dengan penghormatan. Pernah suatu ketika di perjalanan kembali ke Kota Raja, Cao Cao sengaja hanya menyediakan satu kamar di tempat rombongan Kwan Kong. Tetapi Kwan Kong tetap teguh hati. 

Dibiarkannya tempat itu ditempati oleh dua orang istri Liu Bei, sedangkan Dia sendiri menjaga didepan pintu dengan golok terhunus sambil membaca kitab Chun Qiu ( kitab catatan hikayat zaman Chun Qiu yang ditulis oleh Nabi Kong Zi ).
Pose Kwan Kong membaca kitab Chun Qiu ini menjadi salah satu poin yang juga banyak disukai oleh pelukis dan pemahat pada zaman kemudian. Berulang kali Cao Cao berusaha merebut hatinya, tetapi selalu gagal. Suatu hari Cao Cao menghadiahkan jubah kebesaran kepada Kwan Kong ketika dilihatnya bajunya sudah tua dan lusuh.

Kwan Kong segera menanggalkan baju lamanya dan mengenakan baju baru pemberian Cao Cao. Tapi Kwan Kong mengenakan baju tuaNya kembali diluar baju baru Cao Cao. Ketika Cao Cao dengan heran bertanya, Ia menjawab “Baju Tua ini adalah pemberian kakak angkatKu Liu Bei, walaupun Aku kini mengenakan baju pemberian Paduka Perdana Menteri, tidak seyogyanya Aku melupakan budi kakak angkatKu”. 

Mendengar jawaban ini, kekaguman Cao Cao makin bertambah. Hadiah-hadiah berupa emas, perak tak terhitung banyaknya, tetapi Kwan Kong tidak pernah menyentuhnya. Barang-barang tersebut hanya ditumpuk dalam gudang. Puluhan wanita cantik yang dikirimkan kepadanya diserahkan untuk melayani kedua kakak iparnya, tanpa Ia merasa tertarik untuk memiliki.

Dia dapat menjaga budi pekerti dan kesusilaan sehingga lawan-lawannya segan dan kagum padanya.

Untuk mengambil hati Kwan Kong, Cao Cao menghadiahkan seekor kuda yang disebut Chi Tu ( Kelinci Merah ) kepadanya. Kuda ini adalah bekas tunggangan Lu Bu yang dapat berjalan 1.000 li dalam sehari. 


Seketika itu juga Kwan Kong berlutut untuk menghaturkan terima kasih kepada Cao Cao. Cao Cao dengan heran lalu bertanya “Aku telah menghadiahkan banyak barang kepada Jendral, tapi Jendral hanya menerima dengan biasa saja. Tapi kini demi seekor kuda, Jendral lutut dihadapanku, sungguh aneh”. Kwan Kong segera menjawab “ Barang lain walau bagaimana berharganya, Aku tidak memperdulikan, tapi dengan memiliki kuda ini, begitu Aku mendengar kabar dimana kakakKu, Liu Bei berada, Aku dapat dengan cepat pergi menemuinya ”.

Mendengar ini Cao Cao menyesal bukan main. Liu Bei yang melarikan diri dari Xuzhou akhirnya diterima oleh Yuan Xiao ( Wan Siauw – Hokkian ) penguasa wilayah Hebe. Atas saran Liu Bei, Yuan Xiao menggerakan tentaranya untuk menyerang Cao Cao. Pasukan Yuan Xiao ini dipimpin oleh panglimanya yang terkenal yaitu Yang Liang ( Gan Liang – hokkian ).
Para panglima Cao Cao tak dapat menahan serbuan Yang Liang, bahkan beberapa panglimanya tewas. Cao Cao gelisah melihat kegagahan panglima musuh ini. Kwan Kong minta izin untuk melawan Yang Liang, sekaligus untuk membalas budi Cao Cao. Yang Liang terbunuh hanya dengan sekali gebrakan saja, Wen Chou ( Bun Ciu – Hokkian ) juga salah satu panglima gagah yang diandalkan oleh Yuan Xiao, memimpin pasukannya untuk menuntut balas. 

