Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 5 dr 5 Tulisan - Tamat

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 5 dr 5 Tulisan - Tamat
Kaisar Kuning Jubah Putih
Lahir di musim gugur (September, Oktober, November)
Hai
Lahir pada Kepala Kaisar
Situasi kelahiran ini sangat bermanfaat bagi anak-anak perempuan, karena hal ini menunjukkan Anda akan memiliki kehidupan yang sangat nyaman dan stabil dengan banyak keberuntungan dan kemakmuran keberuntungan. Namun kedua jenis kelamin akan mendapatkan keuntungan dari nasib baik indah dilahirkan di kepala kaisar di musim gugur.
Tze & Choh
Lahir pada Tangan Kaisar
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan lahir, karena ada janji kekayaan yang berasal dari empat arah. Setiap kali Anda bepergian, Anda akan bertemu dengan orang berdiri tinggi yang akan membantu dan membantu Anda. Anda akan mendapatkan keuntungan dengan pergi ke luar negeri untuk belajar atau bekerja.
Cher & Wu
Lahir pada Bahu Kaisar
Situasi kelahiran ini menunjukkan bahwa ada kemakmuran keberuntungan dan Anda akan menjadi kaya di usia pertengahan Anda. Anda juga akan memiliki bantuan saudara Anda, terutama saudara-saudara Anda. Anda diberkati dengan banyak teman sejati.
Sen
Lahir pada Perut Kaisar
Situasi kelahiran ini menunjukkan bahwa Anda akan menjaga perusahaan dengan banyak orang pintar. Mereka adalah orang-orang yang unggul dalam karir mereka dan studi mereka dan kehadiran mereka dalam hidup Anda akan menginspirasi Anda untuk menjadi ambisius. Kebahagiaan membawa keberuntungan, sehingga Anda harus mengembangkan disposisi bahagia dan menjadi tersenyum setiap saat.
Mao & Wei
Lahir pada Dada Kaisar
Anda akan menikmati banyak makanan dan pakaian selama usia pertengahan Anda. Anak Anda dan cucu akan membawa Anda banyak kebahagiaan dan kepuasan, sehingga Anda memiliki cukup luar biasa keturunan keberuntungan. Mereka dengan situasi kelahiran ini akan mendapatkan keuntungan jika mereka menikah di usia muda dan memulai sebuah keluarga di usia dua puluhan.
Yiu & Yu
Lahir pada Lutut Kaisar
Anda akan perlu bekerja sangat keras selama tahun-tahun awal Anda dan mungkin ada beberapa kemunduran, tapi Anda diberkati dengan nasib baik di kemudian hari. Mereka yang memiliki situasi kelahiran ini harus bersukacita dan tidak pernah merasa putus asa, karena keberhasilan mereka ketika mereka lebih tua akan lebih dari make up untuk kemunduran mereka mungkin mengalami pada tahun-tahun awal mereka.
Shih & Shen
Lahir pada Kaki Kaisar
Seluruh hidup Anda akan aman dan damai dan tidak ada yang takut dalam hal disakiti oleh orang lain. Jika Anda ambisius dan memiliki tekad untuk berhasil, Anda dapat mencapai ketinggian yang besar profesional. Bahkan jika Anda tidak mencapai puncak, Anda tetap akan puas dengan apa yang Anda miliki. Disinilah letak rahasia kebahagiaan Anda.
READ MORE - Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 5 dr 5 Tulisan - Tamat

