HARI KEBESARAN GUANG SHENG DI JUN (Bln 1 tgl 13 Imlek, 2568 IMLEK) KIsah 2 dari 5 Artikel

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
HARI KEBESARAN GUANG SHENG DI JUN (Bln 1 tgl 13 Imlek, 2568 IMLEK) KIsah 2 dari 5 Artikel

Guang Sheng Di Jun (baca: Kuan Sheng Ti Cuin) biasa dipanggil Guan Yu (baca: Kuan Yu). Beliau adalah seorang jenderal terkenal dari Zaman Tiga Negara. Memiliki gelar-gelar yang berbeda di setiap dinasti seperti Guan Di Ye (baca: Kuan Ti Ye), Wu Sheng Di Jun (baca: Wu Sheng Ti Cuin), Fu Mo Da Di (baca: Fu Mo Ta Ti) atau Bodhisattva Penakluk Iblis dan lain sebagainya.

Pemuja dewa Kwan Kong sangat luas baik dari kalangan umat ajaran Taoisme, Kungfusius maupun Buddhisme. Guan Sheng Di Jun {Hok Kian = Kwan Seng Tek Kun} atau yang lebih dikenal sebagai Guan Gong {Kwan Kong} terutama bagi orang Tiong Hoa suku Hokkian. Rakyat pada umumnya memujanya bersama 4 Dewata pendidikan lainnya sebagai Lima Dewata Pendidikan (Wu Wen Chang), Dewata Sipil dan Militer (Wen Wu Shuang Shen) dan salah satu dari Dewata Kekayaan (Cai Shen / Cay Sin). Bersama anak angkatnya Guan Ping (baca: Kuan Phing) dan pengawal setianya Zhou Cang (baca: Cou Chang), bertiga banyak dipuja baik di vihara, kelenteng maupun di rumah-rumah.

Nama asli Guan Yu adalah Shou Chang kemudian berganti nama menjadi Yun Chang, dilahirkan di kabupaten Jie, wilayah Hedong (sekarang kota Yuncheng, provinsi Shanxi), ia memiliki nama lengkap Guan Yunchang. Guan Yu merupakan jenderal utama Negara Shu Han, ia memiliki ilmu bela diri yang hebat juga beredukatif. Di saat usia 16 tahun, tepatnya di Taman Bunga Persik (Tao Yuan), ia bersumpah setia mengangkat saudara dengan Liu Bei (kakak tertua) dan Zhang Fei (adik terkecil).

Di penghujung dinasti Han Ling Di (baca: Han Ling Tik), pemberontakan Serban Kuning berkobar di mana-mana. Di saat pemerintahan kaisar Xian (baca: Shien),Yuan Shao, Dong Zhuo (baca: Tong Cuo) dan Cao Cao (baca: Chau Chau) masing-masing memaklumatkan diri sebagai kaisar dan mengklaim legitimasi sebagai kekaisaran yang mewarisi Dinasti Han. Guan Yu bertempur bersama Liu Bei dan Zhang Fei dalam menumpas Pemberontakan Serban Kuning dan berjuang membela negara serta mengembalikan ketentraman bangsa Tiongkok yang sedang bergejolak. Meski ditawari wanita dan harta bergelimangan, Guan Yu tetap setia melindungi istri Liu Bei yang ditawan bersamanya oleh Cao Cao.

Tahun 216, Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer Sun Quan (baca: Shun Chuen) di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219. Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Beliau tutup usia pada usia 68 tahun. Kesetiaan dan Pri Kebenaran Guan Yu sungguh terpuji, beliau mempertahankan kepribadian luhur Gang Zheng : Ksatria, adil, jujur, teguh, berintegritas, dan gagah berani, akhirnya mencapai kesempurnaan sebagai Maha Bodhisattva Satyakalama. 

Guan Yu dikenal pintar mengelola keuangan bahkan menulis buku Ri Qing Bu (baca: Re Ching Pu), sebuah buku yang hingga kini masih digunakan oleh kalangan pengusaha untuk mencatat dengan jelas semua hutang dan piutang. Di tambah dengan para pengusaha harus berdagang berpegang kepada kejujuran dan kepercayaan sehingga beliau semakin dipuja sebagai dewa kekayaan.

Sejalan dengan perkembangan zaman, setelah melewati masa yang panjang ( lebih kurang 1700 tahun ), pemujaan terhadap dewa Kwan Kong menjadi bervariasi :
1. Bagi kalangan yang belajar ilmu bela diri memuja beliau sebagai Dewata Militer (Wu Sheng).
2. Para pelajar menempatmuliakan dewa Kwan Kong sebagai 5 Dewata Pendidikan (Wu Wen Chang).
3. Para pengusaha memuliakan beliau sebagai Dewa Harta/Rezeki.
4. Sementara bagi kalangan buddhisme, dewa Kwan Kong dipuja sebagai Bodhisattva Pelindung Dhamma.

Gambar dan arcanya populer dengan wujud duduk membaca Kitab Hikayat Zaman Chun Chiu ( salah satu dari 5 kitab klasik ) Kebanyakan dipuja oleh kalangan pengusaha sebagai dewa rezeki, sementara kepolisian ataupun orang yang belajar silat akan menempat-muliakan dewa Kwan Kong dengan wujud panglima perang yang menyandang golok naga.
Konon, setiap kali aktor yang akan berlakon menjadi dewa Kwan Kong dalam film, seminggu sebelumnya harus membersihkan diri dan tidak boleh berhubungan dengan wanita serta menempat-muliakan dewa Kwan Kong di belakang panggung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.