Kembali pertempuran berkobar, dan beberapa panglima Cao Cao terbunuh diujung senjata Wen Chou. Kembali Kwang Kong maju ke medan perang dan berhasil menumbangkan pahlawan dari Hebei itu, tanpa mengetahui bahwa Liu Bei ada di pasukan musuh. Kemudian secara rahasia Liu Bei berhasil mengadakan kontak dengan Kwan Kong dan menjelaskan dimana dia berada sekarang.

Bergegas-gegas Kwan Kong bersiap untuk pergi bersama kedua iparnya dan beberapa pengiring. Sesuai dengan janjinya Ia akan pergi secara jantan, dengan berpamitan kepada Cao Cao. Cao Cao secara licik selalu menghindar agar Kwan Kong jangan sampai bertemu dengannya. Akhirnya Kwan Kong memutuskan untuk berangkat walau tanpa perkenaan Cao Cao, dengan meninggalkan barang-barang berharga termasuk para wanita cantik hadiah Cao Cao dan sepucuk surat perpisahan.

Dengan menunggang kuda, Kwan Kong temani beberapa penggiring, mengawal kedua kakak iparnya melewati kota-kota yang dijaga oleh para panglima Cao Cao. Karena mencegah lewatnya Kwan Kong, enam panglima yang menjaga lima kota tewas di tangannya. Begitulah akhirnya Kwan Kong dapat bergabung kembali dengan Liu Bei dan Zhang Fei, dan bersama-sama mereka merintis usaha untuk menegakkan negara Shu yang akan menjadi salah satu dari Tiga Negeri atau San Guo.

Berkat keuletannya dalam berjuang akhirnya Liu Bei berhasil mengundang seorang ahli militer dan politik kenamaan yaitu Zhuge Liang alias Kong Ming ( Cut Kat Liang alias Kong Bing – Hokkian ), untuk menjadi penasehatnya. Pada waktu itu Cao Cao mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menyapu daerah kekuasaan Liu Bei. Dalam beberapa kali pertempuran pasukan-pasukan Liu Bei terdesak. 

Atas saran Zhuge Ling. Liu Bei mengadakan perserikatan dengan Sun Quan ( Sun Kwan – Hokkian ) untuk melawan Cao Cao. Berkat usaha Zhuge Liang akhirnya pasukan gabungan Liu Bei dan Sun Quan berhasil menghancurkan armada perang Cao Cao mundur ke darat, disana pasukan-pasukan Liu Bei bersiap memberikan pukulan yang terakhir.
Pertempuran di Chibi ini betul-betul menghabiskan energi Cao Cao, sehingga sejak itu ia tak berani bergerak ke seleatan lagi. Dikisahkan dengan sisa-sisa pasukannya Cao Cao yang tidak seberapa jumlah mengundurkan diri ke utara. Seperti yang telah diperhitungkan oleh Zhuge Liang, Cao Cao telah melewati suatu celah strategis yang disebut Huarong.
Tugas menjaga jalur penting ini dipercayakan kepada Kwan Kong. Mulanya Zhuge Liang ragu apakah Kwan Kong akan dapat menangkap atau membunuh Cao Cao, sebab penasehat militer ulung ini sangat paham watak Jendral yang sangat mengutamakan budi ini. Bukankah Cao Cao pernah menanam budi pada Kwan Kong, pada waktu Kwan Kong berpihak kepada Cao Cao. Kwan Kong berkeras akan menjalankan tugasnya, bahkan sedia di hukum mati bila Dia sampai gagal.

