Mengenal Maha Cundi Bodhisattva



Mengenal Maha Cundi Bodhisattva (Dalam Taoisme. Pada Fengshen Yan Yi - Kitab Penganugerahan Malaikat - Maha Cundi - dikenal sebagai Zun Di Dao Ren - Pendeta Tao yg sakti dan memiliki 18 tangan)

SUTRA MAHA CUNDI DHARANI

Suatu saat, Yang Terberkati, Sakyamuni Buddha sedang berdiam di dekat Shravasti, pada taman Anathapindada di hutan Jeta. Pada saat itu Sang Tathagata merenungkan dan mengamati para makhluk hidup di masa mendatang. Dengan perasaan yang penuh welas asih kepada mereka, Sang Tathagata memutuskan untuk menjelaskan secara terperinci Cundi Dharani, hati ibu dari tujuh koti para Buddha. Lalu Sakyamuni Buddha menyatakan mantra :
NAMO SAPTANAM SAMYAKSAMBUDDHA KOTINAM TADYATHA: OM, CALE, CULE, CUNDI SVAHA.

Bila ada bhiksu, bhiksuni, upasaka, atau upasika menjunjung tinggi dan menjapa dharani ini 800,000 kali, semua pelanggaran karma mematikan yang dibuat sejak masa tak berawal dapat dilenyapkan. Individu tersebut akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan semua Buddha dan Bodhisattva dimanapun ia lahir, dan akan terberkati dengan sekumpulan karma baik sesuai dengan yang diinginkannya. Dia juga akan mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan lingkaran tumimbal lahir dalam setiap kehidupannya, menegakkan ajaran dan sumpah para Bodhisattva.

Individu tersebut akan selalu lahir pada alam manusia dan alam dewa, serta terhindar dari berjumpa dengan kelahiran di jalan kejahatan, dan selalu dilindungi oleh makhluk surgawi. Bila terdapat umat awam menjunjung tinggi dan menjapa dharani atau mantra ini , maka rumah tangganya akan selalu terhindar dari penderitaan dan malapetaka, serta penyakit. Semua yang dilakukan oleh orang tersebut akan selalu menguntungkan. Kata-katanya akan dipercaya dan diterima oleh orang lain.

Bila seseorang selesai menjapa mantra tersebut 200,000 kali, dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha, Bodhisattva, PratyekaBuddha, dan Sravaka, serta melihat zat berwarna hitam keluar dari mulutnya.

Sebaiknya seseorang dengan pelanggaran karma berat, ketika sedang membaca mantra tersebut 200,000 kali dia akan bermimpi bertemu dengan para Buddha dan Bodhisatva dan dalam mimpinya akan mengeluarkan zat berwarna hitam.

Bila seseorang telah melakukan salah satu dari lima pelanggaran sila yang mematikan (Panca Garukha Karma) , dan tidak mendapatkan mimpi yang luar biasa ini, disarankan untuk membaca mantra ini 700,000 kali. Setelah itu, orang tersebut akan mendapatkan mimpi yang luar biasa dan pertanda. Ketika seseorang bermimpi suatu pasta berwarna putih seperti lem kanji yang tebal, maka hal itu mengindikasikan bahwa dia telah mendapatkan pemurnian karma.

Sekarang saya akan membabarkan apa saja kegunaan maha - dharani ini. Seseorang sebaiknya berdiri didepan patung Buddha atau diatas tanah bersih didepan stupa. Tuangkan Gomaya (=kotoran sapi, di India dianggap sebagai bersih dan murni) diatas tanah dan buatlah altar mandala berbentuk kotak. Hiasi mandala tersebut dengan bunga, dupa, kanopi, makanan, lampu, dan lilin. Sesuaikan dengan ukuran mandala. Lakukan persembahan ini sesuai dengan kapasitas seseorang. Lalu japa mantra dan semprotkan parfum ke empat penjuru, serta atas dan bawah, untuk membuat proteksi spiritual. Letakkan sebotol parfum pada tiap-tiap sudut dan pada pusat altar mandala. Praktisi harus memasuki mandala dengan berlutut dan menghadap ke timur. Japa mantra 1080 kali dan botol parfum akan berputar dengan sendirinya. Peganglah berbagai macam bunga dengan kedua tangan, dengan posisi saling menyilang. Orang tersebut akan melihat penampakan para Buddha dan Bodhisattva. Japa lagi mantra tersebut 108 kali dalam bunga-bunga dan lemparkan ke udara sebagai sebuah persembahan (kepada para Buddha). Tanyakan semua jenis pertanyaan, dan pertanyaan tersebut akan terjawab.

Bila seseorang harus mengidap suatu penyakit karena berhadapan dengan makhluk gaib, japa mantra tersebut ke dalam rumput cogon dan sapukan rumput cogon tersebut ke pasien. Pasien tersebut seharusnya akan sembuh.

Bila seorang anak kecil kesurupan hantu, ambilah benang lima warna, dan suruhlah seorang gadis muda untuk memintal benang tersebut menjadi sebuah benang. Ambillah benang lima warna tersebut dan ikatkan simpul, sambil japakan mantra, sampai sebanyak 21 simpul. Ikatkan benang dengan 21 simpul tersebut ke leher anak kecil tersebut. Japakan mantra sebanyak 7 kali ke dalam segenggam biji mustard dan lemparkan biji mustard ke wajah anak kecil tersebut. Anak tersebut akan sembuh dari kesurupan.

