Menjelajahi misteri ciamsi dan pwa pwee (Bag 1 dari 2 Tulisan)

Menjelajahi misteri ciamsi dan pwa pwee
(Bag 1 dari 2 Tulisan)
Pendahuluan
Ciamsi dan pwapwee adalah barang yang umum dapat dilihat dalam kelenteng-kelenteng. Hampir semua umat kelenteng mengenal metode ini dan selalu dianggap sebagai metode peramalan dan tidak jarang ada yang mentertawakan metode ini karena dianggap tahayul atau rumus probilitas belaka dan tidak ilmiah. Tidak sesuai logika, jawaban mereka yang mentertawakan itu. Menurut prof.Bambang Soegiharto, “Kini makin disadari pula bahwa ‘logika’ sesungguhnya tidaklah satu, bukanlah hanya logika formal ala Aristoteles.Logika adalah sistem-sistem yang digunakan untuk menalarkan dan menjelaskan hubungan sebab-akibat, dan ada bermacam sistem.Sistem itu lahir seringkali sebagai konsekuensi dari ‘worldview’ (falsafah) tertentu yang khas, dan dipengaruhi karakter bahasa tertentu yang spesifik.” Sedangkan logika yang digunakan untuk mentertawai adalah logika dari kerangka berpikir barat. Bambang Soegiharto menambahkan bahwa “Orang kini makin menyadari bahwa realitas tak pernah lepas dari tafsiran: hidup berarti menafsir. Dan penafsiran selalu ditentukan oleh kerangka pemahaman awal kita (mind-frame), tak ada tafsir obyektif netral murni.” Manusia memang selalu menafsir semua yang ada dalam kehidupannya, disini kita juga harus menyadari bahwa ciamsie dan pwa pwee tidak lepas dari menafsir apa yang tersirat maupun tersurat.
Selain hal itu juga harus menyadari bahwa manusia ini hidup dalam jejaring alam semesta yang bergerak dan berkorelasi satu dengan yang lain. Ciamsie dan pwapwe adalah sarana untuk membangun jalinan dan komunikasi dengan jejaring alam semesta itu.
Upaya Manusia Menghadapi Hidup
Kita bisa melihat bahwa para Taoist jaman dahulu mencoba mencari cara memperbaiki qualitas hidup, baik secara fisik maupun psikis.Perjuangan mereka mencari cara panjang umur, menyehatkan tubuh, meneliti gejala alam, melihat perubahan, menerobos dimensi-dimensi yang tidak terlihat, mencari cara mengatasi alam tanpa merusak alam itu akhirnya bisa dikatakan semua jerih payah mereka menjadi suatu dasar yang sekarang ini dikenal sebagai 5 ilmu atau wu shu 五术 atau juga disebut daoshu 道術 ( ilmu Dao ).
Kelima ilmu adalah sebagai berikut :
Shan 山( gunung ) : quanfa 拳法 ( beladiri ), fuzhou 符咒 ( talisman ), zhuji 築基[1] ( meditasi ), shi er食餌 ( pola makan yang sehat, seperti diet carbohidrat bigu辟穀)[2], xuandian玄典 ( filsafat )
Yi 醫 ( pengobatan ) : tusuk jarum, ramuan, daoyin 導引 ( senam pernafasan ), lingzhi 靈治( psikologi )
Xiang 相 ( bentuk ) : yuzhang 玉掌 ( garis tangan ), jinmian 金面 ( raut muka ), yangzhai 陽宅 ( rumah tinggal ), mogu 摸骨( meraba tulang ), muxiang墓相( fengshui 風水, bentuk kuburan ) ,yinxiang 印相 ( bentuk stempel )
Ming 命( perjalanan hidup )[3] : bazi 八字, ziweidoushu 紫微鬥數, xingping huihai 星平會海.
Bu ( divination [4]): Meihua yishu梅花易數 , qimen dunjia 奇門遁甲 .
Ilmu xiang, ming dan bu itu sering dianggap sebagai ilmu ramal. Dalam beberapa hal memang ada benarnya. Tapi perlu dipahami bahwa ilmu ramal itu menggunakan data-data yang diperlukan dan memiliki rumus-rumus yang dibangun dengan logika yang terkait dengan kulturnya juga filosofinya. Karena itu dalam semua peradaban dan kebudayaan itu mengenal namanya “meramal” dan membangun “sains”nya sendiri berdasarkan kultur dan filosofinya. Misalnya yoga, astrologi barat, hitungan wuku Jawa dan lain-lain. Ironisnya lima ilmu utama itu sering dicibirkan oleh orang Tionghoa sendiri yang pola pikirnya menggunakan logika barat ( logika Aristotelian ) atau sains barat. Sains barat yang dipelopori Copernicous, Galileo Galilei, Francis Bacon, Isaac Newton dan lain-lain memandang alam itu bagaikan mekanik atau mesin raksasa, dapat dipahami dengan analitik. Tapi pergerakan arus posmodernisme mengubah pandangan tersebut dan didukung dengan perkembangan quantum. Arus besar dunia sains barat sudah berubah dalam memandang dunia ini sedangkan orang timur masih terkungkung dengan pola pikir arus sains barat yang sudah ditinggalkan. Sains barat sendiri sekarang bisa menerima akupuntur dan banyak tokoh-tokoh barat dipengaruhi pemikiran filosofis timur. Misalnya Heidegger, Nietzsche, Capra, Sagan dan lain-lain. Sains sekarang ini lebih berpikir probilitas daripada kepastian, karena banyaknya variable-variable yang ada. Contoh : warna hijau adalah berdasarkan indera mata manusia, jatuhnya satu benda tidak dapat diukur ketepatannya berapa detik, satu ukuran panjang juga tidak dapat ditemukan ukuran pastinya. Yang bisa adalah satuan ukuran yang bisa diterima tapi tidak pasti dan tepat.
Berbagai faktor yang mendasari ilmu ramal[5] antara lain adalah :
untuk membangun keteraturan dalam alam (cosmos ) maupun dalam hidup. Ilmu pengetahuan juga bertujuan membangun keteraturan alam. Suatu upaya mencari keteraturan alam. Dan tidak dapat dipungkiri banyak ilmu-ilmu pengetahuan sekarang ini lahir dari berbagai disiplin “ilmu” yang dianggap tahayul. Misalnya astronomi lahir dari astrologi, kimia lahir dari alkimia. Bahkan Newton sendiri awalnya berangkat dari alkima, Galileo berangkat dari astrologi.
Sebagai alat pengontrol. Baik atau buruk hasil prediksi atau ramalan itu harus menjadikan manusia atau kelompok masyarakat mawas diri dan memperbaiki keadaannya terus menerus. Yang menjadi masalah adalah kondisi psikologis jika hasil ramalan itu baik atau buruk. Tanpa adanya mawas diri dan sikap memperbaiki diri, semua itu menjadi sia-sia belaka. Dalam bidang ilmu ekonomi misalnya, prediksi atau ramalan ekonomi entah baik atau buruk itu tetap harus disikapi dengan mawas diri dan upaya memperbaiki diri.
Perjalanan hidup manusia selalu tidak memiliki ketidak pastian karena ketidak mampuannya dalam memprediksi apa yang akan terjadi. Karena itu ilmu ramal adalah suatu upaya memberikan kepastian dalam kondisi yang tidak pasti. Sains juga berupaya memberikan kepastian-kepastian dalam hal yang tidak pasti, misalnya ramalan cuaca. Prediksi atau ramalan cuaca itu juga tidak memberikan suatu jawaban yang pasti, tetap ada toleransi untuk ramalan itu.
Menafsir atau meramal itu dikenal dalam semua kebudayaan dan mengandung unsur kebijaksanaan ( profetik ). Hasil ramalan tidak selalu baik, unsur enak dan tidak enak harus diterima. Dalam budaya Tionghoa itu mengenal banyak metode untuk mengubah atau memiliki cara-cara untuk mengatasi tidak enak itu. Manusia saat menatap masa depan, selalu memiliki kecemasan dan harapan, citra dan idealitas. Begitu pula orang tua yang selalu memiliki kecemasan dan harapan akan masa depan anak itu. Sudah memasuki ranah belief system dari kepercayaan orang Tionghoa. Dan belief system ini berjalan ribuan tahun yang bertujuan menjaga keteraturan atau mencari keteraturan itu sendiri yang merupakan system simbolik. System simbolik adalah mediasi antara tataran abstraksi dan ekspresi dalam hidup, yang memiliki 3 bagian yaitu domain ekspresi, system simbolik dan domain abstraksi ( konseptual atau metafisik ).
Mereka yang mempelajari Yijing atau kitab perubahan dari sudut filosofis akan menyadari bahwa segala sesuatu itu adalah perubahan dan perubahan itu memiliki pola yang bisa diprediksi atau diramal dengan toleransi akurasinya itu sendiri. Jadi tidak ada yang bisa memberikan suatu kepastian. Karena itu filsuf Xun Zi mengatakan bahwa “mereka yang menguasai perubahan itu tidak akan memprediksi”. Pernyataan Xun Zi ini bukan berarti ilmu ramal tidak ada atau harus dibuang. Premis tersebut harus dilihat bahwa jika kita menyadari segala sesuatu adalah anicca atau wuchang dan bisa bermain cantik dalam wuchang itu maka kita bisa mengarungi kehidupan dengan indah dan cantik. Masalahnya adalah untuk mencapai pengertian dan pemahaman ( atau pencerahan ) itu memerlukan jalan yang panjang. Selama perjalanan itu maka adalah hal yang wajar manusia mencoba meraih kepastian dalam ketidak pastian ini.
[1] Pengertian meditasi Taoism agak berbeda dengan meditasi Buddhism, dimana meditasi Taoism terkait dengan qi 氣 yang bertujuan menjaga yuanqi 元氣 ( qi asali ) atau qi炁 ( karakter qi asali dalam Taoism ditulis seperti itu, kadang juga dikaitkan dengan Qi alam semesta yang asali, tidak tercemar ) tidak terkuras dengan cepat. Tujuannya adalah kesehatan dan akhirnya adalah pencerahan 得道.
[2] Shi er 食餌 adalah pola makan yang sehat dengan tujuan menghindari penyakit.
[3] Ming saya artikan adalah perjalanan hidup, tidak diartikan sebagai takdir, karena dalam ilmu ming, yang dihitung adalah keselarasan perjalanan hidup seseorang dari balita hingga akhir hayatnya dengan lima unsur.
[4] Pengertian divination adalah suatu upaya peramalan dengan kekuatan yang supra natural. Untuk hal ini perlu dijelaskan bahwa bu tidak sekedar bermenung mendapatkan ilham tapi menggunakan metode atau cara. Hanya saja dalam kelenteng, metode ciamsie dan pwapee itu dipercaya selain menggunakan metode juga menggunakan kekuatan yang ilahi atau dewata.
[5] Termasuk ramalan cuaca dan berbagai prediksi ( ramalan ) yang menggunakan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Misalnya ramalan perkembangan ekonomi dan sebagainya.
Bagian 1 - selesai, bersambung....
READ MORE - Menjelajahi misteri ciamsi dan pwa pwee (Bag 1 dari 2 Tulisan)