Melihat tekadnya, Zhuge Liang akhirnya menerima dan memberinya tugas untuk menjaga jalur vital itu. Cao Cao sesuai dengan perhitungan, lewat Huarong. Kwan Kong segera menghadang dan akan membunuhnya. Cao Cao melihat Kwan Kong, segera turun dari kuda dan berlutut mohon dia dibiarkan lewat, sambil mengingatkan Kwan Kong betapa ia memperlakukannya pada waktu Kwan Kong menyerah kepadanya.
Melihat keadaan Cao Cao yang compang camping dan prajuritnya yang tinggal tak seberapa itu, Kwan Kong tergerak hatinya, bagaimanapun dulu Cao Cao pernah menanam budi kepadanya. Akhirnya Ia rela melepaskan musuhnya itu, sebagai balasan atas perlakuan baik pada dirinya pada masa lalu, dan dengan tegap kembali kehadapan Zhuge Liang untuk bersedia dihukum mati karena telah menelantarkan tugas utamanya.

Atas saran Liu Bei, Kwan Kong dibebaskan dari hukuman. Zhuge Liang sendiri juga menyadari bahwa memang Cao Cao belum saatnya tumpas. Perbuatan Kwan Kong ini sangat di kagumi oleh orang dari zaman ke zaman, sehingga Ia diangkat sebagai Dewa dan banyak dipuja dan dihormati. Sampai akhir hayatnya Kwan Kong tetap setia pada saudara-saudara angkatnya. 

Pada waktu itu Liu Bei sudah berhasil mendirikan kerajaan dengan nama Shu ( Siok – Hokkian ) yang merupakan kelanjutan kerajaan Han yang dirampas oleh Cao Cao, wilayahnya yang meliputi propinsi Sichuan sekarang dengan ibukota Chengdu. Cao Cao menguasai daerah lembah sungai Huang He ( Sungai Kuning ) dan mendirikan kerajaan Wei ( Gui – Hokkian ) dengan ibukota Luoyang. Sun Quan mendirikan kerajaan Wu ( Gui – Hokkian ) dengan ibukota Wuchang, kemudian dipindahkan ke Nanjing yang meliputi wilayah yang membentang dari tengah dan hilir sungai Yangzi.

Keadaan yang disebut Tiga Negeri sudah terbentuk. Kwan Kong menjaga kota strategis, Jingzhou berusaha meluaskan kekuasaannya dengan menyerbu ke utara. Dengan waktu singkat dapat disebut kota Fancheng dan memukul mundur pasukan Cao Cao yang dipimpin oleh Jendralnya yang bernama Cao Ren ( Co Jin – Hokkian ). Kemudian ketika bala tentara Cao Cao dengan jumlah besar datang memberikan bantuan, Kwan Kong berhasil menhancurkan mereka dengan menenggelamkan dalam banjir dan pimpinannya, Pang De ( Bank Tek – Hokkian ), dan Yu Jin tertawan.

Memahami situasi yang tak menguntungkan pihaknya, Cao Cao segera mengajak Sun Quan untuk berserikat. Sun Quan, yang telah lama menginginkan kota JingZhou, yang dikuasai Kwan Kong, kembali kedalam wilayah kekuasaannya, setuju dan mengerakan pasukan merebut JingZhou. Kwan Kong akhirnya berhasil di jebak dan di tawan, kemudian dihukum mati karena menolak untuk menakluk. Karena takut akan pembalasan Liu Bei, kepala Kwan Kong dikirimkan ke tempat Cao Cao.

Kwan Kong gugur pada tahun 219 Masehi dalam usia 60 tahun. Cao Cao yang telah lama kagum kepada Kwan Kong, memakamkan kepalanya, setelah disambung dengan tubuh dari kayu cendana, secara kebesaran. Kuburan Kwan Kong terletak di propinsi Henan kira-kira 7 km sebelah utara kota Louyang. Pemandangan di situ sangat indah, sedangkan bangunan kuburannya sangat megah seakan-akan sebuah bukit kecil dari kejauhan.