Aplikasi lain dari mantra dan termasuk metodenya:

1.Untuk orang yang kesurupan hantu, pada saat orang tersebut hadir, gambarkan ciri-ciri tubuh dari orang tersebut pada selembar kertas. Japa mantra ini pada batang dahan willow dan pukulkan gambar tersebut pada orang sakit dengan batang dahan willow. Ini akan menyembuhkan pasien dari penyakitnya. Bila pasien berada pada tempat yang jauh, japa mantra ini ke batang dahan willow tujuh kali, dan kirimkan orang lain dengan batang tersebut. Suruh orang tersebut menggambar ilustrasi pasien dan pukulkan gambar tersebut kepada pasien dengan batang. Ini akan menyembuhkan pasien dari sakitnya.

2.Bila seseorang menjapa mantra ini ketika sedang dalam perjalanan, dia tidak akan perlu takut berjumpa dengan pencuri, perampok, dan binatang buas.

3.Bila seseorang secara konstan membaca mantra ini, dia akan memenangkan segala macam percekcokan. Bila seseorang menyeberangi lautan, japalah mantra ini dan dia tidak akan bertemu dengan gangguan yang disebabkan makhluk-makluk jahat yang ada di lautan.

4.Bila seseorang dikurung dan tangannya diikiat, japalah mantra ini, dan dia akan dibebaskan.

5.Bila terdapat sebuah negara yang menderita karena banjir, kelaparan, atau wabah penyakit menular.Siapkan krim susu, biji wijen, dan beras mengkilat yang tidak lengket. Gunakan tiga jari, ambil masing-masing seporsi dari bahan tersebut untuk menyiapkan adonan. Japa mantra tersebut ke dalam adonan, dan lemparkan ke dalam api. Lakukan hal ini terus-menerus selama 12 jam, selama 7 hari dan semua malapetaka akan dilenyapkan.

6.Buatlah sebuah mandala stupa diatas pasir dipinggiran sungai sambil japakan mantra. Lakukan ini sebanyak 600,000 kali. Seseorang akan melihat Bodhisatva Kuan Yin atau Tara. Atau mungkin dia akan melihat Vajrapani. Apa yang anda doakan pada saat ini akan terpenuhi. Seseorang akan mendapatkan pengobatan spiritual atau mendapatkan prediksi pencapaian keBuddhaan.

7.Bila anda mengitari gambar pohon bodhi searah jarum jam dan menjapa mantra ini sampai 10 juta kali, anda akan menyaksikan seorang Bodhisatva membabarkan dharma kepadamu dan diijinkan untuk mengikuti bodhisatva tersebut.

8.Bila anda melakukan persembahan makanan dan sering menjapa mantra ini, anda akan terbebaskan dari berbagai manusia jahat atau anjing liar. Bila anda pada awalnya menyelesaikan mantra ini di depan pagoda, atau patung Buddha, atau stupa dan sesudah itu melakukan persembahan yang sangat besar pada tanggal 15 suklapaksa (Yang Terang, tengah bulan pertama dalam satu bulan), japa mantra selama satu hari sambil berpuasa makanan, anda akan bertemu dengan Vajrapani dan mendapat undangan untuk pergi ke istananya.

9.Bila anda berdiri didepan sebuah stupa menegakkan tanda dimana roda dharma pertama diputar, atau stupa didirikan dimana Buddha lahir, atau stupa didirikan dimana penerus Buddha langkah berharga dari Surga Triyamsa, atau semua stupa yang berisikan relik, mengitari stupa tersebut searah jarum jam dan menjapa mantra ini. Anda akan melihat Bodhisattva Aparajita dan Bodhisattva Hariti. Keinginanmu akan terpenuhi. Bila anda memerlukan pengobatan secara spiritual, maka hal itu akan diberikan kepadamu, dan anda juga akan mendapatkan ceramah pada jalan Bodhisattva.

10. Bila ada seseorang yang menjapa mantra ini tidak berada pada tempat yang suci, maka ia akan menerima sebuah kunjungan dari semua bodhisatvva, tanpa menghiraukan dimana dia berada. Maha Cundi dharani ini adalah mantra yang penuh kilauan, dan dijelaskan secara terperinci oleh para Buddha di masa lampau, dan akan dijelaskan oleh para Buddha pada masa mendatang. Kenyataannya, para Buddha pada saat ini menjelaskan mantra ini, seperti yang kulakukan hari ini. Hal ini perlu dilakukan untuk menguntungkan setiap makhluk sehingga mereka mencapai penerangan sempurna. Bila ada suatu makhluk yang kurang pahala dan memiliki akar karma baik sedikit, dan tidak memiliki kapasitas natural dan faktor pedukung yang cukup untuk pencerahan akan sangat beruntung menerima dharani ini. Dia akan melaju dengan cepat mencapai penerangan sempurna (Anuttara-Samyak-Sambodhi). Bila seseorang secara konstan ingat untuk menjapa mantra ini, akar-akar karma baik tak terbatas akan matang menuju ke pencapaian.

Ketika Buddha membabarkan Cundi Dharani , makhluk hidup yang tak terbatas jumlahnya terangkat dari kekotoran batin, dan menerima karma baik dari Maha Cundi Dharani, Mantra Maha Terang dan menyaksikan kehadiran para Buddha, Bodhisattva dan makhluk-makhluk suci dari sepuluh penjuru, sebelum mereka bernamaskara dan meninggalkan pertemuan.


Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.




READ MORE - Mengenal Maha Cundi Bodhisattva

Sejarah Dewa Obat - Bao Sheng Da Di (Pao Shen Ta Ti)

Bao Sheng Da Di disebut juga Da Dao Gong [Ta Tao Kong], Hua Qiao Gong [Hoa Kio Kong], atau Wu Zhen Ren [Go Cin Jin] yg berarti Dewa Wu.




Ada 2 pendapat yg sama-sama mempunyai dasar mengenai asal usul dr Bao Sheng Da Di.