Ciamsie dan Pwapewe Sebagai Sarana Kehidupan dan Komunikasi (bagian 2 dari 2)

Ciamsie dan Pwapewe Sebagai Sarana Kehidupan dan Komunikasi (bagian 2 dari 2)
Pada umumnya sebagian besar masyarakat Tionghoa dan juga para penganut kepercayaan Tionghoa tidak mengetahui secara jelas apa yang dimaksud dengan ciamsi 籤詩dan kiuciam/ qiuqian 求籤. Ciam artinya adalah batang bambu yang digunakan untuk divination. Kiu ciam adalah “memohon ciam” dan ciamsie adalah kertas hasil ciuciam yang isinya syair-syair.
Ciamsie簽詩maupun pwapwee ( sekarang ini disebut 擲筊 ) berasal dari peramalan purba. Pada jaman dahulu di Tiongkok ada tiga metode dan alat peramalan. Pertama adalah metode mengamati langit dan perubahan alam maupun manusia[1] , kedua adalah dengan bahan yang berasal dari binatang[2], ketiga dengan menggunakan bahan dari tumbuhan. Pwapwee awalnya adalah peramalan dengan menggunakan kerang kemudian dilempar untuk mendapat jawaban ya, tidak atau ragu-ragu ( terserah ). Sedangkan ciamsie berasal dari metode menggunakan tumbuhan atau batang rumput[3] . Ilmu ramal yang pertama itu berkembang menjadi ilmu bentuk xiangshu 相術. Ciamsie dan pwapwee dipercaya berasal dari yijing tapi untuk ciamsi mengalami proses perubahan yang panjang. Dari sekedar melempar dan memisahkan kemudian menjadi suatu metode divination yang kita kenal sekarang ini. Dengan kata lain, pwaapwee maupun ciamsie adalah penyederhanaan metode divination 卜卦. Pwapwee dan ciamsie ini selain ada di kelenteng Taoisme juga ada di banyak vihara Buddha Mahayana Tiongkok dan berkembang meluas di berbagai negara di Asia Timur.
Pwaa pwee adalah dialek Minnan dimana sebenarnya dalam aksara mandarin adalah babei跋貝 yang berarti memutar atau menarik kerang. Contoh foto di bawah adalah alat pwapwee dari kuningan yang berbentuk kerang. Penulis melihat alat ini di kelenteng di kota Singkawang.
Dalam荊 楚 歲 時 記[4] sudah mencatat setelah panen para petani menggunaan pwapwee untuk meramalkan hasil panen tahun depan. Juga dalam Taiping Yulan 太平禦覽 yang ditulis pada jaman Song mencatat penggunaan pwapwee. Dengan melihat ini maka pwaa pwee sudah berkembang sejak jaman purba hingga sekarang. Pwaapwee ini selain untuk divination adalah untuk berkomunikasi dengan alam lain. Jika melempar pwapwee maka akan terjadi beberapa kemungkinan. Probilitas itu berdasarkan konsep yinyang dan he 和 ( harmonis ) dalam falsafah Tiongkok.
Posisi pwee
Arti Sebutan
1. Dua telungkup Tidak disetujui.
yinbei陰貝陰筊 wubei bopwee 無杯 nubei 怒杯 ( marah )
2. Dua terlentang Bisa ya atau bisa tidak. Tidak memberikan jawaban yang pasti
yangbei陽貝陽筊 xiaobei 笑杯 ( tertawa )
3. Satu terlentang satu tertutup Ya, pasti, disetujui
Sheng bei 聖貝 聖筊
Salah satu atau dua-duanya berdiri ( tanpa bersender pada apapun )
Akan terjadi hal yang mengejutkan (umumnya mujizat ) 
Lijiao 立筊
Prosedur untuk pwapwee :
1. Usahakan untuk berpantang dahulu, bisa vegetarian atau chishu 吃素 minimal satu hari sebelum bertanya.
2. Bersihkan diri sebelum bertanya. Bisa dengan membasuh muka, tangan. Jika memungkinkan mandi dan keramas serta buang kotoran kira-kira 1 jam sebelum bertanya.
3. Pakai pakaian yang sopan dan pantas. Karena anda hendak menghadap dewata yang anda hormati.
4.Sembahyang terlebih dahulu. Jika kondisi ekonomi mampu ( kelas menengah ke atas ) gunakan dupa yang baik, bukan dupa bubuk gergaji yang disemprot dengan parfum.
5. Tenangkan diri selama beberapa menit, heningkan pikiran sebelum bertanya.
6. Lebih baik lagi jika memanjatkan gatha atau pujian untuk dewatanya 寶誥. 7. Tujuannya adalah “penyatuan diri”.
Pweenya diputar di pendupaan 過爐. Tujuannya adalah “purifikasi” alat pwapwee dan asap dupa dipercaya sebagai alat untuk menyampaikan keinginan.
8. Sebut nama, tanggal lahir, alamat dengan lengkap kemudian pertanyaan harus jelas.
9. Gunakan pwee yang baik dan tidak cacat.
Beberapa hal penting yang harus diingat atau hindari :
1. Mulut yang kotor saat mau bertanya. Misalnya jangan merokok. Jika merokok maka harus kumur terlebih dahulu.
2. Jangan memaksa jawaban yang sesuai dengan keinginan kita.
3. Saat memasuki area altar, jangan bercakap-cakap yang tidak perlu pada orang lain. Fokus pada tujuan.
4. Jangan gunakan pwee dari plastik dan pwee yang cacat.
5. Jangan meminta orang lain yang melemparkan kecuali tidak percaya atau berhalangan.
6. Tidak boleh lebih dari tiga kali pwapwee untuk satu pertanyaan atau permasalahan.
7. Jangan bertanya hal-hal yang tidak perlu atau penting.
8. Untuk pwapwee tidak hanya digunakan untuk mendapat jawaban atas permasalahan juga bisa digunakan untuk “komunikasi” dengan alam lain. Misalnya saat melakukan ritual untuk leluhur bisa digunakan. Tapi jangan gunakan pwee untuk komunikasi dengan alam leluhur tapi gunakan koin uang. Hal ini terkait dengan konsep energy manusia atau 人氣 yang mengandung unsur yang.
Ciamsie tidak serta merta lahir begitu saja tapi melalui proses yang amat panjang. Awal mulanya adalah metode yizhan yang menggunakan batang-batang rumput. Metode ini tidak sederhana, kemudian pada masa dinasti Qin Mugong ada ramalan tentang nasib kerajaan Qin 秦讖. Awal dinasti Han populer ramalan yang berdasarkan kitab-kitab klasik. Istilah itu adalah chenwei 讖緯. Menurut Li Zhonghua, wei itu meliputi hou 侯, tu 圖 dan chen 讖. Hou membahas metode divination, tu terkait numerology dan chen terkait dengan nubuat. Chen pada umumnya mengatas-namakan dewata. Salah satu contoh chen yang dicatat dalam Shiji adalah ramalan Lu Sheng 盧生 :“dinasti Qin akan hancur oleh Hu ( 亡秦者胡也 )” . Ramalan ini membuat Qin Shihuang menghabiskan sumber daya militer dan ekonomi untuk menghancurkan bangsa Xiongnu 匈奴, membangun tembok raksasa untuk mencegah invasinya. Akhirnya dinasti Qin runtuh oleh kebodohan pewaris Qin Shihuang sendiri yang bernama Hu Hai 胡亥. Semua itu pada umumnya menggunakan syair tapi ada juga yang menggunakan diagram maupun gambar. Salah satu yang terkenal adalah ramalan “gambar menggosok punggung” 推背圖 yang ditulis oleh Yuan Tiangang 袁天罡 dan Li Chunfeng 李淳風 pada dinasti Tang. Ramalan ini sampai sekarang masih beredar dan banyak yang percaya keakuratannya. Ramalan yang berbentuk syair yang terkenal adalah “Nyanyian memanggang kue” 燒餅歌 yang dibuat oleh Liu Bowen 劉伯溫 pada dinasti Ming. Kedua ramalan itu adalah ramalan masa depan dunia dan Tiongkok dan hingga kini memberikan pengaruh yang cukup mendalam. 
Pada masa dinasti Han, Dongfang Shuo 東方朔membuat satu kitab “metode catur sakti” 靈棋經. Metode peramalan ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan metode yizhan. Caranya dengan menulis kata “atas”, “tengah” dan “bawah” 上中下 masing-masing empat buah pada kayu cendana atau kayu zao yang dibuat seperti biji catur pada satu sisi, sisi yang tidak ditulis disebut man 鏝 dan memiliki 125 kemungkinan jawaban. Kemudian mengocoknya dan membariskan. Setelah itu dari hasil yang didapat dicari padanannya pada kitab tersebut. Jawaban yang muncul semua adalah syair yang harus ditafsir. Metode ini yang menjadi dasar perkembangan ciamsi nantinya.
Semua proses ini kemudian melahirkan ciamsie yang digunakan di kelenteng-kelenteng sebagai sarana untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan umat-umatnya oleh dewata. Diperkirakan pada masa akhir dinasti Tang mulai berkembang kemudian meluas pada periode selanjutnya. Salah satu catatannya adalah perdana mentri Lu Duo Sun 盧多遜 ( 934-985 ) yang meminta ciamsie di Yunyang daoguan 雲陽道觀, di Zhuzhou 株洲. Selain itu pada dinasti Song, pejabat bernama Zhang Tangying 張唐英 juga menulis tentang ciamsi kelenteng Yuaxia Laoren 月下老人祠di kota Hangzhou.
Ciamsie menggunakan beberapa pakem terutama dalam jumlah ciamsie. Tulisan di atas menulis bahwa Dongfang Shuo membagi tiga tulisan yang diukir yaitu : tengah, atas dan bawah. Hal ini kemudian juga digunakan pada ciamsie tapi dengan pengulangan. Misalnya : atas atas 上上, bawah bawah 下下 dan tengah datar中平. Kadang kata kedua diganti dengan kata keberuntungan 吉. Ini terkait juga dengan konsep yinyang atau keseimbangan. Jika chenwei mengutip kitab-kitab klasik maka ciamsie juga mengutip berbagai kisah-kisah sejarah, mitos, tokoh atau juga ajaran-ajaran agama Tao maupun Buddhisme yang pada umumnya terdiri dari 7 kata atau lima kata dan empat baris kalimat. Syair-syair ini mengandung unsur pengajaran tentang sejarah, tokoh maupun ajaran agama. Sehingga ciamsie tidak hanya bisa dipandang sebagai alat untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan tapi juga mengandung unsur pendidikan moral, sejarah, budaya, sastra bagi mereka yang meminta ciamsie. Ini adalah point penting yang harus diingat tapi sayangnya seringkali yang dibaca adalah penjelasan ciamsie itu bukan ajaran moral atau sejarahnya yang diperhatikan oleh mereka yang memohon ciamsie.
Pakem jumlah ciamsie :
Jumlah Kaitannya
28 28 rasi
36 36 lapisan langit
49 7 x 7. Kaitan dengan rasi bintang utara
60 60 jiazi ( pergerakan cabang langit dan ranting bumi 干支 )
100 Kesempurnaan 圓滿
108 36 lapisan langit dan 72 lapisan bumi.
120 Perkalian ganzhi 干支
Umumnya ciamsie itu memiliki satu atau tiga ciamsie tambahan yang isinya adalah “denda”. Bisa berupa minyak, lilin atau denda lainnya. Jadi jika jumlahnya 49 maka memiliki satu atau tiga ciamsie tambahan sehingga totalnya bisa 50 atau 52 jumlahnya.
