Dewa Rejeki (Cai Sen Ye)





Dewa Rejeki (Cai Sen Ye)



Dewa Rejeki (Cai Sen - 財神 (traditional); 财神 (simplified); pinyin=Cái Shén; WG=Tsai2 Shen2; Hokkien =Tsâi-sîn; Khek=Choy Sin) atau Cai Shen Ye (Hanzi=財神爺; Hokkien=Cai Sin Ya) adalah dewa kekayaan, harta, atau rezeki dalam mitologi Cina. Dalam bahasa Vietnam, ia disebut Thần Tài (Chữ nôm=神財). Cai Shen dipuja sebagai dewa dalam kepercayaan tradisional masyarakat Cina, Taoisme, dan agama Budha aliran Tanah Suci.

Pada versi yang paling terkenal, Cai Shen memiliki nama asli Zhao Gongming (baca: Chao Kung-ming) atau Bigan (baca: Pi-kan).[1] Zhao Gong Ming terkenal di kalangan masyarakat yang tinggal di negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia, tetapi tidak populer di kalangan masyarakat negara Barat.

Kultus

Gambar Cai Shen digunakan sebagai penghias angpau
Cai Shen sering disebut-sebut selama perayaan tahun baru Imlek. Ia memiliki wilayah penghormatan yang luas. Altar untuknya, selain terdapat di kelenteng-kelenteng, juga terdapat di rumah-rumah penduduk. Dewa Harta yang dipercaya di kalangan rakyat jelata sangat banyak macamnya, antara lain seperti yang disebutkan di bawah ini.

Cai Bo Xing Jun
Cai Bo Xing Jun (Hanzi= 财帛星君) atau Zheng Fu Xian Gong (Hanzi= 增福相公), Zheng Fu Cai Shen (Hanzi= 增福财神) adalah Cai Shen yang paling sering dimunculkan dalam bentuk patung-patung atau gambar. Ia sering disalah mengerti sebagai Zhao Gong Ming atau Bigan. Nama aslinya adalah Li Gui Zu (Hanzi= 李诡祖); ia lahir di Distrik Zichuan (淄川人), Provinsi Shandong, China pada tanggal 17 bulan 9 Imlek.

Li Gui Zu menjadi menteri pada pemerintahan Kaisar Xiaowen dari masa Wei Utara. Ia memiliki jasa besar kepada masyarakat, seperti mengeruk sungai, mengontrol kadar garam dalam air, bahkan memberikan gajinya untuk menolong orang miskin. Ia dicintai masyarakat banyak sehingga orang-orang membangun kuil untuknya setelah ia mangkat. Kebaikan-kebaikannya banyak tercatat sehingga ia dianugerahi berbagai gelar oleh para pejabat yang berikutnya:

Kaisar Wu De dari Dinasti Tang (619 M) menganugerahi gelar Cai Bo Xing Jun (Hanzi= 财帛星君; lit. Dewa Kemakmuran) pada tahun pemerintahannya yang kedua.
Kaisar Ming Zong dari Dinasti Tang (926 M) menganugerahi gelar Shen Jun Zheng Fu Xiang Gong (Hanzi= 神君增福相公; lit. Dewa Berkah Meningkat).
Pada Dinasti Yuan, ia dianugerahi gelar Fu Shan Ping Shi Gong (Hanzi= 福善平施公).
Dikatakan bahwa dirinya sebenarnya adalah utusan Yu Huang Da Di, yaitu Tàibái jīnxīng (Hanzi= 太白金星; planet Venus), yang dikirim ke dunia untuk menolong umat manusia. Di surga, tugasnya adalah mengatur harta kekayaan di dunia maupun di dunia (都天致富财帛星君). Festivalnya dirayakan setiap tanggal 22 bulan 7 Imlek. Sebagaimana Bigan dan Fan Li, ia digolongkan sebagai Dewa Harta Sipil.