Pendapat pertama mengat...akan bahwa Wu Zhen Ren memiliki nama asli Ben [Pun].

Wu Ben adalah seorg yg dilahirkan di desa Bai Jiao (Karang Putih), kabupaten Tong-an, wilayah Quan Zhou [Coan Ciu], propinsi Fujian. Ia lahir pada pemerintahan Kaisar Tai Zong, thn Xing Guo ke-4, bln 3 tgl.15 Imlek pd masa Dinasti Song.

Sejak masih kecil Wu Ben telah tertarik pd masalah pengobatan. Seorg pertapa, krn tertarik akan bakat anak ini, mengajarkan bermacam-macam ilmu pengobatan n memberikan kitab yg berisi kumpulan obat2. Setelah dewasa, ia terkenal sbg seorg tabib Dewa. Ia pernah mengikuti ujian sastra n lulus. Kemudian ia memangku jabatan sbg Yu Shi, jabatan di istana yg mengurus pencatatan sejarah.

Nama Wu Ben menjadi terkenal setelah ia berhasil mengobati penyakit yg diderita permaisuri Kaisar Ren Zong.

Setelah mengundurkan diri, Wu Ben berkelana mengobati penyakit. Kemudian Wu Ben memiliki bbrp murid, antara lain Huang Yi Guan (Huang si Menteri Tabib), Cheng Zhen Ren (Cheng si Manusia Dewa) n Yin Xian Gu (Yin si Dewi).

Rakyat, krn mengingat budi baik Wu Ben, banyak yg mendirikan kelenteng n diberi nama Ci Ji Gong yg berarti "Kuil Penolong Yg Welas Asih"

Para kaisar jg tdk ketinggalan menganugerahkan gelar kepadanya. Kaisar Song Gao Zong menganugerahkan gelar Da Dao Zhen Ren yg berarti "Dewa Jalan Nan Agung". Gelar ini menyebabkan Bao Sheng Da Di terkenal dgn sebutan Da Dao Gong yg berarti "Paduka Jalan Nan Agung".

Kaisar Song Ning Zong memberikan gelar kehormatan Zhong Xian Hou yg berarti "Pangeran Teladan Kesetiaan". Kaisar Ming yg pertama, Ming Tai Zu, memberikan gelar Hao Tian Yu Shi Yi Ling Zhen Jun.

Kaisar Ming yang pertama, Ming Tai Zu, memberikan gelar Hao Tian Yu Shi Yi Ling Zhen Jun [Ho Thian Gi Su It Leng Cin Kun] yang berarti "Dewa Sejati Ahli Pengobatan dan Menteri Pencatat Sejarah".

Pendapat yang satu lagi mengatakan bahwa Bao Sheng Da Di (保生大帝) adalah Wu Meng [Go Beng] yang hidup pada masa Dinasti Jin, penduduk asli dari Henan. Wu Meng sejak kecil terkenal karena baktinya kepada orang tua. Setelah dewasa ia berkelana dan melakukan pengobatan kepada penduduk yang tidak mampu. Kemudian ia dipanggil dengan nama Wu Zhen Jun [Go Cin Kun] yang berarti "Wu Si Dewa Sejati".

Jika ditinjau dari sudut sejarah, maka Wu Meng lebih terkenal dari pada Wu Ben, sebab Wu Ben meskipun memiliki reputasi sebagai tabib yang hebat, tetapi ia hanya dipuja di sekitar propinsi Fujian saja. Namun jika ditinjau dari tempat asalnya, maka Wu Ben lebih mendekati kenyataan, karena Wu Ben di propinsi Fujian dipuja sebagai Bao Sheng Da Di.

Kuil Bao Sheng Da Di (保生大帝) di propinsi Fujian yang terkenal terdapat di dusun Bai Jiao, tempat Wu Ben berasal. Di kuil itu terdapat papan yang dihadiahkan oleh Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming.

Kisah-kisah kehebatan Wu Ben di kalangan rakyat memang banyak beredar, terutama di propinsi Fujian dan sekitarnya.

Diceritakan pada suatu hari, ia sampai di sebuah jalan pegunungan. Ia berjumpa 4 orang memanggul sebuah peti jenasah. Peti jenasah itu sangat sederhana, terbuat dari papan kayu yang sudah lapuk, menandakan bahwa keluarga si jenasah adalah keluarga yang melarat. Darah tampak mengalir dari celah-celah peti jenasah itu, menandakan bahwa orang dalam peti jenasah itu belum lama meninggal.

Wu Ben melihat hal itu lalu berpikir sebentar, ia yakin bahwa yang di dalam peti belum meninggal. Ia meminta iring-iringan tersebut berhenti dan bersedia membuka tutup peti mati itu. Seorang wanita terbaring di dalamnya dan usianya sekitar 30 tahun.

Sekilas Wu Ben mengetahui bahwa wanita itu baru saja melahirkan dan mengalami pendarahan. Wu Ben meminta bantuan agar wanita tersebut diangkat keluar dari peti jenasah. Setelah dirawat dengan seksama akhirnya beberapa hari kemudian wanita yang sudah dianggap meninggal itu menjadi sehat kembali.

Kejadian ini tersebar dari mulut ke mulut dan meluas ke seluruh pelosok negeri. Semua menganggap bahwa Wu Ben dapat menghidupkan orang mati.

Ketenarannya sampai ke telinga Kaisar Ren Zong, yang sedang risau karena permaisurinya sedang sakit dan sudah banyak tabib tersohor yang didatangkan namun penyakit tidak kunjung sembuh. Tanpa memperdulikan jarak, Wu Ben datang ke istana untuk memenuhi panggilan kaisar.