Ada dua cara untuk kiuciam / qiuqian, pertama adalah chouqian抽籤 dan kedua adalah yaoqian 搖籤. Chou qian adalah dengan menarik batang bamboo dari tempat ciamsie dan yaoqian adalah dengan menggoyang tempat ciamsie. Cara chou qian dapat dilihat di kelenteng Xingtian gong 行天宮 Taiwan. Selain menggunakan batang bambu, di Meizhou tempat kelahiran Tianshang Shengmu 天上聖母 metodenya dengan menggunakan pwapwee sebanyak tiga kali lemparan dan dilihat apakah yin yang dan sheng. Kemudian mengambil kertas ciamsie untuk mendapat jawabannya. Warna kertas ciamsie yang digunakan pada umumnya adalah tiga, yaitu : merah, putih dan kuning. Di sebagian Fujian dan Taiwan maupun Jepang menggunakan warna putih sedangkan di Guangdong dan berbagai daerah lainnya menggunakan warna merah maupun kuning.
Prosedur untuk meminta Ciamsi (kiuciam)
1. Usahakan untuk berpantang dahulu, bisa vegetarian atau chishu 吃素 minimal satu hari sebelum bertanya.
2. Bersihkan diri sebelum bertanya. Bisa dengan membasuh muka, tangan. Jika memungkinkan mandi dan keramas serta buang kotoran kira-kira 1 jam sebelum bertanya.
3. Pakai pakaian yang sopan dan pantas. Karena anda hendak menghadap dewata yang anda hormati.
4. Sembahyang terlebih dahulu. Jika kondisi ekonomi mampu ( kelas menengah ke atas ) gunakan dupa yang baik, bukan dupa bubuk gergaji yang disemprot dengan parfum.
5. Tenangkan diri selama beberapa menit, heningkan pikiran sebelum bertanya.
6. Lebih baik lagi jika memanjatkan gatha atau pujian untuk dewatanya 寶誥.
7. Tujuannya adalah “penyatuan diri”.
Tabung ciamsie diputar di pendupaan 過爐. Tujuannya adalah “purifikasi” dan asap dupa dipercaya sebagai alat untuk menyampaikan keinginan.
8. Sebut nama, tanggal lahir, alamat dengan lengkap kemudian pertanyaan harus jelas.
Beberapa hal penting yang harus diingat atau hindari :
1. Mulut yang kotor saat mau bertanya. Misalnya jangan merokok. Jika merokok maka harus kumur terlebih dahulu.
2. Jangan memaksa jawaban yang sesuai dengan keinginan kita.
3. Saat memasuki area altar, jangan bercakap-cakap yang tidak perlu pada orang lain. Fokus pada tujuan.
4. Jangan meminta orang lain yang mewakili kecuali tidak percaya atau berhalangan.
5. Tidak boleh lebih dari tiga kali ciamsie untuk satu pertanyaan atau permasalahan.
6. Jika mendapat ciamsie buruk, sembahyang lagi mohon perlindungan. Kemudian bakar di kimlo 金爐 dengan kimcoa 金紙 atau siukim 壽金. Jangan dibawa pulang.
7. Ciamsie baik boleh dibawa pulang atau disimpan di dompet.
8. Jangan bertanya hal-hal yang tidak perlu atau penting.
9. Banyak orang bertanya melalui pwapwee atau ciamsie untuk hal-hal yang remeh temeh dan terkadang kita sudah tahu jawabannya. Contoh : jangan bertanya apakah lulus ujian sekolah jika malas belajar. Jangan bertanya apakah perempuan ini suka atau tidak tapi diri sendiri tidak berani mendatangi perempuan itu.
Ciamsie jenis lain yang cukup populer adalah ciamsie obat 藥籤, beredar luas di Tiongkok kemudian menyebar hingga ke berbagai kelenteng di luar Tiongkok. Dalam kanon Dao 道藏 ada daftar ciamsie obat, ini menunjukkan ciamsie obat berkaitan dengan Taoisme. Jaman dahulu, pengobatan adalah hal yang langka dan sulit. Sebagai contoh : menurut catatan sejarah, sejak dinasti Han hingga Tang akhir, jumlah tabib di provinsi Fujian tidak pernah lebih dari 20 orang. Sehingga masyarakat di provinsi Fujian dan Guangdong mendewakan tabib-tabib. Awalnya adalah altar untuk dewata pengobatan seperti Shennong 神農, Huatuo 華佗 dan Sun Simiao 孫思邈kemudian meluas hingga tokoh-tokoh pengobatan lain seperti Wu Tao 吳夲, Zhang Zhongjing 張仲景, Bian Que 扁鵲Para daoshi baik dari sekte Fulu maupun Danding 符錄 丹鼎 kemudian mencari cara jitu untuk memberikan pengobatan pada masyarakat luas terutama masyarakat tidak mampu. Cara itu adalah menggabungkan ciamsie dengan resep obat.
Pada saat Chen Yuanguang 陳元 mengatur daerah Minnan, pengobatan adalah hal yang langka ditambah dengan masyarakat daerah itu percaya pada shaman 巫師 menjadikan kesehatan dan pengobatan adalah hal yang mahal bagi masyarakat Min. Walau dinasti Song sudah mendirikan akademi medis untuk mengisi kekurangan tenaga medis tapi tetap kekurangan terutama pada pronvisi Min Yue 閩粵 ( Fujian Guangdong ). Sejarah mencatat bahwa Cai xiang 蔡襄pejabat kota Fuzhou 福州menaruh daftar resep obat di depan kantornya dan menggabungkan metode ciamsie dengan resep obat.
Ciamsie obat berkembang dan bertahan hingga kini. Salah satunya yang bertahan hingga ribuan tahun adalah ciamsie obat di kelenteng Ciji 慈濟宮, Zhangzhou 漳州. Kelenteng Ciji adalah kelenteng induk ( pusat abu ) dari berbagai kelenteng yang menghormati Baosheng Dadi ( sinshe Wu Tao 吳夲 ) diberbagai wilayah Minnan, Taiwan dan penyebaran abunya meluas hingga ke Asia Tenggara. Dan di Semarang, ciamsie obat kelenteng Grajen maupun Welahan terkenal manjur. Dari ciamsie Baosheng Dadi dan Sanping zushi berkembang menjadi berbagai resep ciamsie dewata lainnya yang kadang dalam hidupnya dewa itu bukanlah tabib. Misalnya resep obat Guan Gong, Xuantian Shangdi, Guan Yin, Lu Dongbin dan lain-lainnya.
Banyak orang yang tidak paham bahkan sinis memandang resep-resep ciamsie obat, seolah-olah beranggapan berbahaya. Banyak penelitian mengenai ciamsi obat di Taiwan dan belakangan Tiongkok juga meneliti ciamsi obat. Baik dari segi antropologi, medis barat, pengobatan sinse, sosial budaya. Penelitian terhadap resep ciamsie obat Baosheng Dadi dan Sanping zushi 三平祖師 dilakukan oleh Akademi Pengobatan Tiongkok Fujian 福建中醫學院, menyatakan bahwa resep-resep itu tidak berbahaya. Hal ini disebabkan karena sistem pengobatan Tiongkok adalah holistic dan sifatnya berkorelasi, takaran resepnya juga tidak membahayakan kesehatan tubuh, selain itu dari sisi psikologis membantu penyembuhan, obatnya murah, mudah didapat.
Bagi umat yang percaya, semua itu adalah jawaban dari dewata yang dipercayainya dan ini adalah suatu sistem kepercayaan yang tidak bisa dilihat dari sudut ilmu pengetahuan belaka. Sudah melampaui dunia empiric dan memasuki ranah spiritual. Menguatkan kepercayaan akan mujizat para dewata.
Kesimpulan
Ciamsie dan pwapwee berakar dari falsafah Tiongkok tentang perubahan dan yinyang kemudian berkembang dan mendapat pengaruh dan mempengaruhi berbagai aspek budaya Tiongkok. Seperti ciamsi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sastra, sistem kepercayaan, ajaran moral dan sebagainya. Sehingga ciamsi tidak hanya sekedar alat komunikasi atau sarana menjawab pertanyaan saja tapi sudah melampaui fungsinya dan memiliki makna yang meluas dari fungsi awalnya. Pwaa pwee sendiri juga membuat umat bisa “berkomunikasi” langsung dan mendapat jawaban yang bisa dilihat dengan indera-indera. Kedua sarana ini adalah hal yang unik dan khas, hanya dapat dijumpai dalam kelenteng-kelenteng saja.
Ciamsie dan pwaa pwee bisa dianggap sebagai suatu bentuk mujizat yang diberikan oleh dewata yang ada di dalam kelenteng. Tidak hanya kelenteng Taoisme saja tapi juga kelenteng Buddhisme Mahayana Tiongkok maupun kelenteng kepercayaan rakyat ( Tridharma ) memiliki dua sarana tersebut. Menjadi satu sistem dalam kepercayaan Tionghoa dan sistem ini tidak bisa dilihat berdasarkan logika barat yang bersifat empiric dan absolute.
Ciamsie dan pwa pwee juga memiliki suatu sistem yang tidak sederhana seperti yang disangka. Juga memiliki prosedur untuk “berkomunikasi” dan prosedur itu alangkah baiknya dituruti. Prosedur itu bertujuan membangun hubungan batin dengan kekuatan yang ilahi ( divine power ) sehingga “komunikasi” menjadi baik. Awal ciamsie obat bertujuan melayani masyarakat yang tidak mampu sehingga tidak mendapatkan pengobatan yang layak dan mahal. Ciamsie dan pwapwee juga adalah bagian dari mujizat para dewata yang ilahi. Ciamsie dan pwapwee tidak dibatasi hanya boleh digunakan oleh umat kelenteng saja. Siapapun boleh menggunakan itu tanpa harus ada “ikatan” yang mengekang.
Sebagai umat kelenteng selayaknya menghargai kedua sarana ini sebagai pembelajaran diri dengan melaksanakan “ritme” hidup melalui prosedur yang harus dijalankan. Juga sebaiknya syair-syair dalam ciamsie direnungkan sebagai refleksi kehidupan kita. Tidak sekedar mendapatkan jawaban yang langsung tapi perlu perenungan melalui isi syair yang dipaparkan.
Daftar Pustaka :
李中華, 讖緯與神秘文化, 2008, 北京: 中央編譯出版社
贺华章,周易大全, 2007,西安 :陕西师范大学出版社
方立天,中国古代哲学, 2006, 北京 : 中国人民大学出版社
林立平 等著, 神秘的術數, 2004, 南寧 : 廣西人民出版社
東南學術, 第二期,2006, 福州: 社會科學界聯合會
世界宗教文化,第一期,201, 北京 : 中國社科院世界宗教研究所
光明中医2009年1月第24卷第1期,北京:中華中醫學會
中國占卜籤詩
荊楚歲時記
[1] Mengamati pergerakan bintang, tingkah laku binatang, mimpi, gestur, perubahan bumi dan segala sesuatu yang terkait dengan alam.
[2] Jaman dinasti Xia maupun Shang sering digunakan tulang binatang maupun tempurung kura-kura untuk meramal atau berkomunikasi dengan leluhur. Caranya dengan membakar kemudian menafsir retakan. Selain itu adalah kerang yang digunakan sebagai alat ramal maupun komunikasi.
[3] Metode peramalan dengan batang-batang itu disebut juga yizhan 易占 atau peramalan dengan metode yijing 易經.
[4] Buku catatan kebiasaan di Jing dan Chu adalah buku yang mencatat tradisi suku Han pada abad ke 4.

