Kisah dan Legenda Maha Dewa YM Hian Thian Siang Tee (bagian ke-2)





Memperoleh gelar Xuan Tian Shang Di

Xuan Tian Shang Di merupakan tubuh penjelmaan dari Guan Shi Thian Cun dan merupakan bagian dari diri Maha Guru tersebut. Ia menyerap hawa intisari matahari, masuk ke dalam kandungan wanita Sian Ceng Hujin dari negeri Jing Le (di utara Hebei) pada masa pemerintahan Kaisar Kuning. Ia dilahirkan setelah dikandung selama 14 bulan sebagai seorang pangeran dari negeri tersebut.

Saat berusia 10 tahun, ia sudah dapat memahami semua kitab yang ada pada masa tersebut. Saat berusia 15 tahun, ia merasakan penderitaan kehidupan sebagai manusia biasa sehingga memutuskan untuk mengundurkan diri pada sebuah gunung terpencil untuk memperlajari Tao. Giok Ceng Seng Cow Chi Hi Guang Kun memberinya petunjuk untuk bertapa di Gunung Tay Ho selama 42 tahun kemudian dipanggil untuk datang ke langit.

Pada masa jatuhnya Dinasti Shang, sesosok Raja Iblis (Kui Sin) menghancurkan dunia. Dewa Tao Yuen Chi Tin Chuen (元始天尊) menyuruh Kaisar Giok untuk menunjuk Xuan Wu sebagai komandan atas 12 legiun surga untuk membinasakannya.] Rakyat sudah tidak sanggup memikul penderitaan sehingga Xuan Wu berangkat dengan terburu-buru; tanpa memakai alas kaki dan memakai helm dengan cepat sehingga rambutnya terurai berantakan. Setelah pertempuran yang dahsyat, Kui Sin berubah menjadi kura-kura dan ular yang sangat besar, Xuan Wu menempatkan keduanya di bawah kakinya sebagai pijakan. Sekembalinya di langit, Yuen Chi Tin Chuen menganugerahinya gelar Xuan Tian Shang Di.[7] Pada Kuil Pak Tai di Hongkong, kura-kura dan ular perunggu di bawah kaki efigi Xuan Wu melambangkan bahwa kebaikan selalu mengalahkan kejahatan.

Pendirian Dinasti Ming

Penghormatan kepada Xuan Tian Shang Di mulai berkembang pada masa Dinasti Ming. Dikisahkan pada masa permulaan pergerakan Zhu Yuanzhang, ia pernah mengalami kekalahan besar sehingga terpaksa bersembunyi di Pegunungan Wudang, Hubei, dalam sebuah kelenteng Shangdi Miao. Berkat perlindungan Xuan Tian Shang Di, ia dapat terhindar dari kejaran pasukan Mongol yang mengadakan operasi penumpasan besar-besaran terhadap sisa-sisa pasukannya. Berkat berkahnya pula, ia berhasil mengusir penjajah Mongolia dan menumbangkan Dinasti Yuan. Zhu Yuanzhang mendirikan Dinasti Ming setelah mengalahkan saingan-saingannya dalam mempersatukan China.

Untuk mengenang jasa-jasa Xuan Tian Shang Di dan berterima kasih atas perlindungannya, Zhu Yuanzhang mendirikan kuil untuknya di Ibukota Nanjing dan Gunung Wudang. Semenjak saat itu, Pegunungan Wudang menjadi tempat suci umat Taoisme. Kemudian penghormatan Xuan Tian Shang Di meluas ke seluruh negeri dan hampir di setiap kota besar ada kuil yang menghormatinya. Ia juga diangkap sebagai dewa pelindung Negara.

Versi Dinasti Qing

Menurut versi Dinasti Qing, Xuan Wu sebenarnya adalah seorang tukang jagal yang telah menyembelih banyak hewan tanpa belas kasihan. Lama kemudian, ia merasa bersalah atas dosa-dosanya dan segera bertobat dengan mengundurkan diri pada sebuah gunung terpencil untuk mempelajari Tao.

Suatu hari ia membantu seorang wanita yang melahirkan. Saat mencuci pakaian wanita tersebut yang dipenuhi darah pada sebuah sungai, empat huruf "Xuan Tian Shang Di" muncul di hadapannya. Wanita yang melahirkantersebut berubah wujud menjadi Dewi Kwan Im. Ia merasa sangat kotor dan segera menunjukkan pertobatannya dengan membelah perutnya sendiri, mengambil lambung serta ususnya, kemudian mencucinya di sungai. Air sungai berubah menjadi hitam dan keruh, tetapi beberapa saat kemudian menjadi jernih. Namun lambung dan usus tersebut hilang terbawa arus sungai. Kaisar Giok merasa berwelas asih melihat ketulusan serta tekadnya untuk membersihkan diri dari dosa-dosa sehingga menganggkatnya menjadi sesosok makhluk abadi yang bergelar Xuan Tian Shang Ti.