Sekeliling bangunan itu ditanami pohon Bai (Cypress) yang selalu hijau, melambangkan semangat Kwan Kong yang tidak pernah padam dan abadi dari jaman ke jaman. Pohon-pohon itu kini sudah menghutan dan ratusan tahun umurnya, seban itu tempat tersebut dinamakan Guan Lin atau Hutan Guang Gong. Batu nisannya adalah hadiah dari kaisar dinasti Qing, dimana makan itu dipudar kembali.Berdekatan dengan Guan Lin, terdapat sebuat kelenteng peringatan untuk mengenang Kwan Kong, yang dibangun pada jaman dinasti Ming.

Kelenteng itu merupakan hasil seni bangunan dan seni ukir yang bermutu tinggi, sehingga merupakan objek wisata yang selalu dikunjungi para wisatawan dari dalam negeri dan luar negeri. Kelenteng peringatan Kwan Kong yang tersebar diseluruh Tiongkok terdapat di Jiezhou, propinsi Shanxi. Jiezhou, yang pada jaman San Guo disebut Hedong, adalah kampung halaman Kwan Kong. Kelenteng itu memiliki keindahan bangunan dan arsitektur yang sangat mengagumkan dan merupakan salah satu objek wisata terkemuka di Shanxi.
Sebagai dewata, Kwan Kong dipuja umat Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme, Kaum Taoist memujanya sebagai Dewata pelindung dari malapetaka peperangan, sedangkan kaum Konfusianisme menghormati sebagai Dewa Kesusasteraan dan kaum buddhis memujanya sebagai Hu Fa Qie Lan atau Qie Lan Pelindung Dharma.

Menurut kaum Buddist, setelah Kwan Kong meninggal arwahnya muncul dihadapan rahib Pu Jing di kuil Yu Quan Si di gunung Yu Quan Shan, propinsi Hubei, Rahib Pu Jing pernah menolong Kwan Kong yang akan dicelakai seorang panglima Cao Cao, dalam perjalanan bergabung dengan Liu Bei. Setelah itu karena takut pembalasan Cao Cao si rahib menyingkir ke gunung Yu Quan Shan dan mendirikan Kuil Yu Quan Si. Liu Bei yang sangat berterima kasih akan budi Ragib Pu Jing kepada adik angkatnya itu, lalu memberikan dana yang cukup besar untuk membangun kelenteng Yu Quan SI sebagai balas budi.

Setelah meninggal roh Kwan Kong kemudian pergi menemui Rahib Pu Jing yang ketika itu sedang bersemedi, Kwan Kong menampakkan diri di hadapan Rahib itu, tempat penampakan roh Kwan Kong itu kemudian ditandai oleh sebatang pilar yang bertuliskan “Disini tempat Guan Yun Chang dari dinasti Han menampakkan diri”. Pilar batu itu adalah hadiah dari kaisar Wan Li jaman Dinasti Ming dan masih bisa dilihat sampai sekarang.Kepada Rahib Pu jing, roh Kwan Kong minta pelajaran Dharma. Sejak itu Kwan Kong menjadi pengikut Buddist dan berikrar menjadi pengawal agama Buddha dan ajarannya.

Telah lebih 1000 tahun sejak itu Kwan Kong dipuja sebagai Boddistsatwa Pelindung Buddhadharma.Penghormatan terhadap Kwan Kong sebagai orang ksatria yang teguh terhadap sumpahnya, tidak goyah akan harta kekuasaan dan kedudukan dan setia terhadap saudara-saudara angkatnya, menyebabkab ia memperoleh penghormatan yang tinggi oleh kaisar - kaisar pada jaman berikutnya.