Karena kebiasaan waktu itu yang melarang orang awam menyentuh tubuh kaisar atau keluarganya, maka Wu Ben memeriksa denyut nadi permaisuri dengan bantuan seutas tali sutera yang diikat pada pergelangan tangan sang permaisuri. Setelah yakin akan penyakit yang diderita sang permaisuri, Wu Ben menulis resep. Berkat obat itulah, tidak lama kemudian sang permaisuri sembuh kembali.

Ketika kaisar menanyakan hadiah apa yang diinginkannya, Wu Ben mengatakan bahwa ia ingin memakai jubah kebesaran yang pernah dipakai ayahnda kaisar. Kaisar Ren Zong mengabulkan permintaan tersebut.

Saat Wu Ben memakai jubah tersebut, Kaisar Ren Zong lalu berlutut. Wu Ben buru-buru mencegah dan menolak kehormatan itu.

Sejak itulah Wu Ben dikenal sebagai Bao Sheng Da Di (保生大帝) atau Maharaja Pelindung Kehidupan.

Bersama dengan menyebarnya imigran dari Quan Zhou, pemujaan terhadap Bao Sheng Da Di (保生大帝) tersebar ke Taiwan, lalu ke Asia Tenggara. Di Taiwan, karena imigran Quan Zhou banyak jumlahnya, maka kelenteng yang memuja Bao Sheng Da Di (保生大帝) terdapat dimana-mana.

Yang tertua adalah yang didirikan pada masa Dinasti Ming, saat pemerintahan Kaisar Wan Li, yaitu Kaisar Kai Shan Gong [Khai San Kong]. Masih ada juga yang lebih besar yaitu Xing Ji Gong, Yuan He Gong, Liang Huang Gong, Fu Long Gong, Guang Ji Gong, Miao Shou Gong, dan lain-lain. Di Singapura pemujaan Bao Sheng Da Di (保生大帝) terdapat di kelenteng Tian Fu Gong [Thian Hock Keng] di Telok Ayer Street, Chinatown, Singapore

READ MORE - Sejarah Dewa Obat - Bao Sheng Da Di (Pao Shen Ta Ti)

KISAH DELAPAN DEWA - HAN XIANG ZI (8/8)


Han Xiang Zi


Han Xiang Zi ((韓湘子 ; Pinyin: hán xiāng zi) adalah seorang filsuf pada masa Dinasti Tang. Ia merupakan salah satu anggota dari Delapan Dewa yang juga adalah sepupu dari Han Wên Kung.

Dewa ini seorang filsuf, Han Xiang Zi merupakan salah satu anggota dari Legenda Delapan Dewa . Han Xiang Zi sepupu dari Han Wên Kung..

Han Xiang belajar Taoisme di Pengadilan Tang di bawah bimbingan Lu Dongbin.

Pada suatu perjamuan dengan Han Yu, Han Xiang membujuk Han Yu untuk melepaskan kehidupan birokrasi dan ikut memperdalam ajaran Tao. Tapi Han Yu tetap pada pendiriannya dan sebaliknya mengatakan bahwa Han Xiang harus memberikan hidupnya untuk Taoisme, bukan Konghucu, jadi Han Xiang menunjukkan kemampuan Tao yang dia pelajari.

Dewa Pencinta Kesunyain ini menuangkan anggur kedalam cangkir demi cangkir dari labu miliknya tanpa berhenti. Karena serulingnya dapat memberikan kehidupan, maka Han Xiang juga disebut pemain seruling pemberi perlindungan. Han Xiang Seorang pecinta kesunyian, mewakili orang ideal yang senang tinggal di tempat alamiah.

Han Xiang zi sering menyusuri desa sambil meniup seruling dengan merdu sehingga menarik perhatian burung-burung dan binatang lainnya. Han Xiang zi tidak mengenal nilai uang dan bila diberi uang akan dia sebarkan di tanah

Han Xiangzi, courtesy name Qingfuor Beizhu, is a Chinese mythological figure and one of the Eight Immortals in the Taoist pantheon. He studied Taoist magical arts under the tutelage of Lü Dongbin, another of the Eight Immortals. Han Xiangzi is often depicted carrying a dizi (Chinese flute), so he is also regarded as the patron deity of flutists. He is also believed to be the composer of the Taoist musical piece Tian Hua Yin (天花引).

Historical identity

It is not known if Han Xiangzi existed historically. However, he is believed to be Han Xiang, a grandnephew of Han Yu, a prominent politician, poet and Confucian scholar who lived in the Tang dynasty. There are at least three different accounts about Han Xiang and Han Yu's grandnephew.

Han Yu once dedicated three poems to his grandnephew, Han Xiang, whose courtesy name was "Qingfu". The three poems are Zuo Qian Zhi Languan Shi Zhisun Xiang (左遷至藍關示侄孫湘), and the two-part poem Su Zeng Jiang Kou Shi Zhisun Xiang (宿曾江口示侄孫湘). In 819, during the reign of Emperor Xianzong of Tang, the emperor arranged a grand ceremony for an alleged Buddhist relic to be escorted to the imperial palace in Chang'an and encouraged the people to worship the relic and donate to Buddhist monasteries. Han Yu wrote a memorial to Emperor Xianzong to advise him against doing so, and drew on the example of Emperor Wu of Liang and Hou Jing to caution the emperor. Emperor Xianzong was furious and wanted to execute Han Yu, but eventually pardoned him, demoted him, and sent him out of Chang'an to serve as the Prefect of Chao Prefecture (潮州; present-day Chaozhou, Guangdong). Along the way, Han Yu passed by Lan Pass (藍關; in present-day Lantian County, Xi'an, Shaanxi), where Han Xiang came to join him on his journey. Han Yu wrote the poem Zuo Qian Zhi Languan Shi Zhisun Xiang and dedicated it to Han Xiang.