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 4 dr 5 Tulisan

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 4 dr 5 Tulisan
Kaisar Kuning Jubah Merah
Lahir di musim panas (Juni, Juli, Agustus)
Wu
Lahir pada Kepala Kaisar
Ini merupakan indikasi menguntungkan, karena siapa pun lahir pada kepala Kaisar di musim panas tidak akan memiliki kekhawatiran. Tidak ada hambatan dan kesulitan dalam seluruh hidup orang ini. Ini juga menunjukkan orang yang akan memiliki kecerdasan yang sangat baik, dan yang baik di pemikiran strategis dan perencanaan.
Tze & Choh
Lahir pada Tangan Kaisar
Situasi kelahiran ini menunjukkan bahwa Anda akan memiliki lebih dari cukup uang dan bisnis keberuntungan. Nasib baik Anda meningkatkan dengan tahun dan Anda akan mencapai sukses besar selama tahap kehidupan Anda.
Mao & Yu
Lahir pada Bahu Kaisar
Anda sangat beruntung jika Anda memiliki situasi kelahiran ini, karena membawa Anda seumur hidup kekayaan dan kemakmuran, kurang untuk apa-apa. Anda akan mengumpulkan kekayaan selama hidup Anda, dan di usia tua Anda, Anda akan memiliki banyak sifat. Jika Anda menjalani kehidupan yang terhormat, Anda akan diberkati dengan banyak cucu dan hidup sampai usia tua.
Cher
Lahir pada Perut Kaisar
Situasi kelahiran ini menunjukkan ada banyak untuk makan dan lebih dari pakaian yang cukup untuk memakai dan menikmati. Ada keberuntungan keberuntungan dari empat puluhan Anda dan seterusnya. Anda tidak perlu khawatir tentang usia tua Anda untuk Anda akan baik tampak.
Wei & Hai
Lahir pada Dada Kaisar
Situasi kelahiran ini menunjukkan bahwa Anda akan memiliki orang tua yang penuh kasih dan dikelilingi oleh bangsawan dan orang-orang penting. Apa yang Anda membuat keberuntungan Anda saat lahir akan tergantung pada usaha Anda sendiri.
Shen & Shih
Lahir pada Lutut Kaisar
Ini akan sulit bagi Anda untuk diberikan pengakuan untuk pekerjaan yang Anda lakukan. Akan ada kendala yang dapat berdiri di jalan Anda dan kecuali Anda dapat mengatasi kurangnya pengakuan keberuntungan, oleh usia pertengahan, Anda akan habis.
Yiu & Sen
Lahir pada Kaki Kaisar
Situasi kelahiran ini membawa kehidupan yang mudah di mana segala sesuatu berasal mudah, terutama untuk mereka yang lahir laki-laki. Juga, jika Anda dari jenis kelamin laki-laki, kemungkinan Anda akan memiliki lebih dari satu istri. Wanita akan menemukan Anda tak tertahankan. Anda akan diberkati jika Anda memiliki sikap yang baik dan motivasi yang murni.
Bersambung...
READ MORE - Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 4 dr 5 Tulisan

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 3 dr 5 Tulisan

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 3 dr 5 Tulisan
Kaisar Kuning Jubah Hijau
Lahir di musim semi (Maret, April, Mei)
Cher
Lahir pada Kepala Kaisar
Anda akan memegang posisi tinggi dalam kehidupan. Anda memiliki kekuatan dan kemampuan intelektual yang besar. Anda juga diberkati dengan kebijaksanaan. Orang ini memiliki kewenangan, kekuasaan dan tanggung jawab. Orang seperti itu harus baik dibesarkan dan dididik dengan benar.
Tze & Wei
Lahir pada Tangan Kaisar
pencapaian Anda akan menjadi rata-rata dan lebih bermanfaat jika Anda bekerja di mulai proyek Anda sebagai kedua-in-command dan bukan sebagai pemimpin. Anda dapat bangkit tinggi menjadi tangan-orang yang tepat dari seseorang yang kuat dan kaya.
Mao & Yu
Lahir pada Bahu Kaisar
Anda tidak akan pernah kekurangan pakaian di punggung Anda, yang berarti Anda akan selalu dapat membuat hidup yang baik. Tidak akan ada kekurangan kebutuhan dasar hidup, termasuk memiliki rumah dan properti.
Wu
Lahir di Perut Kaisar
Keberuntungan serius Anda dimulai hanya dalam usia pertengahan ketika Anda akan menikmati keberuntungan besar dalam hal kemewahan hidup. Ada banyak makanan, pakaian dan semua kesenangan materi dalam kehidupan ini.
Choh & Hai
Lahir pada Dada Kaisar
Anda akan melalui banyak perubahan dalam hidup Anda dan Anda mendapatkan lebih tinggi menaiki tangga sosial, Anda akan mengubah banyak. Transformasi ini mungkin baik atau buruk dan disarankan bahwa jika Anda berada dalam situasi ini, Anda harus berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dan menjadi lebih rendah hati karena Anda menjadi lebih penting dalam pekerjaan dan kehidupan.
Shen & Shih
Lahir pada Lutut Kaisar
Anda harus perjalanan besar dalam hidup Anda, sehingga Anda dapat melihat hal ini sebagai baik atau buruk, tergantung pada apakah Anda menikmati perjalanan atau tidak. Profesional, hidup Anda akan penuh perjalanan. Dan seperti petualang, hidup adalah gelisah dan sementara.
Sen & Yiu
Lahir pada Kaki Kaisar
Ini menunjukkan bahwa akan ada dua pernikahan dalam hidup Anda. Hal ini terutama berlaku untuk perempuan lahir ke posisi ini. Untuk pria, yang lahir pada kaki Kaisar menunjukkan sifat gelisah yang tidak mudah untuk menyenangkan.
READ MORE - Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 3 dr 5 Tulisan