READ MORE - Ciamsie dan Pwapewe Sebagai Sarana Kehidupan dan Komunikasi (bagian 2 dari 2)

Kisah dan Asal Usul Long Wang atau Raja

Kisah dan Asal Usul Long Wang atau Raja
Naga adalah dewa dalam mitologi Tiongkok yang dipuja sebagai penguasa lautan. Mereka dapat berubah wujud menjadi manusia dan tinggal dalam istana kristal di dasar laut. Mereka memiliki birokrasi istana tersendiri serta memimpin pasukan yang terdiri atas berbagai makluk laut. Selain berhubungan dengan kehidupan laut, Long Wang juga mampu memanipulasi cuaca dan menurunkan hujan. Para Raja Naga sering muncul dalam berbagai literatur Tiongkok klasik dan istana mereka digambarkan sangat megah. Konon, para Long Wang dulunya adalah ikan mas yang cukup kuat untuk melompati Gerbang Naga, yang dibangun Yu yang Agung dalam usahanya mengendalikan banjir besar di Tiongkok kuno.[1]
Mereka dipercaya menguasai air yang bergerak, seperti air terjun, sungai, dan lautan. Mereka dapat mewujudkan diri sebagai semburan air (tornado atau pusaran di atas air). Sebagai penguasa air dan cuaca, para naga memiliki wujud yang lebih antromorfis, seringkali ditampilkan dalam wujud menyerupai manusia, mengenakan jubah serta mahkota raja, tetapi tetap berkepala naga.
Raja Naga Empat Samudera
Terdapat empat Raja Naga yang masing-masing menguasai Empat Samudera berdasarkan empat mata angin, yaitu Laut Timur (Laut China Timur), Laut Selatan (Laut China Selatan), Laut Barat (terkadang dianggap sebagai Danau Qinghai), dan Laut Utara (terkadang dianggap sebagai Danau Baikal). Mereka muncul dalam karya klasik Fengshen Yanyi dan Perjalanan ke Barat. Oleh karena asosiasi ini, mereka dipandang memiliki wewenang terhadap fenomena alam yang berhubungan dengan cuaca.
Pada masa pra-modern, banyak desa-desa di Tiongkok (terutama yang dengan dengan sungai atau laut) memiliki kuil yang didedikasikan kepada Raja Naga lokal. saat terjadi kekeringan atau banjir, keluarga terpandang lokal dan pejabat pemerintah akan memimpin komunitas mereka untuk memberi persembahan dan melakukan upacara religius lainnya untuk menenangkan sang naga.
Keempat Raja Naga yang muncul dalam novel "Perjalanan ke Barat" adalah sebagai berikut:
Ao Guang (敖廣), Raja Naga Laut TimurAo Qin (敖欽), Raja Naga Laut SelatanAo Run (敖閏), Raja Naga Laut BaratAo Shun (敖順), Raja Naga Laut Utara
Nama keluarga para Long Wang tersebut, yaitu Ao (敖, "bermain, bangga"), tidak diketahui asal-usulnya. Nama-nama para Long Wang juga kerap bervariasi antar kisah-kisah yang menceritakan mereka.
Kultus
Tiongkok
Altar Long Wang di Istana Musim Panas, Beijing
Negara Tiongkok memiliki banyak kuil yang didedikasikan kepada Long Wang. Salah satu kuil di Peking dibangun pada masa Dinasti Yuan dan direnovasi pada awal abad ke-21.
Taiwan
Istana Chaotian (朝天宮) di Beigang, Kabupaten Yunlin di Taiwan berdevosi kepada Dewi Mazu. Kuil tersebut juga memiliki empat patung Long Wang berwujud manusia yang masing-masing mengendarai naga.
READ MORE - Kisah dan Asal Usul Long Wang atau Raja