Kwan Kong memperoleh gelar yang tidak tangung-tanggung Ia dsebut ” Di ” yang berarti ” Maha Dewa ” atau ” Maha Raja “. Sejak itu Ia disebut Guan Di atau Guan Di Ye ( Koan Te Ya - Hokkian ) yang berarti Paduka Maha Raja Guan, sebutan Kedewaan yang sejajar dengan Xuan Tian Shang Di. Tercatat disini beberapa gelar kehormatan untuk Kwan Kong yang dianugrahkan oleh kaisar - kaisar dari berbagai dinasti :
1. Pada tahun 1120 kaisar Wei Zong dari dinasti Song memberi gelar kehormatan sebagai ” Zhong - Yi - Hou atau Raja Muda Nan Setia dan Berbudi “. Delapan tahun kemudian sejak itu, kaisar Gao Zong menanbah dengan sebutan Xie Tian Shang Di atau Maha Raja Agung dan Penentram Langit ( Hiap Thian Siang Te - Kokkian ).
2. Kaisar Wei Zong dari Dinasti Yuan ( Mongol ) pada tahun 1330, menghormatinya dengan tambahan gelar ” Wen Heng Di Jung atau Maha Raja Kesusastraan Yang Abadi “.
3. Kemudian pada tahun 1594 kaisar Wan Li dari dinasti Ming memberi gelar ” Zhong-Yi Da Di yang berarti Maha Raja Agung Yang Berbudi Dan Setia”. Pada jaman ini lebih banyak lagi kelenteng untuknya didirikan sedangkan yang telah ada dipugar diseluruh negeri agar masyarakat luas dapat lebih leluasa menghormatinya.
4. Tahun 1813 kaisar Jia Qing dari dinasti Qing ( Manzhu ) melengkapi gelar untuk Kwan Kong dengan menyebutkan ” Wu Sheng Guan Gong atau Guan Gong Orang Bijak Kemiliteran “.
5. Pada tahun 1813, konon Kwan Kong menampakkan diri membantu pasukan kerajaan dalam pertempuran dengan pasukan pemberontakan. Sejak itu kaisar Xian Feng mengangkat sebagai Dewata Pelindung Kerajaan dan menambah sebutan Fu-Zi yang berarti Nabi, setara dengan nabi besar Kong Fu-Zi ( Kong Hu cu - Hokkian ) dalam upacara kehormatan. 

Kwan Kong ditampilkan dengan berpakaian perang 1 lengkap, kadang - kadang membaca buku dengan putra angkatnya Guan Ping ( Koan Ping - Hokkian ) yang memegang cap kebesaran dan Zhou Chang pengawalnya yang setia, bertampang hitam brewokan, memegang golok Naga Hijau Mengejar Rembulan, senjata andalan tuannya. 

Guan Ping memperoleh gelar Ling Hou Thi Zi ( Leng Houw Thay Cu - Hokkian ), hari kelahirannya diperingati tanggal 13 bulan 5 imlek, sedangkan Zhou Chang ( Ciu Jong - Hokkian ) atau Jendral Zhou, diperingati hari kelahirannya pada tanggal 20 bulan 10 imlek. Dalam pemujaan dikalangan buddhis, kwan Kong dipuja sendirian tanpa penggiring. Sering juga ditampilkan sebagai Qie Lan Pu Sa ( Ka Lam Po Sat -Hokkian ) atau Boddhisatwa Pelindung, bersama-sama Wei Tuo.

Hari ulang Tahun Kwan Kong jatuh pada tanggal 13 bulan 2 dan tanggal 13 bulan 5 imlek di Singapura dan Malaysia. Sedangkan Di Hong Kong, Taiwan dan daratan Tiongkok memperingati kelahirannya pada tanggal 24 bulan 6 imlek, tanggal 13 bulan 1 imlek sebagai hari kenaikannya.Seiring dengan mengalirnya para imigran Tionghoa keluar Tiongkok, pemujaan Kwan Kong tersebar ke negara-negara yang menjadi tempat tinggal para perantau itu.