Tour of Duty - Kelenteng Hiap Thian Kiong (Kwan Seng Tee Koen) & Vihara Satrya Budhi Bandung - Jl Kelenteng 223A Bandung (Bag 2 - 2 Tulisan)

Tour of Duty - Kelenteng Hiap Thian Kiong (Kwan Seng Tee Koen) & Vihara Satrya Budhi Bandung - Jl Kelenteng 223A Bandung (Bag 2 - 2 Tulisan)
Vihara atau sering disebut kelenteng atau klenteng setiap kali tahun baru China selalu terlihat berbenah. Demikian pula dengan sejumlah kelenteng yang ada di Kota Bandung. Salah satunya adalah Kelenteng Satya Budhi yang berlokasi di Jalan Kelenteng No 223 A, Kota Bandung.
Salah seorang pengurus kelenteng menyebutkan bahwa kelenteng ini merupakan yang tertua di Jawa Barat (Jabar). Usianya ditaksir sudah diatas 125 tahun. Di kelenteng tersebut nampak prasasti yang menceritakan pembangunan kelenteng dan kegiatan renovasinya. Ditulis kelenteng dibangun pada abad ke-19 tepatnya tahun 1896.
Pada awalnya kelenteng tidak bernama Satya Budhi namun Xie Tian Gong. Perubahan nama dilakukan sejak masa orde baru yang pada saat itu memang anti dengan nama-nama yang berbau bahasa China. Nama Satya Budhi pun dipakai hingga kini.
Selain sebagai tempat berdoa bagi warga tionghoa atau keturunan, kelenteng tersebut juga sangat indah tampak dari luar. Sehingga tidak jarang sering pula dikunjungi wisatawan, khususnya dari China.
Menuju ke kelenteng tersebut sangat mudah, karena terletak di tengah Kota Bandung. Jaraknya hanya sekitar 50 meter dari persimpangan Jalan Kelenteng dengan Jalan Sudirman Kota Bandung. Kawan ini sering disebut sebagai Pecinan, karena memang banyak dihuni oleh warga tionghoa.
Kelenteng nampak cerah dengan dominasi warna merah, sejak gapura gerbangnya. Memasuki gerbang kelenteng, sebuah Patung Dewa Guan Gong yang menunggang kuda sedang mengangkat kaki depan akan menyambut. Patung sebagai simbol perlindungan dari dewa bagi siapapun yang hendak masuk kedalam kelenteng. Semerbak wangi dupa ikut menyambut tamu.
Sebelum masuk kedalam vihara tersebut, nampak gambaran mural yang indah menceritakan dewa-dewa warga China seperti diakui oleh tiga agama yakni Konghucu, Tao, dan Budha. Nampakpanji-panji yang dibawa yang mengisyaratkan kebajikan.
Puncak atap vihara juga khas, yakni dihiasi dengan ukiran atau patung ular naga besar.
Saat memasuki lokasi didalam kelenteng, ratusan lilin yang ditata rapi di bagian kanan dan kiri nampak menyerupai bukit kecil. Sementara beberapa warga nampak khusuk berdoa, duduk sambil mengatupkan telapak tangan (mirip bertapa).
Meski cat kelenteng nampak cerah dengan warna merah dan putih yang dominan, didalam kelenteng suasanya langsung berubah. Suasana hening dan damai sangat terasa. Lalu lalang pengunjung untuk berdoa atau bersedekah tidak menimbulkan keributan. Elemen interior vihara nampakseimbang, kaya akan detail dan warna serta bernilai estetis oriental, mengingatkan saya pada filosofi Tao, Yin-Yang, tentang penting-nya keseimbangan dalam kehidupan.
Kelenteng ini menjadi yang paling besar di Bandung. Pada bagian tengahnya terdapat sebuah altar yang lebih mirip aula tempat peribadatan sangat luas. Di bagian depan altar nampak patung dewa-dewi dari giok. Nampak pula tempat pembakaran kertas uang di masing-masing sisi yang menyerupai Pagoda.
Menilik dari berbagai literature, kelenteng yang sudah berusia 125 tahun ini ternyata memiliki sejarah berliku untuk tetap dipertahankan keberadaannya.
Di penghujung abad ke-19 tepatnya tahun 1896, Golongan Timur Asing etnis Tiong Hoa yang bertempat di lingkungan Pecinan Kota Bandung mendirikan sebuah kelenteng pertama di Bandung. Arsiteknya sengaja didatangkan dari China.
Pada awalnya Sheng Di Miao difungsikan sebagai tempat beribadah bersama. Lalu pada tahun 1917, kelenteng ini dibangun ulang dan berganti nama menjadi Kelenteng Xie Tian Gong yang berarti Kelenteng Masyarakat. Kini lebih dikenal sebagai Vihara Satya Budhi.
Dan saat pergantian tahun baru China, kelenteng ini akan dipadati oleh warga tionghoa, yang datang dari Bandung, Jakarta, Cirebon hingga Semarang. Pada malam tanggal 22 dan 23 Januari mendatang kelenteng ini akan dipadati ratusan pengunjung yang hendak melewati pergantian tahun China atau Imlek.
READ MORE - Tour of Duty - Kelenteng Hiap Thian Kiong (Kwan Seng Tee Koen) & Vihara Satrya Budhi Bandung - Jl Kelenteng 223A Bandung (Bag 2 - 2 Tulisan)