KISAH DAN ASAL USUL Qian Li Yan 千里眼 {Cian Li Gan} yang dapat melihat sejauh ribuan Li, & Sun Feng Er 順風耳 {Sun Hong Ni}

KISAH DAN ASAL USUL Qian Li Yan 千里眼 {Cian Li Gan} yang dapat melihat sejauh ribuan Li, & Sun Feng Er 順風耳 {Sun Hong Ni}
Kanan:
Dewa ini adalah pengawal dari Macopo / Thian Shang Sheng Mu 天上聖母 , namanya Qian Li Yan 千里眼 yang dapat melihat sejauh ribuan li .
Kiri:
Dewa ini adalah pengawal dari Macopo / Thian Shang Sheng Mu 天上聖母 , namanya Sun Feng Er 順風耳 yang dapat mendengar ribuan pal .
Dalam usia 23 tahun, Lin Mo Niang / Lim Bik Nio berhasil menaklukkan 2 siluman sakti yang menguasai pegunungan Tao Hua Shan 桃花山( 棋盘山). Kedua siluman itu adalah Qian Li Yan 千里眼 {Cian Li Gan} yang dapat melihat sejauh ribuan Li, & Sun Feng Er 順風耳 {Sun Hong Ni} yang dapat mendengar ribuan kilometer, kemudian menjadi pengawalnya.
dengan dikawal oleh kedua iblis yang pernah ditaklukkan yaitu Qian Li Yan 千里眼 (Si Mata Seribu Li) & Sun Feng Er 順風耳(Si Kuping Angin).
Qian Li Yan berkulit hijau kebiru-biruan dengan mulut bertaring, & senjata tombak bercagak. Sun Feng Er berkulit merah kecoklatan, mulutnya juga bertaring, & bersenjata kapak bergagang panjang.*
Sumber: Buku Dewa Dewa Kelenteng
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL Qian Li Yan 千里眼 {Cian Li Gan} yang dapat melihat sejauh ribuan Li, & Sun Feng Er 順風耳 {Sun Hong Ni}

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - Thian Sheng Bo - Penutup

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - Thian Sheng Bo - Penutup
媽祖 Ma Zu ( Hok Kian = Ma Co )oleh orang di luar Tiongkok dijuluki sebagai “Dewi Laut dari Tiongkok”, adalah salah satu dari khasanah Dewata Tiongkok yang paling dihormati di kalangan rakyat.
Kelenteng-kelenteng Ma Co di Taiwan saja, jumlahnya mencapai 800 buah. Kelenteng yang paling ramai adalah di 北港 Bei Gang (baca : Pei Kang).
Setiap tahun pada tanggal 23 bulan 3 Imlek (bertepatan dengan Ulang Tahun Ma Zu), orang yang datang bersembahyang di kelenteng ini, jumlahnya mencapai 1 juta orang lebih.
Ma Co dikenal juga dengan sebutan 天上聖母 Tian Shang Sheng Mu {Thian Siang Sing Bu}.Panggilan akrab beliau adalah 媽祖婆 Ma Co Po. Nama aslinya adalah 林默娘 Lin Mo Niang {Lim Bik Nio}, lahir di propinsi 福建 Fu Jian {Hok Kian}, pulau 湄洲 Mei Zhou ( Bi Ciu ) dekat 莆田Pu Tian ( Poh Chan ).
Lin Mo Niang lahir pada malam hari tanggal 23 bulan 3 Imlek tahun 960 Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zu dari Dinasti Song Utara, tahun Jian Long pertama. Sewaktu dilahirkan sinar merah menyorot dari langit ke kamar bersalinnya dan bau harum tercium ke mana-mana. Mengapa diberi nama Mo, yang berarti diam? Sejak dilahirkan sampai berusia 1 bulan lebih, Ma Zu tidak pernah menangis sama sekali. Maka ayahnya memberi nama Lin Mo Niang (Gadis Pendiam).
Sejak masih dalam gendongan (berusia sekitar 1 tahun), begitu melihat Buddha Rupang atau arca dewa, beliau langsung memberi hormat dengan Pai – bersikap Anjali(sikap sembahyang dengan kedua tangan ditelungkupkan di depan dada). Sewaktu berusia 5 tahun, Lim Bik Nio bisa membaca 觀音經 Guan Yin Jing ( Kwan Im Keng = Kitab Suci Kwan Im ) di luar kepala. Hal ini membuktikan bahwa Lim Bik Nio memiliki sebab jodoh yang mendalam dengan Buddha dan Dewa.
Pada usia sekolah beliau dapat mencerna pelajaran-pelajaran San Jiao ( Sam Kaw = Tridharma : Buddha, Taoisme, Khong Hu Cu ) dengan pemahaman yang luar biasa. Selain tekun belajar, ia juga tekun bersembahyang. Ia sangat berbakti kepada orangtuanya dan suka menolong para tetangga yang sedang ditimpa kemalangan. Oleh karena itu penduduk desa sangat menghormatinya.
Setelah cukup dewasa beliau tak mau menikah walau dipinang oleh hartawan Bu dari Hok Kian. Misinya datang ke dunia untuk menolong umat manusia mulai menampakkan gregetnya pada usia 16 tahun.
Lim Bik Nio amat mengerti ilmu falak dan peredaran cuaca. Kehidupan di tepi laut menempanya menjadi seorang gadis yang tak gentar menghadapi dahsyatnya angin topan & gelombang yang dihadapi para pelaut. Selain itu, ia juga dapat menyembuhkan orang sakit. Kemahirannya dalam pengobatan ini menyebabkan para penduduk desa menyebutnya sebagai 靈女 Ling Ni yang berarti Gadis Mukjizat, 龍女 Long Ni (Gadis Naga), dan 神姑Shen Gu (Bibi yang Sakti).
Dalam usia 23 tahun, Lim Bik Nio berhasil menaklukkan 2 siluman sakti yang menguasai pegunungan Tao Hua Shan. Kedua siluman itu adalah Qian Li Yan {Cian Li Gan} yang dapat melihat sejauh ribuan Li, dan Sun Feng Er ( Sun Hong Ni ) yang dapat mendengar ribuan kilometer, kemudian menjadi pengawalnya. Selanjutnya Lim Bik Nio banyak membantu rakyat membasmi kejahatan dan menolong kapal-kapal yang diserang badai di laut. Karena kebajikannya ini namanya terkenal di seluruh propinsi.
Suatu ketika beliau tidur, dalam penglihatannya tampak ayah dan kedua kakak laki-lakinya mendapat bahaya di tengah laut. Perahu yang ditumpangi dihantam gelombang hingga pecah berantakan. Tak ayal lagi Bik Nio terbang dari atas langit dan turun untuk menolong mereka. Kakak tertua dipegang dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya menyambar kakak kedua.
Ayahnya yang telah tak berdaya ditolongnya dengan menggigit baju sang ayah. Apa lacur ibunda Bik Nio membangunkan dari tidurnya karena mendengar suara ganjil Bik Nio seperti sedang mengigau. Bik Nio pun tersentak bangun. Setelah tenang, Bik Nio menuturkan kepada ibunya bahwa ia baru saja menolong kedua kakaknya, namun sang ayah tak tertolong karena ketika sedang menggigit baju sang ayah, ia menjawab panggilan ibu ( yang membangunkannya ).
Sehingga mulutnya terbuka dan gigitannya terlepas. Sejak itu misi Kesaktiannya semakin terkenal, beliau menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongannya di laut.
Pada perayaan Tiong Yang, tanggal 9 bulan 9 Imlek tahun 987 Masehi, sewaktu berusia 27 tahun, Lim Bik Nio naik ke surga. Pagi hari itu, penduduk Mei Zhou melihat awan warna-warni menyelimuti pulau tersebut. Di angkasa terdengar musik yang amat merdu. Terlihat Lim Bik Nio perlahan-lahan naik ke angkasa dan menjadi Dewi. Setahun kemudian, penduduk mendirikan sebuah kelenteng di tempat Lin Mo Niang diangkat ke surga. Kelenteng yang didirikan di Mei Zhou ini merupakan Kelenteng Ma Zu yang pertama di Tiongkok.
Seperti halnya Kwan Kong yang dihormati di seluruh dunia, Ma Co pun dipuja dengan penuh penghormatan. Karena tanpa beliau orang-orang Tionghoa yang melanglang buana ke seluruh penjuru dunia, mustahil dapat tiba dengan selamat. Mengingat teknologi kebaharian pada waktu itu sangat terbatas. Di mana kaum imigran itu sampai, di situlah mereka mendirikan kelenteng untuk menghormati Ma Co yang telah melindungi selama dalam pelayaran.
Pada masa Dinasti Song, perdagangan maritim dari propinsi Hok Kian sangat berkembang. Namun para pelaut sadar bahwa hidup di tengah lautan selalu penuh dengan mara bahaya yang setiap saat bisa mengancam. Untuk memohon perlindungan & keselamatan, arca Ma Co selalu dibawa serta ke mana-mana. Kisah kemukjizatan tentang pemunculan Dewi Ma Zu dalam memberi pertolongan kepada para pelaut mulai tersebar.
Pada tahun 1122 M, Kaisar Song Hui Zong memerintahkan seorang menteri yang bernama Lu Yun Di untuk menjadi Duta ke negeri Gao Li (sekarang Korea). Dalam perjalanan rombongan ini dihantam badai. Dari 8 buah kapal yang ikut berlayar, 7 buah tenggelam. Hanya kapal yang dinaiki Lu Yun Di saja yang terselamatkan.
Sang Duta heran bukan main. Ia bertanya kepada anak buahnya, siapakah Dewi yang telah menyelamatkan mereka? Di antara pengiringnya itu ada seorang yang kebetulan berasal dari Pu Tian dan biasa bersembahyang kepada Dewi Ma Zu. Ia lalu mengatakan kepada Lu Yun Di bahwa mereka diselamatkan oleh Dewi yang berasal dari pulau Mei Zhou yaitu Lin Mo Niang. Lu Yun Di lalu melaporkan hal ini kepada Kaisar Song Hui Zong.
Sebagai rasa penghormatan sang Kaisar memberi gelarSun Ji Fu Ren kepada Lin Mo Niang dan sebuah papan bertuliskan Sun Ji, yang berarti Pertolongan Yang Amat Dibutuhkan.Hasil tulisan tangan sang Kaisar lalu dipasang di kelenteng di Mei Zhou. Sejak itulah pemujaan terhadap Ma Zu mulai mendapat pengakuan resmi dari Kerajaan.
Sejak zaman Dinasti Song ( 960 – 1279 M ) sampai Dinasti Qing [1644 – 1911 M ], kerajaan telah menganugerahkan tidak kurang dari 28 gelar kehormatan kepada Ma Zu. Gelar-gelar itu antara lain adalah : Fu Ren yang berarti Nyonya Agung, Tian Hou atau Tian Fei (Permaisuri Surgawi), Tian Shang Sheng Mu ( Bunda Suci dari Langit ), Ma Zu Po ( Bunda Ma Zu ).
Sejak Dinasti Song itulah, di kota-kota utama sepanjang pantai Tiongkok Timur yang memanjang dari Utara sampai ke Selatan seperti : Dan Dong, Yan Tai, Qin Huang Dao, Tian Jin, Shang Hai, Ning Po, Hang Zhou, Fu Zhou, Xia Men, Guang Zhou, Macao dan lain-lain, telah bermunculan kelenteng-kelenteng yang memuja Dewi Pelindung Pelaut ini. Ma Zu telah menjadi pujaan para pelaut dari seluruh negeri, tidak lagi terbatas bagi mereka yang berasal dari Mei Zhou saja.
Telah menjadi kebiasaan pada waktu itu, sebelum pelayaran dimulai, selalu diadakan sembahyang besar untuk mohon perlindungan Ma Zu. Pada setiap kapal pun selalu disediakan ruang sembahyang untuk arcanya.
Pelaut terkenal pada masa Dinasti Ming, Zheng He ( Ceng Ho ), yang dikenal dengan sebutan San Bao Da Ren ( Sam Po Tai Jin ), walaupun seorang Islam, tidak melupakan kebiasaan ini. 7 kali Zheng He memimpin armada besar yang terdiri dari puluhan kapal, mengunjungi berbagai negeri Asia dan Afrika. Setiap akan memulai pelayarannya, Zheng He selalu memimpin upacara sembahyang besar kepada Ma Zu untuk memohon perlindungan akan keselamatan perjalanannya.
Pada pelayaran Ceng Ho yang ke-3 kali yaitu pada tahun 1409 M (Tahun ke-7 pemerintahan Kaisar Yong Le dari Dinasti Ming), atas perintah Kaisar, Ceng Ho menyempatkan diri bersembahyang di kelenteng Ma Zu di pulau Mei Zhou.
Sebuah prasasti peninggalan Ceng Ho yang terdapat diZhang Le, propinsi Fu Jian, secara teliti menyebutkan bahwa keselamatan perjalanan Zheng He sampai berhasil menyelesaikan tugas melakukan kunjungan muhibah ke manca Negara sampai 7 X, adalah berkat kemukjizatan dan perlindungan Tian Shang Sheng Mu.
Gelar Tian Fei dianugerahkan kepada Ma Zu pada masa pemerintahan Kaisar Yong Le zaman Dinasti Ming, berkat perlindungannya pada armada Ceng Ho.
Pada masa Dinasti Ming ini, bersamaan dengan semakin banyaknya penduduk propinsi Hok Kian yang pergi merantau, penghormatan kepada Ma Zu memasuki pulau Taiwan. Kelenteng Ma Zu tertua di propinsi Taiwan adalah yang terdapat di kota Ma Gong, kepulauan Peng Hu. Kini di Taiwan terdapat lebih dari 800 buah kelenteng Ma Zu, dan dua per tiga penduduknya memuja arcanya di dalam rumah.
Kelenteng Ma Zu terbesar & paling ramai dikunjungi orang di Taiwan adalah di Bei Gang. Arca Tian Fei yang dihormati di sini berasal dari Mei Zhou yang dibawa ke sana pada tahun ke-33 pemerintahan Kaisar Kang Xi. Gelar kehormatan Tian Hou adalah juga anugerah dari Kaisar Kang Xi ini, karena dianggap telah melindungi keselamatan rombongan utusan Kerajaan Qing yang sedang berlayar menuju Taiwan.
Dengan demikian Bei Gang dianggap tempat suci bagi penghormatan Ma Zu. Setiap tahun bertepatan dengan ulang tahun Ma Zu (tanggal 23 bulan 3 Imlek), jutaan warga Taiwan membanjiri kota Bei Gang untuk berziarah.
Penghormatan kepada Ma Zu juga bermunculan di banyak negara, bersamaan dengan menyebarnya para perantau Tionghoa ke berbagai penjuru dunia. Di negara-negara seperti Jepang, Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, bahkan hingga ke Amerika Serikat, dan lain-lain, di mana banyak bermukim para Tionghoa perantau, banyak dijumpai Kelenteng Ma Zu.
Di Jepang, penghormatan kepada Ma Zu dimulai pada akhir Dinasti Ming. Di salah satu kota kecil di Jepang, Sui Hu, Ma Zu telah dimasukkan ke dalam jajaran Dewata Jepang dan dihormati di kuil utama kota itu. Di Jepang terdapat tak kurang dari 100 buah kuil Ma Zu.
Ma Zu selalu ditampilkan sebagai seorang Dewi yang cantik & berpakaian kebesaran seorang permaisuri, dengan dikawal oleh kedua iblis yang pernah ditaklukkan yaitu Qian Li Yan (Si Mata Seribu Li) dan Sun Feng Er (Si Kuping Angin). Qian Li Yan berkulit hijau kebiru-biruan dengan mulut bertaring, dan senjata tombak bercagak. Sun Feng Er berkulit merah kecoklatan, mulutnya juga bertaring dan bersenjata kapak bergagang panjang.

READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - Thian Sheng Bo - Penutup

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 3 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 3 dari 3 Tulisan
Menjadi Dewi
Sejak kematian sang ayah, Mo Niang setiap hari bersedih dan selalu menangis. Hingga pada tanggal 8 bulan 9 tahun Imlek (987 M), ia pun mengakhiri kepiluannya. Saat itu ia berkata kepada seluruh keluarga dan ibunya bahwa ia akan menyendiri dan menjauhi keramaian duniawi. Ia akan pergi dalam perjalanan yang sangat jauh.
Keesokan harinya, tanggal 9 bulan 9 Imlek (987 M), Lin Mo Niang melakukan persiapan. Ia sembahyang dengan sangat khusyuk sambil merapal kitab-kitab suci. Suasana sangat hening dan memilukan. Seluruh keluarga pun kini yakin bahwa Mo Niang memang bertekad akan pergi jauh.
Ibunya meminta Mo Niang untuk tidak pergi seorang diri dan menawarkan seorang pendamping dalam perjalanannya. Namun Mo Niang menolaknya dengan halus dan menyakinkan seluruh keluarga bahwa kini sudah tiba waktunya untuk pergi seorang diri.
Usai memanjatkan doa, tiba-tiba langit di sekitar kediaman keluarga Lin di Pulau Mei Zhou dikelilingi selubung awan putih. Pendar sinar warna-warni yang indah terlihat di atas langit. Banyak orang yang menyaksikan sinar terang dan sosok Dewi Kuan Im berada di atas sebuah awan yang paling terang.
Lalu tiba-tiba Lin Mo Niang menatap ke atas dan melompat ke awan. Awan tiba-tiba menutup dan terang cahaya semakin memudar. Akhirnya awan membumbung terbang jauh seiring sinar yang menghilang lenyap… langit pun kembali normal. Lin Mo Niang pun lenyap bersama awan…
Klenteng Dewi Ma Zu
Lin Mo Niang tetap dikenang sampai seribuan tahun. Perempuan yang sudah dianggap sebagai Dewi Ma Zu itu, hingga kini tetap dipuja sebagai "Bunda Pelindung" dan "Bunda Penolong" bagi sebagian besar orang Tiongkok.
Setelah "kepergiannya" yang gaib, di Pulau Mei Zhou (Matsu), sebuah klenteng dibangun untuk pemujaannya. Klenteng itu dikenal sebagai Tian Hou Gong (Istana sang Dewi).
Kini, diperkirakan sekitar 5.000-an unit klenteng Ma Zu di dua puluh negara di dunia sudah didirikan. Seluruh klenteng itu dibangun untuk memuja dan sembahyang kepada Dewi Ma Zu oleh sekitar 200 juta jiwa orang yang mempercayainya.
Setiap tahunnya, lebih dari sejuta orang memenuhi klenteng itu untuk sembahyang dan meminta berkat pada Dewi Ma Zu. Karena orang Tiongkok percaya bahwa Dewi Ma Zu bisa melindungi dan mengabulkan segala permohonan mereka. Bahkan kaum pelaut di wilayah pantai dan perairan Timur RRC (termasuk Taiwan) memuja Dewi Ma Zu sebagai Dewi Pelindung Laut. Dewi yang melindungi mereka saat melaut.
Dua tahun sekali, persisnya pada tanggal 23 bulan 3 dalam penanggalan lunar (kalender China/imlek) dan tanggal 9 bulan 9, pemuja Dewi Ma Zu, berkumpul dan melakukan sembahyang di klenteng Dewi Ma Zu untuk menghormatinya. Tanggal 23 bulan 3 adalah peringatan ulang tahunnya dan tanggal 9 bulan 9 adalah peringatan wafatnya.
Hingga kini, Klenteng Ma Zu di Pulau Mei Zhou sebagai klenteng pertama bagi Lin Mo Niang, tetap dipenuhi orang.
Bahkan menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Selat Taiwan, Laut China Timur. Klenteng itu dibangun pada masa Dinasti Song sekitar tahun 987 M di puncak sebuah bukit. Ditandai dengan patung Dewi Ma Zu setinggi 14,35 meter. Inilah yang menjadi lambang kebanggaan dan ciri khas budaya penduduk Pulau Mei Zhou.
Sejak tahun 1998, pemerintah Pulau Mei Zhou juga telah membangun sebuah Istana Dewi Ma Zu di dekat klenteng tuanya.
Bangunan istana ini didirikan sepanjang 323 meter dengan lebar bangunan 99 meter. Arsitekturnya ditata seindah mungkin mengikuti garis kontur perbukitan di pulau tersebut. Istana Dewi Ma Zu ini sangat megah.
Mengimbangi kemegahan Potala Palace tempat Dalai Lama Tibet di Lhasa. Bangunan istana untuk menghormati Dewi Ma Zu ini selesai dikerjakan pada 2002. Kini menjadi satu obyek wisata yang cukup tersohor.
Sementara di Indonesia, khususnya di Medan, terdapat juga klenteng Dewi Ma Zu (Dewi Macho) di kawasan Jalan Pandu Medan. Selain itu juga tersebar di tepi pantai timur Sumatera dan daerah lainnya.
Bersambung....

READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 3 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 2 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 2 dari 3 Tulisan
Kebajikan
Ketika menginjak usia 16 tahun, Mo Niang mengalami peristiwa aneh. Suatu hari ia (seperti juga gadis remaja lainnya) sedang mematut diri dengan baju baru di depan cermin bersama teman remaja sebaya di sebuah taman di dekat sebuah sumur. Tiba-tiba , dari dalam sumur muncul sosok lelaki tua misterius. Penampakan itu sangat mengejutkan. Teman-temannya langsung lari ketakutan karena mengira orang tua aneh itu adalah siluman. Namun Mo Niang segera sujud menyembah, karena ia tahu sosok itu adalah jelmaan Dewa. Sang Dewa ternyata membawa sebuah jimat dari kuningan dan memberikannya pada Lin Mo Niang.
Sejak mendapat jimat, Mo Niang pun langsung memanfaatkannya untuk menolong sesama. Ia membantu menyembuhkan orang sakit, memberi penghiburan pada yang bersedih, menjauhkan malapetaka dan banyak perbuatan baik lainnya. Kemahirannya dalam pengobatan ini menyebabkan orang-orang di desa menyebutnya sebagai ling nu (gadis mukjizat), long nu (gadis naga) dan shen gu (bibi yang sakti).
Pernah suatu kali saat usianya baru 17 tahun, Mo Niang melihat ada kapal yang berlayar di dekat Pulau Mei Zhou yang sedang dipermainkan badai besar. Kapal itu tenggelam dengan cepatnya. Namun Mo Niang segera melompat ke laut dan dengan cekatan ia menyelamatkan seluruh pelaut yang terjebak badai tersebut. Semua awak berhasil diselamatkannya. Dari sini banyak orang yang mendengar tentang kehebatan, dan budi baik Mo Niang. Ia pun semakin terkenal dan dihormati.
Ada versi legenda yang mengatakan, pada usia 23 tahun, Mo Niang berhasil menaklukkan 2 orang sakti yang menguasai pegunungan Tao Hua Shan. Keduanya adalah Chien Li Yen yang punya penglihatan sangat tajam dan Hsun Feng Erh yang pendengarannya sangat peka. Setelah dikalahkan akhirnya mereka menjadi pengawalnya.
"Mimpi Buruk"
Lin Mo Niang memang sangat cantik dan baik hati, namun ia tidak pernah menikah. Setidaknya ia memang membaktikan dirinya untuk menolong sesama dan berbuat kebaikan sesuai ajaran kebajikan.
Menginjak usia 28 tahun, di musim panas (sekitar tahun 987 M), sebuah "tragedi" terjadi. Saat itu Lin Mo Niang sedang menenun pakaian. Namun karena lelah, ia pun tertidur pulas.
Sementara itu ayah dan saudaranya sedang berlayar pulang ke Mei Zhou dari perjalanan jauh. Kapal yang mereka tumpangi diserang badai dan akhirnya tenggelam.
Bersamaan dengan itu, Mo Niang bermimpi, ia merasa rohnya melayang-layang di atas permukaan laut. Ia terkejut saat menyaksikan kapal sang ayah tenggelam. Ayah dan saudaranya pun terseret masuk ke dalam amukan badai. Mo Niang segera berenang dan menyelam ke laut untuk menolong mereka. Ia menggigit baju sang ayah sementara dengan tangan yang lain ia menyeret abangnya. Bersusah payah ia mencoba menyelamatkan kedua orang yang dikasihinya itu.
Namun saat penyelamatan masih berlangsung, tiba-tiba ibunya memanggil. Ia pun terkejut dan berteriak kaget, sehingga gigitannya terlepas sementara tangannya tetap menyeret tubuh abangnya. Tetapi saat terbangun Lin Mo Niang mendapati dirinya masih di ruang tenun. Ia pun menceritakan mimpinya itu pada sang ibu. Wang Shi, ibunya, berkata bahwa itu hanya mimpi.
Tetapi tak lama kemudian, sebuah kabar buruk pun datang. Seorang pelaut memberitahu bahwa kapal yang ditumpangi Lin dan putranya tenggelam. Jasad Lin tidak ditemukan, tetapi Hong abangnya berhasil diselamatkan.
Mendengar kabar itu, betapa pilu hati Mo Niang. Dalam keadaan sedih ia pun segera berlayar ke laut. Selama tiga hari tiga malam ia berusaha menemukan jasad ayahnya. Pencariannya tak sia-sia. Ia pun kemudian ke Pantai Mei Zhou bersama jasad sang ayah.
Bersambung ...

READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 2 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 1 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 1 dari 3 Tulisan
Orang Tiongkok memujanya sebagai Dewi Pelindung Laut (Pelaut)-Chinese Goddess of The Sea. Punya 36 lebih julukan, namun populer sebagai "Bunda Penolong" atau Shunji Fu Ren yang dianugerahkan seorang kaisar dari Dinasti Song.
Ma Zu (Mandarin) atau Ma Cho (Hokkian) adalah salah satu dewi dalam kepercayaan orang Tiongkok (termasuk Taiwan). Dipuja karena dikenal sebagai sosok penolong, pelindung (terutama bagi pelaut dan nelayan), dan sangat berbudi luhur. Banyak versi mengenai kisah dewi bernama asli Lin Mo Niang ini, namun semua mengarah pada satu kesamaan. Bahwa ia adalah manusia yang "terpilih" menjadi orang suci.
Legenda Ma Zu (Bunda Pelindung) ini berasal dari masa awal Dinasti Song (960-1279 M) di Tiongkok kuno pada seribu empat puluh tujuh tahun lalu. Adalah keluarga Lin (disebut juga Lim), keturunan mantan Gubernur Provinsi Fu Zian (Tiongkok) bernama Lin Fu. Anaknya bernama Lin Wei Ke menempati sebuah rumah di Provinsi Fu Zian, dekat kota Pu Tian, persisnya di sebuah pulau kecil bernama Mei Zhou (sering juga disebut Pulau Matsu -wilayah RRC).
Lin Wei -seperti juga ayahnya- adalah mantan pejabat pemerintah Tiongkok. Setelah pensiun ia kembali ke kampung halamannya. Menghabiskan masa tuanya dengan bertani dan mempelajari banyak kitab agama dan buku pengetahuan. Ia hidup bahagia, damai dan tenang.
Lin dikenal sebagai orang yang sangat saleh, baik budi, suka menolong dan berderma, sehingga sangat dihormati penduduk Mei Zhou. Dari istri tercintanya Wang Shi, Lin memiliki 6 anak, 5 perempuan dan 1 lelaki. Keenam anaknya tumbuh menjadi anak-anak yang pintar dan cerdas. Namun anak lelakinya bernama Hong bertubuh sangat lemah dan sakit-sakitan.
Wang Shi, sangat prihatin dan khawatir pada nasib anak lelakinya. Ia dan suaminya Lin, selalu memohon pada Yang Maha Kuasa agar diberi anak lelaki lagi. Namun yang sehat dan kuat sebagai penerus generasi marga Lin.
Kelahiran Lin Mo Niang
Suatu hari, Lin dan Wang melakukan sembahyang khusus di klenteng. Mereka memohon kepada Dewi Kuan Im untuk mengabulkan harapan mereka untuk mendapatkan seorang anak lelaki lagi. Malam harinya setelah pulang dari klenteng, Wang Shi pun bermimpi. Ia bermimpi didatangi Dewi Kuan Im yang mengatakan bahwa semua amal dan kebajikan pasangan Lin dan Wang pantas mendapat balasan. Sang Dewi memberi Wang sebuah pil bundar sebesar kelereng dan menyuruh menelannya. Wang Shi pun menelan pil tersebut.
Setelah menelan pil itu Wang Shi pun mengandung. Ia hamil selama 12 bulan. Tepat pada malam tanggal 23 bulan 3 tahun Imlek (960 M), langit di wilayah Barat Laut Mei Zhou memendarkan cahaya merah terang. Menerangi rumah Lin dan Wang. Dibarengi sinar warna-warni yang memukau, Wang Shi pun melahirkan seorang bayi perempuan.
Walau heran mengapa diberi anak perempuan, Lin dan Wang tetap bersyukur juga. Sebulan sudah kelahirannya, anak tersebut tidak pernah sekali pun menangis. Karena itulah Lin memberi nama padanya Mo Niang (Mo artinya diam; Niang artinya perempuan), "Perempuan Pendiam".
Masa Kecil
Sejak kecil Lin Mo Niang sangat berbeda dari anak seusianya. Ia tampak lebih cerdas, bijak dan terampil. Sejak umur 8 tahun, ia sudah tertarik pada pengetahuan dan buku. Kelebihannya, sekali baca, Mo Niang akan tetap mengingat apa yang telah dibacanya. Jika ada yang ingin diketahuinya, ia selalu rajin bertanya pada orang dewasa, sampai sedetail-detailnya.
Umur 10 tahun, Mo Niang sudah rajin sembahyang dan mempelajari isi kitab-kitab suci Buddha. Sampai akhirnya diusia 13 tahun ia sudah menamatkan semua pelajaran dan menguasai banyak pengetahuan dan keterampilan, termasuk dalam bidang agama dan kepercayaan. Ia berkembang menjadi remaja yang sangat cerdas, kritis dan suka menolong. Ia pun menjadi sangat dihormati penduduk Mei Zhou dan sekitarnya.
Satu kesenangan Mo Niang, yaitu ia sangat menyukai air. Kehidupan di tepi laut menempa dirinya menjadi seorang perempuan yang tak pernah gentar menghadapi dahsyatnya gelombang dan angin badai yang menghantui para pelaut. Di seluruh pulau, ia dikenal sebagai jagoan renang bahkan di gelombang laut yang besar sekali pun.
Saat remaja ini, Mo Niang pernah bertemu seorang pertapa tua. Si pertapa merasa pengetahuan umumnya ternyata masih kalah dengan Mo Niang. Dari "orang pintar" ini lah kemudian Mo Niang mendapat pelajaran mengenai taktik dan strategi militer, pengenalan dan penggunaan alat-alat perang, sampai beberapa ilmu "rahasia" leluhur.

READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL Legenda Dewi Pelindung Laut Ma Zu / Ma Co (妈祖) - MA CO PO dlm rangka Shejit Bln 3 tgl 23 Imlek Bagian 1 dari 3 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL DU DI PA PHO / TU THI PHO PHO ( 土地伯婆) - Sa Gwee Cap Peh Imlek 2568. Hari Sejit Tu Ti Pa Po 土地伯婆 Bag 2 dari 2 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL DU DI PA PHO / TU THI PHO PHO ( 土地伯婆) - Sa Gwee Cap Peh Imlek 2568. Hari Sejit Tu Ti Pa Po 土地伯婆 Bag 2 dari 2 Tulisan
Pada kawasan pedesaan, ia seringkali digambarkan memiliki seorang istri, Tu Di Po (土地婆 tǔ dì pó, secara harafiah berarti Dewi Bumi), pada altar -berada disebelahnya. Ia dinilai sebagai seorang dewi yang setara dan penuh kebaikan seperti suaminya, atau sebagai seorang wanita tua yang menggerutu yang menunda doa suaminya, hal ini menjelaskan mengapa seseorang tidak selalu mendapatkan perlakuan adil atas kelakuan yang baik.[1]
Cerita lain menyampaikan bahwa Tu Di Po seharusnya adalah seorang wanita muda. Setelah Tu Di Gong menerima peringkat langit, ia memberikan segala sesuatu yang masyarakat minta. Ketika salah satu dari dewa turun ke Bumi untuk melakukan pemeriksaan, ia melihat bahwa "Tu Di Gong membagikan berkat tidak seperlunya. Segera setelah itu, dewa tersebut kembali ke Istana Langit dan menyampaikan kepada Kaisar.[1]
Setelah Kaisar mendengar berita tersebut, ia mengetahui bahwa ada seorang wanita yang akan dibunuh, tetapi wanita itu tidak bersalah. Oleh karena itu, Kaisar memerintahkan seorang dewa untuk turun ke Bumi dan membawa wanita tersebut ke langit. Ketika wanita itu dibawa ke langit, Kaisar menganugerahinya sebagai istri Tu Di Gong. Ia diperintahkan untuk memantau seberapa banyak berkat yang dibagikan oleh Tu Di Gong dan berkat tersebut tidak seharunya dibagikan secara sia-sia. Hal inilah yang menyebabkan banyak penganut tidak ingin menyampaikan doa kepada Tu Di Po karena takut jika Tu Di Po tidak memperbolehkan Tu Di Gong memberikan berkat kemakmuran yang banyak kepada mereka.[1]

READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL DU DI PA PHO / TU THI PHO PHO ( 土地伯婆) - Sa Gwee Cap Peh Imlek 2568. Hari Sejit Tu Ti Pa Po 土地伯婆 Bag 2 dari 2 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL DEWI KESUBURAN / KELAHORAN PERAWATAN ANAK (ZHU SHENG NIANG NIANG ) 注生娘娘 SHEJIT BLN 3 TGL 20 Bag 2 dari 2 Tulisan

KISAH DAN ASAL USUL DEWI KESUBURAN / KELAHORAN PERAWATAN ANAK (ZHU SHENG NIANG NIANG ) 注生娘娘 SHEJIT BLN 3 TGL 20 Bag 2 dari 2 Tulisan
Zhu Sheng Niang Niang 注 生 娘娘
Dewi Kelahiran dan Perawatan Anak
Dewi kelahiran anak atau Zhu Seng Naing Niang adalah Dewi Kesuburan dalam Agama TAO. Beliau banyak disembah oleh masyarakat Hokkien dan Teochew dan ulang tahunnya dirayakan pada hari ke-20 bulan lunar ke-3.
Disebutkan dalam dinasti Ming, Keagungan para dewa (封神榜), Dewi Zhu Sheng Niang Niang bertanggung jawab atas kehamilan, melahirkan bayi, perlindungan ibu dan anak. Beliau memegang sebuah buku dan kuas tulis yang mencerminkan praktek masyarakat Tiongkok menuliskan nama anak yang baru lahir dalam catatan silsilah keluarga.
Banyak Tao Kwan dan kuil memiliki Patung sosok Dewi Zhu Sheng Niang Niang yang didedikasikan untuk Beliau. Umat yang berharap memilik anak berdoa da memohon bantuan kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang agar segera Hamil diberikan keturunan yang baik (anak yg sempura jiwa raganya) serta lancar dan selamat saat persalinan.
Pada zaman kuno, ketika pengetahuan dan teknologi reproduksi yang terbatas, pasangan yang ingin memiliki anak hanya bisa berdoa kepada Dewi untuk diberkati. Demikian pula, ketika masalah kesehatan sangat mendasar, melahirkan bisa berbahaya bagi ibu dan anak dan lagi orang hanya dapat memohon bantuan kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang.
Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang pesat untuk menjamin keselamatan ibu dan anak selama kehamilan dan persalinan. Tapi itu tidak membatasi peran Dewi Zhu Sheng Niang Niang. Apa yang telah berubah adalah sifat bantuan tapi pada dasarnya masih bergulir masalah yang sama untuk hamil dan melahirkan anak, serta mohon Keturunan yang baik bagi keluarganya.
ilmu kedokteran meskipun kemajuannya sangat pesat masih memiliki keterbatasan. Pengobatan in-vitro (bayi tabung) misalnya dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan tetapi tidak bisa menjanjikan konsepsi pasti berhasil hamil. Banyak wanita berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang selama perawatan in-vitro mereka. IV atau tidak, banyak wanita terus berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang mohon berkah baginya untuk hamil anak yang baik, sehat dan sempurna fisik dan jiwanya serta persalinan yang aman.
Pikiran dan tubuh
Penelitian medis telah menemukan titik hubungan yang kompleks antara pikiran dan tubuh. Berdoa kepada Dewi Zhu Sheng Niang Niang,sangat membantu harapan dan keyakinan yang besar dalam diri umat wanita untuk bisa hamil ,karena itu memiliki dasar ilmiah dalam meningkatkan peluang kehamilan.
Baik itu ilmu pengetahuan atau Keimanan, Dewi Zhu Sheng Niang Niang berkaitan dengan aspirasi perempuan untuk memiliki anak dan untuk dapat merasakan kepuasan menjadi seorang ibu, peduli, mencintai dan memelihara anak mereka yang baru lahir…….
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL DEWI KESUBURAN / KELAHORAN PERAWATAN ANAK (ZHU SHENG NIANG NIANG ) 注生娘娘 SHEJIT BLN 3 TGL 20 Bag 2 dari 2 Tulisan
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.