Di Malaysia, Singapura dan Indonesia banyak sekali kelenteng yang memuja Kwan Kong. Di Indonesia kelenteng yang khusus memuja Kwan Kong, dan terbesar dengan wilayah seluas kira-kira 4 Ha adalah kelenteng Guan Sheng Miao ( Kwan Sin Bio ) di Tuban, Jawa Timur. Ditempat Pemujaan Kwan Kong biasanya ikut dipuja juga seorang tukang kuda yang dipanggil Ma She Ye atau Tuan Ma. Ia bertugas merawat kuda tunggangan Kwan Kong yang disebut Chi-Tu-Ma ( Cek Thou Ma - Hokkian ) atau Kelinci Merah, yang dalam sehari bisa menempuh jarak 500 Km tanpa merasa lelah.

Hari lahir Ma She Ye ini diperingati pada tanggal 13 bulan 4 Imlek. Dibeberapa kelenteng di wilayah Taiwan bersama-sama Kwan Kong dipuja Zhang Fei, Sang Adik Angkat, Liu Bei Sang Kakak, dan Zhao Zi Long ( Thio Cu Liong - Hokkian ). Zhao Zi Long atau Zhao Yun ( Thio In - Hokkian ) adalah panglima perang yang terkenal berani yang membantu Liu Bei menegakkan negaranya. 

Jasa Zhao Yun yang terutama adalah bahwa ia pernah menyelamatkan putra Liu Bei dari tangan musuh-musuhnya. Pada waktu itu Liu Bei sedang menghadapi situasi kritis, serbuan pasukan Cao Cao memaksanya mengundurkan diri untuk membangun pertahanan yang aman.Zhao yun pada waktu itu bertugas mengawal keluarga Liu Bei. Dalam keadaan kacau balau akibat serbuan pasukan Cao Cao, Zhao Yun kehilangan istri Liu Bei bersama putranya. Ia lalu membalikkan kudanya dan menerjang kembali barisan musuh untuk mencari istri junjungannya itu.

Para panglima Cao Cao menyerbunya. Seorang diri Zhao Yun menerjang, siapa yang menghalangi tewas kena tebasan pedang dan tombaknya. Berpuluh-puluh pahlawan Cao Cao tewas ditangannya. Akhirnya istri Liu Bei yaitu Nyonya Mi, ditemukan berlindung di sebuah rumah yang sudah runtuh di dekat sebuah sumur dengan putra dipelukannya. 

Zhao Yun meminta Sang Nyonya menaiki kudanya, ia mengawalnya sambil berjalan menerobos kepungan musuh yang berlapis-lapis. Tapi Sang Nyonya yang memahami kesulitan pahlawan ini menolak. Setelah menyerahkan putranya agar diselamatkan oleh Zhao Yun, ia lalu menerjunkan diri kedalam sumur. Seorang diri Zhao Yun kembali menerjang kepungan musuh, sampai akhirnya berhasil lolos dan menyerahkan sang bayi kepada Liu Bei yang menunggu dengan cemas. 

Kepahlawanan Zhao Yun ini dilukiskan dengan sangat menawan dalam novel San Guo. Zhao Yun atau Zhao Zi Long secara umum disebut Zi Long Ye atau Paduka Zi Long. Hari lahirnya diperingati pada tanggal 16 bulan 2 imlek.

Zhang Fei diperingati kelahirannya pada tanggal 13 bulan 8 imlek. Sebuah kuil peringatan untuk Zhang Fei terdapat di kaki gunung Fei - feng Shan, di tepi sungai Yang Zi diluar kota Yunyang, propinsi Sichuan, yang dibangun lebih dari 1700 tahun yang lalu, pada akhir kerajaan Shu. 

Liu Bei diperingati pada tanggal 24 bulan 4 imlek. Pemujaan secara bersama-sama Liu Bei, Kwan Kong dan Zhang Fei juga sering terdapat untuk mengenang sumpah persaudaraan mereka yang abadi dan di kagumi orang dari jaman ke jaman.
READ MORE - Cerita Riwayat Guan Yu (Guan Gong) bagian 3 dari 5 Artikel
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.