Setelah dia menjadi makhluk suci, lambung serta ususnya yang selama ini menyerap sari pati tanah berubah menjadi siluman kura-kura dan ular. Mereka menyerang manusia dan tidak ada yang dapat menghentikan. Akhirnya Xuan Tian Shang Di kembali ke bumi dan menaklukkan keduanya, kemudian menggunakan mereka sebagai kendaraannya.

Sumur Tempat Mengasah Jarum

Terdapat sebuah peninggalan yang memiliki kaitan dengan Xuan Tian Shang Di, yaitu sebuah seumur yang dinamakan Mo Zhen Jing atau sumur tempat mengasaj jarum. Konon pada saat Xuan Wu sedang bertapa di Gunung Eudang, hatinya sempat merasa goyah. Ia memutuskan meninggalkan pertapaannya dan melewati sumur itu. Di sana ada seorang wanita tua yang sedang mengasah batangan besi. Xuan Wu yang merasa heran bertanya kepada nenek itu, apa tujuannya mengasah alu besi. Nenek itu tertawa sambil menjawab bahwa ia sedang membuat jarum untuk menyulam dengan cara mengasah alu besi sedikit demi sedikit. Xuan Wu tersadarkan oleh ucapan nenek tersebut dan kembali ke gunung untuk melanjutkan tapanya. Kini di dekat sumur tersebut dibangun patung seorang nenek tua sedang mengasah alu.

Siluman Ular dan Kura-Kura

Pada suatu ketika dalam masa pertapaan Zhen Wu yang tanpa makan dan minum, ia merasakan usus dan lambungnya sedang bertengkar. Rasa lapar yang amat sangatlah yang menyebabkan kedua organ tersebut bertengkar. Zhen Wu menyadari, jika ia membiarkan hal tersebut, ketentraman batinnya akan terganggu. Ia kemudian membelah perutnya dan mengeluarkan kedua organ tersebut lalu melemparkannya ke rerumputan di belakangnya, kemudian melanjutkan samadhinya. Lambung dan usus yang setiap hari ikut mendengarkan Zhen Wu membaca ayat-ayat suci Tao akhirnya memiliki kekuatan gaib dan berubah menjadi kura-kura dan ular. Keduanya menyelinap turun gunung untuk memangsa ternak serta manusia. Zhen Wu yang telah menjadi dewa menjadi murka melihat kejadian tersebut. Ia mengendarai awan dan turun gunung dengan pedang terhunus. Tebasan pedangnya di punggung kura-kura meninggalkan bekas guratan-guratan (sebagaimana guratan-guratan di punggung kura-kura hingga sekarang). Ia kemudian mengikat leher ular dengan tali wasiat sehingga leher ular menjadi lebih kecil dari tubuhnya hingga saat ini.

Setelah ditaklukkan, kedua siluman itu diberi pangkat Er Jiang atau "Dua Panglima" dan menjadi landasan singgasana Zhen Wu Da Di. Namun, sang kura-kura masih belum kehilangan watak silumannya sehingga Zhen Wu memerintahkan sang ular melilit erat-erat tubuh kura-kura agar segala benda yang ditelannya dimuntahkan kembali (dan untuk mengungkapkan semua kejahatan yang pernah dilakukannya). Patung ular melilit kura-kura masih berada di Kuil Zi Xiao Gong di Pegunungan Wudang dan menjadi lambing gunung tersebut. Para pengusaha rakit bambu di Taiwan dan Hongkong bersembahyang kepada Xuan Tian Shang Di supaya ular dan kura-kura di sungai tidak berani menimbulkan ombak di sungai sehingga mengganggu usaha mereka.

Pedang Xuan Tian Shang Di
Suatu legenda mengisahkan bahwa Xuan Wu meminjam pedang Lü Dong Bin untuk menaklukkan sesosok siluman yang sangat kuat. Setelah berhasil mengalahkan siluman tersebut, ia merasa sayang untuk mengembalikan pedang yang berkekuatan dahsyat tersebut.Pedang tersebut akan selalu kembali kepadanya setiap kali dilepaskan; itulah sebabnya dikatakan bahwa Xuan Wu selalu menggenggam erat pedang tersebut, tidak bisa melepaskannya.

Kultur Populer
Dalam novel klasik Perjalanan ke Barat, Xuánwǔ merupakan seorang raja langit utara yang memiliki dua jenderal bawahan, yaitu "Jenderal Kura-Kura " dan "Jenderal Ular ". Ia memiliki sebuah kuil di Pegunungan Wudang di Hubei, dan juga terdapat Gunung Kura-Kura serta Gunung Ular yang dipisahkan oleh sebuah sungai di Wuhan, ibukota Hubei.

Xuan Wu merupakan karakter utama dalam serial fantasi populer karya Kylie Chan: The Dark Heavens Trilogy dan the Journey to Wudang Trilogy.




Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.