Wen Wu Cai Shen (Dewa Rejeki Sastrawan dan Berilmu = Kwan Kong)

Wen Wu Cai Shen (Hanzi=文武財神; Hokkien=Bun Bu Cai Sin) adalah Dewa Harta Sipil dan Militer. Cai Shen yang tergolong dalam kelompok ini adalah Xuan Tan Yuan Shuai Zhao Gong Ming (Hanzi= 玄壇元帥趙公明; Hokkien= Hian Tan Gwan Swe Tio Kong Beng), Guan Gong (Hanzi= 關公; Kwan Kong), dan Bigan.

Zhao Gong Ming Zhao Gong Ming (Hanzi= 赵公明; Hokkien=Tio Kong Beng) adalah salah satu Cai Shen yang ikonnya selalu tampil setiap perayaan Tahun Baru Imlek. Ia juga disebut "Dewa Kabar Baik" karena dapat memberikan kebahagiaan pada orang-orang. Zhao Gong Ming selalu membantu semua manusia berbudi luhur dan rajin yang sedang mengalami kesulitan sehingga menjadi berbahagia. Itulah sebabnya dirinya disebut Dewa Rejeki.

Sebagai Dewa Harta Militer, Zhao Gong Ming sering ditampilkan sebagai seorang panglima perang berwajah bengis dengan pakaian perang lengkap, satu tangan menggenggam ruyung dan tangan yang lain membawa sebongkah emas, dan mengendarai seekor harimau hitam. Penggambaran ini berdasarkan buku Feng Shen Bang (Hanzi= 封神榜; lit. Daftar Penganugerahan Dewa-Dewa).[3] Ia merupakan pemimpin Wu Lu Cai Shen atau Dewa Harta Lima Jalan dan menjadi Dewa Harta Tengah dalam Dewa Harta Lima Penjuru. Perayaan hari raya untuknya adalah setiap tanggal 15 bulan 3 penanggalan Imlek.

Guan Gong Guan Gong dahulu pernah menjadi gubernur wilayah Yong An. Ia memimpin dengan adil dan bijaksana sehingga kota tersebut menjadi berkembang pesat dan makmur, semua rakyatnya tidak pernah berkekurangan. Ia dikenal murah hati; hadiah-hadiah seperti sutra dan emas yang ia terima tidak pernah ia gunakan, melainkan ia berikan untuk kesejahteraan rakyatnya.[5] Guan Yu dikenal dalam kisahnya menjaga kakak iparnya (istri Liu Bei) selama dalam perjalanan berdua, sehingga masyarakat China menghormati serta memuja kesetiaannya.

Para pedagang di China zaman dahulu memuja Guan Gong untuk melindungi mereka dari penyamun dan malapetaka lain selama dalam perjalanan bisnis. Akhirnya, ia dipuja bukan hanya sebagai dewa pelindung para pedagang dalam perjalanan, tetapi juga sebagai Cai Shen.[5] Karena watak Guan Gong yang lurus dan jujur, ia tidak akan memberkati bisnis atau pedagang yang curang. Sebagai Cai Shen dan pelindung, rupang yang digunakan pada altar adalah yang dalam posisi siaga memegang senjata guan dao.

Bigan Bigan (Hanzi= 比干) merupakan tokoh historis yang hidup pada masa akhir Dinasti Shang. Ia adalah putra Wen Ding (文丁), keturunan Zi (子), dan merupakan keluarga kerajaan, yaitu paman dari raja terakhir Dinasti Shang yang bernama Zhou Xin (紂王). Selain dipuja oleh masyarakat China secara umum, ia terutama dipuja oleh keluarga Lin (林) di seluruh dunia.

Ia merupakan satu-satunya penasihat raja Zhou dari Dinasti Shang yang masih setia menemani serta menasihati keponakannya yang korup, sementara dua pamannya yang lain memilih untuk mengundurkan diri. Raja Zhou merasa terganggu hingga akhirnya Daji (妲己), selir kesayangannya, berkata bahwa dirinya ingin membuktikan kebenaran pepatah kuno China bahwa "jantung seorang pria yang baik memiliki tujuh lubang" (七巧玲瓏心). Bigan kemudian dieksekusi dengan jalan jantungnya dikeluarkan (比干剖心).