The historical text New Book of Tang mentioned that Han Yu had a grandnephew, Han Xiang, whose courtesy name was "Beizhu". Han Xiang served as a da li cheng (大理丞), an official in the Ministry of Justice, under the Tang government.

In the miscellany Miscellaneous Morsels from Youyang, Han Yu had an unnamed grandnephew who lived in the Huai River region. He instructed his grandnephew to study Confucian classics in a school, but his grandnephew showed no interest in his studies and bullied his classmates. Han Yu then arranged for his grandnephew to study in a Buddhist school, but the abbot complained that he was defiant and reckless. Han Yu then brought his grandnephew home and scolded him for not spending his time productively. However, his grandnephew claimed that he had the special ability to change the colour of peony flowers, and demonstrated it in front of him. Han Yu was greatly surprised. His grandnephew then returned to the Huai River region and led the rest of his life as a simple commoner.

READ MORE - KISAH DELAPAN DEWA - HAN XIANG ZI (8/8)

KISAH DELAPAN DEWA - CO KOK KIU (7/8)

Cao Guo Jiu (曹國舅 ; Pinyin: cáo guó jiù) sering juga dipanggil dengan sebutan Gongbo (公伯: gōng bó). Cao Guo Jiu adalah adik laki-laki dari Janda Kaisar Ci Shengguang, katanya tuhan penambah, dipegang oleh Wat Yu, juga dikenal sebagai "papan Yunyang." Acuh tak acuh terhadap sifatnya, tidak suka ketenaran dan kekayaan.



Saudaranya Cao Jing Zhi, menghitung untuk keluarga kerajaan, pintu gantungan pemilik dari kelompok pengganggu, meraih tanah rakyat, menempati rumah pribadi wanita. Sepanjang jelas mabuk mencoba membujuk saudaranya, tetapi tidak bisa direhabilitasi. Suatu hari, Cao Zhi Jing restoran di kota dan mengirim hasil alkoholisme minum kekacauan, sengaja membunuh, ditangkap di tempat ke penjara. Jelas mabuk karena ia menyadari county hakim saudara Ibu Suri, tidak berani meletakkan jari, ia dikritik daerah hakim mengatakan :? "Kamu adalah pejabat tinggi dari orang-orang, bagaimana kita dapat memiliki keguguran keadilan bahkan di mana Pangeran pelanggaran , dan juga masyarakat umum dengan dosa ah! Selain itu, saudara ratu Ibu? "Akhirnya, menurut hukum untuk hakim county Cao Jing Zhi dipenggal. Meskipun orang-orang yang sangat dikagumi jelas mabuk, tapi ia sangat sedih, kemudian mengundurkan diri untuk kaisar, mengucapkan selamat tinggal kepada teman dan kerabat, dibersihkan kekayaan keluarga, dan diberikan kepada orang-orang miskin, berpakaian seragam berkonsentrasi pengasingan monastik ke pegunungan.

KISAH DLM BAHASA INGGRIS

Cao Guojiu

Traditional Chinese 曹國舅

Simplified Chinese 曹国舅

Literal meaning Imperial Uncle Cao

Transcriptions

Standard Mandarin

Hanyu Pinyin Cáo Guójiù

Wade–Giles Tsao Kuo-chiu

Cao Yi

Chinese 曹佾

Transcriptions

Standard Mandarin

Hanyu Pinyin Cáo Yì

Wade–Giles Tsao I

Jingxiu

Chinese 景休

Transcriptions

Standard Mandarin

Hanyu Pinyin Jǐngxiū

Wade–Giles Ching-hsiu

Cao Guojiu, literally Imperial Brother-in-law Cao, is a Chinese mythological figure and one of the Eight Immortals in the Taoist pantheon. His real name was Cao Yi while his courtesy name was Jingxiu, and he was better known to his contemporaries as Cao Jingxiu.

Cao Guojiu is believed to be a descendant of Cao Bin, a general of the early Song dynasty, and a younger brother of Empress Cao, the wife of Emperor Renzong of the Song dynasty. As none of Emperor Renzong's sons survived their father, the emperor designated a younger male relative, who later became Emperor Yingzong, as his successor. As such, Cao could not have been a maternal uncle of Emperor Yingzong, so his "Imperial Uncle" status seemed ambiguous. However, as the Chinese character jiu (舅), which means "maternal uncle", can also mean "wife's brother", it is believed that the latter meaning should apply to Cao. In other words, Cao was the "Imperial Brother-in-Law" of Emperor Renzong rather than an "Imperial (Maternal) Uncle" of any Song dynasty emperor.

Cao's younger brother, Cao Jingzhi (曹景植), abused his relationship with the imperial family by bullying others and engaging in corrupt practices. Cao tried to persuade his brother to change his ways but he did not listen. In the meantime, he also used his family fortune to help the poor and tried to make up for his brother's misdeeds. One day, Cao Jingzhi was accused by other officials in the imperial court of corruption and abuse of power. Cao felt so ashamed and disappointed by his brother's misconduct that he gave up his official career and went to the countryside to lead a reclusive life. During this time, he met the immortals Zhongli Quan and Lü Dongbin, who taught him Taoist magical arts. After many years of practice and cultivation, Cao himself also became an immortal.

Cao is often depicted dressed in official robes and holding a jade tablet or castanets. He is also regarded as the patron deity of acting and theatre.

   





Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.
READ MORE - KISAH DELAPAN DEWA - CO KOK KIU (7/8)

KISAH DELAPAN DEWA -Lü DONG BIN (6/8)





Lü Dong Bin (呂洞賓; Pinyin : Lǚ Dòngbīn), yang hidup pada masa Dinasti Tang, lebih dikenal sebagai seorang ilmuwan. Hal ini tampak dari penampilannya yang berwibawa dan terpelajar.


Lü Dong Bin juga sering dipanggil dengan sebutan Shun-yang. Konon diceritakan bahwa saat Lü Dong Bin lahir, tercium harum seisi rumah, juga alunan musik merdu dari langit dan lintas sinar putih yang masuk ke dalam ruangan melalui tirai kamar pada saat ibu-nya tengah melalui masa persalinan.


Pada mitos Delapan Dewa, Lü Dong Bin merupakan salah satu dewa yang paling dikenal dalam lingkungan Tao. Tempat-tempat suci sebagai rasa hormat akan Lü Dong Bin banyak ditemui di Cina

     


Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.
READ MORE - KISAH DELAPAN DEWA -Lü DONG BIN (6/8)

KISAH DELAPAN DEWA - DEWI HO SIAN KU (5/8)

He Xian Gu (Hanzi:何仙姑, berarti "dewi He"), merupakan salah satu anggota wanita dari Delapan Dewa (ada juga yang menyebut Lan Cai He sebagai wanita).




Ia bernama kecil He Qiong (Hanzi:何瓊) dan berasal dari provinsi Yong (永州 Yongzhōu). Ia hidup pada masa Dinasti Tang dan semasa hidupnya bertapa di pegunungan. Saat ia berumur 14 tahun, sebentuk roh muncul di hadapan He Xian Gu yang menyuruhnya untuk menggerus batu mika menjadi bubuk dan meminum larutannya. Larutan tersebut akan menguapkan partikel-partikel tubuhnya dan menjadikannya abadi. Ia mengikuti perintah tersebut dan memperoleh hidup abadi. Ia juga memilih hidup selibat. Tak lama kemudian ia mampu terbang dari satu gunung ke gunung lainnya, memetik bunga dan buah-buahan untuk ibunya. Lama kelamaan ia sudah tidak perlu makan lagi. Suatu saat Ratu Wu (608-705) memanggilnya tetapi di perjalanan ia menghilang dan berubah menjadi dewi pada masa Qing Long (sekitar tahun 707).



Menurut mitos lainnya, He Xian Gu tersesat di pegunungan ketika memetik daun teh. Di sana ia bertemu dengan Lü Dong Bin yang memberinya buah peach. Sejak itu, ia berubah menjadi dewi yang tidak pernah merasa lapar.

Simbol dari He Xian Gu adalah bunga teratai yang dipercaya dapat mengembalikan kesehatan fisik dan mental seseorang. Ia digambarkan membawa bunga teratai dan sheng(instrumen musik). Acapkali ia juga ditemani seekor burung fenghuang dan membawa serta irus bambu atau tongkat sabutan.




READ MORE - KISAH DELAPAN DEWA - DEWI HO SIAN KU (5/8)

Cara Menulis Hu yang Benar

1. Kertakkan gigi 3 kali sambil mengulum air bersih dalam mulut. Lalu semburkan ke arah timur.
2. Bacalah mantera berikut:


hè hè yīn yáng rì chū dōng fāng
赫赫隂陽 日出東方
Yin dan yang amat Surya terbit di
cemerlang. sebelah timur.

chì shū cĭ fú jìn săo bù xiáng
敕書此符 盡掃不祥
Kuperintahkan dengan agar ketidakberuntungan
menulis hu ini, tersapu habis.

kŏu tŭ sān mèi zhī huŏ
口吐三昧之火
Mulutku memuntahkan api semadi.

yăn fàng rú rì zhī guāng
眼放如日之光
Mataku memancarkan cahaya seperti mentari.

zhuō guài shĭ tiān péng lì shì
捉怪使天蓬力士
Para perkasa dari Tianpeng, utusan penangkap hantu,

pò jí yòng zhèn shà jīn gāng
破疾用鎮煞金剛
cepat menghancurkan dengan intan penumpas kejahatan.

xiáng fú yāo guài huà jí wéi xiáng
降伏妖怪 化吉為祥
Taklukkan semua dan ubahlah menjadi
siluman, keberuntungan.

jí jí rú lü lìng chì
急急如律令敕
Kuperintahkan agar segalanya segera terlaksana sesuai aturan.


    



Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.
READ MORE - Cara Menulis Hu yang Benar

Serba Serbi tentang Hu atau FuDao

Hu atau jimat merupakan sesuatu yang dipercaya akan memberikan suatu efek/keajaiban yang bermanfaat kepada penggunanya. Pengguna hu adalah para umat Taoisme dan sebagian besar umat Buddha Mahayana. Hu biasanya dituliskan ke dalam sebuah kertas atau kain dengan ukuran tertentu yang berwarna kuning, hijau, putih atau merah. Setiap warna kertas ada perbedaan dalam menggunakannya. Hu dibuat oleh Tatung atau seseorang yang mengerti ilmu Taoisme, dengan mengukirkan tulisan/aksara/mantra yang kemudian di berkati dengan mantra lisan dan stempel dewa tertentu. Hu biasanya dibuat di depan altar dewa.

Hu untuk diminum menggunakan kertas warna kuning; Warna hijau untuk keperluan umum seperti hu anti maling; hu pelindung tubuh; hu anti makluk halus dll. Sedangkan warna merah dipakai untuk membuat hu pelaris usaha dagang. Warna putih jarang digunakan karena hanya aliran Taoisme tertentu yang menggunakannya,misalnya imam,rahib….Hu kertas hitam memiliki tujuan yang sama dgn warna putih.
Hitam juga digunakan membantu orang menghilangkan nasib buruk mereka.