Karena Bigan tidak mementingkan diri sendiri serta adil dan jujur, ia tidak memiliki jantung untuk dirinya sendiri. Masyarakat memujanya sebagai Dewa Harta Sipil. Legenda mengatakan bahwa para pebisnis yang diberkahi Bigan hanyalah yang melakukan bisnis jujur. Ia digambarkan berpakaian pejabat sipil China kuno lengkap dengan topi khas dan jubah bermotif, membawa batangan emas atau perak di kakinya serta tongkat ruyi (tongkat berbentuk seperti huruf "S" yang biasanya terbuat dari giok) yang dapat mengubah batu dan besi menjadi emas.

Bigan dalam Fengshen Yanyi (Penganugerahan Malaikat / Buku Hong Sin, Fengshen Pang)

Jiang Ziya, yaitu perdana menteri Raja muda Wen, meramalkan melalui tulang orakel bahwa Bigan, seorang menteri yang setia dan berbudi di istana Raja Zhou, akan segera meninggal. Ia segera memberikan jimat kepada Bigan serta mengatakan beberapa nasihat.

Pada suatu malam, Raja Zhou mengadakan perjamuan dengan mengundang beberapa imortal. Bigan merasa ada sesuatu yang aneh, meskipun awalnya ia tidak tahu bahwa tamu-tamu tersebut sebenarnya adalah para siluman rubah, rekan-rekan dari Daji. Para imortal tersebut menjadi mabuk, tanpa sengaja Bigan melihat salah satunya mengeluarkan ekor rubah dari balik bajunya. Bigan segera mengumpulkan para prajurit untuk mengikuti siluman-siluman tersebut saat kembali ke sarangnya kemudian membunuh mereka semua. Ia membuat sebuah jubah dari kulit mereka kemudian ia persembahkan kepada Raja Zhou. Daji yang melihat jubah tersebut menjadi ngeri dan bersumpah akan membalas dendam kepadanya.

Tak lama kemudian, Daji berkata kepada Raja Zhou bahwa ia terkena serangan jantung dan hanya "jantung lembut berlubang tujuh" yang dapat menyembuhkannya. Tidak ada seorang pun di istana yang memiliki jantung semacam itu, kecuali Bigan yang dianggap sebagai orang suci. Bigan menelan jimat dari Jiang Ziya kemudian mengeluarkan jantungnya sendiri untuk ia persembahkan kepada Raja Zhou. Ia tidak meninggal, bahkan tidak ada darah yang menetes. Sesuai nasihat Jiang Ziya, ia diharuskan untuk segera pulang ke rumahnya dan tidak boleh untuk menoleh ke belakang.

Setelah dekat dengan rumahnya, seorang penjual wanita berseru dari belakang, "Hey! Jual sawi putih murah tanpa akar!" Bigan yang penasaran kemudian menoleh dan bertanya, "Bagaimana mungkin ada sawi putih yang tidak memiliki akar?" Wanita tersebut menyeringai kemudian menjawab, "Anda benar, Tuan. Sawi putih tidak dapat hidup tanpa akar (Hanzi= 心; pinyin= xīn), sebagaimana manusia tidak dapat hidup tanpa jantung (Hanzi= 心; pinyin= xīn)" (aksara untuk akar dan jantung adalah sama). Bigan berteriak nyaring kemudian jatuh dan meninggal. Wanita tersebut segera melesat pergi dalam wujud aslinya, yaitu siluman pipa (alat musik) dari giok.

Setelah perang antara Shang dan Zhou berakhir, Jiang Ziya melakukan ritual pengangkatan para dewa. Bigan dianugerahi gelar Wén qū xīng jūn (Hanzi= 文曲星君; lit. Bintang Wen Qu).

Bagian Pertama / Tiga Tulisan






 
Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.

Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao's photo.

'Dewa Guan Yu (Kwan Kong, atau dipanggil juga Kwan Tee Kong, atau Gelar Lainnya Bu An Tay Tee)'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.