Warna kuning merupakan Pusat (mis. tempat yang kita berdiri).
Warna kuning dianggap sebagai “universal” warna seperti itu adalah pusat semua 4 arah utama sehingga imam, medium dan guru spiritual cenderung menggunakan kertas kuning ketika gambar Hu.

Menurut Studi Spiritual, Kuning adalah warna-satunya yang mampu menempuh jarak spiritual panjang, artinya dapat melakukan perjalanan di luar alam yang berbeda, dan dimensi yang tidak dapat dilihat atau memvisualisasikan oleh manusia.

Dalam penggunaannya, hu bisa dibakar, ditempel atau dilipat dan ditaruh ke tempat yang telah ditentukan. Hu juga mempunyai batas waktu manfaatnya, rata-rata adalah 1 tahun, dan dapat diisi lagi kekuatannya agar manfaatnya bekerja lagi. Hu umumnya pantangannya, jangan dilangkahi, jangan dibawa kerumah bersalin, dan jangan sengaja dijatuhkan kelantai..

Menurut kegunaanya Hu dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti:
– Hu untuk perlindungan/ keamanan/ keselamatan
– Hu untuk kesuksesan dalam studi dan pekerjaan
– Hu untuk perjodohan
– Hu untuk merukunkan rumah tangga atau suatu hubungan
– Hu untuk Kerezekian/kemakmur an
– Hu untuk mengundang Dewa tertentu dan Kekuatan tertentu
– Hu untuk perlindungan dari hantu dan setan

HU biasanya dibuat oleh seorang praktisi untuk berbagai kegunaan tertentu, Setiap praktisi dari silsilah mistik Tao yang berbeda akan berbeda pula tatacara pebuatan HU, perbedaan tersebut biasanya meliputi: perbedaan bagaimana menuliskan symbol-simbol mistik Tao, bagaimana mengaktifkan HU, ritual yang dilaksanakan, bentuk dari HU, mantra yang dipakai, mudra yang dipakai dan pengundangan Dewa untuk memperkuat dan memberkati HU tersebut.

Kebanyakan ilmu HU ini masih terjaga dan dirahasiakan dari mereka yang belum menerima inisiasi Mistik Tao, karena rahasia ini dianggap sesuatu yang sakral dan suci, disisi lain, eksklusifitas ilmu ini terjadi karena ilmu ini dapat sangat mematikan, karena dapat mengakibatkan sakit, kesengsaraan dan kematian pada seseorang jika memang dikehendaki oleh si praktisi.

HU bisa dibuat kapan saja asal ada hari baik, ada Hu khusus diblessing pada hari khusus misalnya pada hari 5 bulan 5 imlek dan dimasukkan nama,tgl lahir dan alamat orang yg dimaksud.

Cara membuat HU :

"Jika tidak dikerjakan dengan benar mengikuti cara2 rahasia khusus yang hanya diturunkan oleh para Guru, akhirnya sebuah HU menjadi Kosong/tidak ada isinya. Sedangkan HU yang kosong ibaratnya hanya sebuah kertas dengan berbagai simbol huruf chinese yang aneh"m

Agar sebuah HU menjadi berhasil berfungsi, perhatikan hal2 berikut ini :

1. Pastikan anda memakai simbol yang tepat. Simbol Matahari, Bulan, Bintang, Dewa, membutuhkan teknik menulis yang berbeda.1 Goresan merupakan satu jembatan komunikasi terhadap alam Gaib.

2. Rasa hormat pada simbol tersebut.

3. Tempat untuk membuat harus bersih dan suci

4. Badan harus dalam keadaan bersih, terutama tidak boleh setelah berhubungan badan.

5. Beberapa HU mungkin dibutuhkan untuk melakukan Ciak Jay/makan tidak bernyawa.

6. Saat menulis, anda harus punyai suatu gambaran tujuan maksud anda.

7. Alat2 yang dipakai harus sudah di "thien" terlebih dahulu.misal: air,tinta,kuas,kertas HU

8. Yang terpenting waktu meng-"Thien" harus betul2 diisi dengan suatu Daya Gaib Tao, yang mana hanya bisa dipelajari langsung dari seorang Guru.


READ MORE - Serba Serbi tentang Hu atau FuDao

KISAH DELAPAN DEWA - LAM CAY HO (4/8)

Lan Caihe atau Lam Cay Ho (Hokkian)




Lan Cai He (藍采和; pinyin: Lán Cǎihé) adalah salah satu dari Delapan Dewa dalam mitologi Cina. Asal-usul Lan Cai He pun tidak diketahui secara jelas. Ia seringkali digambarkan sebagai seorang anak laki-laki namun dalam beberapa naskah maupun cerita, ia juga sering digambarkan sebagai seorang anak perempuan. Satu hal yang menjadi ciri khas-nya tersendiri adalah keranjang bambu penuh dengan bunga.



Lan Cai He juga digambarkan sebagai seorang pemulung yang kumal memakai sepatu sebelah (kaki lainnya tidak menggunakan alas kaki) yang membawa kastenyet dengan untaian uang logam.

Lan Cai He juga sering digambarkan membawa sepasang kastanet bambu yang akan di katupkan dan membuat irama sambil menghentakkan kaki, mererka akan bernyanyi mengikuti irama tersebut dan sekelompok penonton akan mengikuti serta menonton pertunjukkan mereka tersebut. Setelah pertunjukkan-pertunjukkan ini, mereka akan memberikan uang dalam jumlah besar sebagaimana diminta. Uang logam tersebut kemudian akan diuntai sehingga menjadi untaian panjang. Pada saat mereka berjalan, koin-koin logam ini akan terlepas dari untaian tanpa diperdulikan oleh Lan Cai He, para pengemis lainnya kemudian akan memunguti uang tersebut.







Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.
READ MORE - KISAH DELAPAN DEWA - LAM CAY HO (4/8)

KISAH DELAPAN DEWA - THIO KHO LO (3/8)



Si Tua Zhang Guo atau Zhang Guo Lao (Hanzi: 張果老) berarti "si tua Zhang Guo" adalah salah satu dari Delapan Dewa. Ia adalah seorang pendeta Tao yang hidup pada zaman Dinasti Tang. Saat masa pemerintahan Ratu Wu (608-705), ia mengaku telah hidup beberapa ratus tahun. Ratu Wu pernah mengundangnya untuk turun gunung, tetapi ia berpura-pura mati. Ia juga pernah memerintah sebagai Menteri bagi Kaisar Yao di kehidupan sebelumnya. Suatu ketika, kaisar Xuanzong menjadikannya pejabat dengan gelar Menteri Guanglu Biru Keperakan (銀青光祿大夫).

Zhang Guo Lao hidup sebagai seorang tabib dan ahli nujum di gunung Tiáo(條山) in di provinsi Heng (恒州 Héngzhōu). Ia senang membuat minuman dari tanaman dan tumbuhan obat. Anggota Delapan Dewa senang minuman buatannya yang dipercaya mengandung obat penyembuh. Selain penjelmaan dari kelelawar putih, ia menunggangi keledai ajaib yang dapat berjalan ribuan mil per hari secara terbalik (menghadap ke belakang). Keledai tersebut dapat dilipat seperti kertas dan disimpan di dalam sakunya. Untuk mengembalikannya, cukup diperciki air segenggam penuh. Biasanya ia membawa bulu burung phoenix atau buah tho(buah panjang umur). Simbol dari Zhang Guo Lao adalah tambur ikan, sebuah instrumen yang mampu menghasilkan suara bising. Salah satu yang paling eksentrik dari Delapan Dewa, ada jurus kungfu yang dibuat untuk menghormatinya, seperti tendangan saat salto ke belakang, dan kayang hingga bahu menyentuh tanah.

Pada tahun ke-23 masa periode Gai Yüan, pemerintahan kaisar Xuanzong (735) ia dipanggil ke Luoyang, dan dijadikan Pemimpin Akademi Pemerintah dengan gelar "Guru Besar". Pada masa itu ada seorang pendeta Tao bernama Yue Fa Shan yang disukai kaisar karena keahliannya memanggil arwah. Sang kaisar menanyakan siapa itu Zhang Guo Lao. Jawabnya,"Jika saya memberitahu Anda, maka saya akan mati, kecuali Anda berjanji datang ke Zhang Guo Lao secara pribadi dan memohon untuk memaafkannya, maka saya dapat hidup kembali." Setelah Xuanzong bersedia, maka Yue Fa Shan menjawab bahwa Zhang adalah "penjelmaan kelelawar putih yang sudah ada sejak awal kehidupan." Pendeta tersebut langsung mati di tempat. Setelah Xuanzong meminta maaf, Zhang memerciki wajah sang pendeta dengan air, sehingga ia hidup kembali. Tak lama kemudian, Zhang jatuh sakit dan meninggal sekitar tahun 742-746 di gunung Tiáo. Ketika muridnya membuka kembali kuburnya, mereka mendapati kubur tersebut kosong.


READ MORE - KISAH DELAPAN DEWA - THIO KHO LO (3/8)

KISAH DELAPAN DEWA - ZHONG LIE KWAN (2/8)





Zhongli Quan dalam mitologi Cina, dewa tertua kedua dari Delapan dewa.

Zhong Li Quan (Hanzi:鐘離權) adalah dewa tertua kedua dalam Delapan Dewa, selain juga pemimpin mereka. Ia juga dikenal sebagai Han Zhong Li (Hanzi:漢鐘離) atau Zhong Li dari Han karena dilahirkan pada zaman dinasti Han. Ia memiliki kipas dari daun palem yang dapat membangkitkan orang mati. Ia memiliki nama famili yang unik dan sangat jarang yaitu Zhong Li.



Berasal dari Yantai, konon Zhong Li Quan adalah panglima perang dinasti Han yang memilih hidup bertapa di usia lanjutnya. Saat ia lahir, suatu cahaya yang sangat menyilaukan menerangi kamarnya. Sejak itu, ia tidak berhenti menangis sampai tujuh hari setelah kelahirannya. Sumber lainnya mengatakan ia seorang wakil panglima yang lari ke daerah pegunungan saat kalah dalam perang melawat bangsa Tibet. Di sana ia ditahbiskan oleh lima dewa Taoisme untuk menjadi calon dewa. Beberapa ratus tahun kemudian, dialah yang mengajari Lü Dong Bin untuk menjadi dewa.


Dalam kisah lainnya dia diceritakan bertemu dengan seorang pendeta Tao di hutan yang setelah diminta, memeberikan resep untuk menjadi dewa. Tidak lama setelah meninggalkannya, Zhong Li Quan hendak melihat gubuk pendeta itu untuk terakhir kalinya dan terkejut saat mendapati gubuk tersebut telah lenyap. Ada pula legenda yang mengatakan bahwa ia membagikan uang logam perak pada fakir miskin saat bencana kelaparan tiba. Satu hari, dinding gubuknya roboh saat ia sedang bermeditasi dan menemukan lambang dari batu pualam yang berisi resep menjadi dewa. Ia mengikuti petunjuk tersebut dan berubah menjadi dewa dalam selubung asap putih yang menjulang tinggi.

Zhong Li Quan biasa digambarkan sebagai seorang yang tinggi besar berperut buncit dan bertelanjang dada dengan kumis dan janggut yang panjang.



     
Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.
READ MORE - KISAH DELAPAN DEWA - ZHONG LIE KWAN (2/8)
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.