Tour of Duty - Kelenteng Hiap Thian Kiong (Kwan Seng Tee Koen) & Vihara Satrya Budhi Bandung - Jl Kelenteng 223A Bandung (bagian 1 dari 2 Tulisan)

Tour of Duty - Kelenteng Hiap Thian Kiong (Kwan Seng Tee Koen) & Vihara Satrya Budhi Bandung - Jl Kelenteng 223A Bandung (bagian 1 dari 2 Tulisan)
Sedang renovasi perluasan Dharmasala Vihara Buddha Satya dan Lapangan Taman didepan Kelenteng.
Saatnya menanam ladang kebajikan. Bagi yang ingin berdana silahkan langsung ke Pengurus setempat
------------------------------------------------------
Selayang Pandang Kelenteng TITD Hiap Thian Kiong - Yayasan Satya Budhi (Kwan Seng Tee Kun) Bandung
DI Kota Bandung terdapat kawasan yang menawarkan pesona Tiongkok. Kawasan yang biasa disebut Pecinan atau China Town tersebar mulai dari Jalan Banceuy hingga ke Jalan Cibadak, dan Jalan Kelenteng. Banyak kekayaan budaya Tiongkok yang masih bisa bertahan sampai sekarang di sana, seperti kuliner, kesenian, arstektur gedung, hingga kebiasaan warga.
Suasana pecinan masih sangat terasa di sana. Apalagi kelenteng yang paling tua di Kota Bandung masih berdiri kokoh di sana. Bangunan itu masih bisa dinikmati oleh generasi sekarang.
Tiga buah bangunan berdiri satu kompleks, yakni Vihara Samudra Bhakti, Vihara Satya Budhi, dan Vihara Buddhagaya. Ketiga vihara di Jalan Kelenteng No 23A, Bandung, ini berdiri di bawah Yayasan Satya Budhi.
Satya Budhi merupakan kelenteng tertua di kota Bandung. Diresmikan pada 1855 dengan nama Hiap Thian Kong yang berarti Istana Para Dewa. Pada 1965, penggunaan nama Tionghoa dilarang di Indonesia karena itulah Hiap Thian Kong berubah nama menjadi Vihara Satya Budhi.
Selain itu penggunaan kata kelenteng diubah menjadi vihara kebijakan pemerintah saat itu tidak mengakui agama Konghucu. Namun sekarang, Vihara Satya Budhi menjadi tempat ibadat tiga agama, yaitu Tao, Konghucu, dan Buddha.
Bagian luar tempat ibadah ini didominasi warna merah, hijau dan kuning. Di dindingnya terlihat relief lukisan dewa-dewa Tiongkok yang berwarna cerah. Di tengah-tengah ketiga vihara itu terdapat Patung Dewa Guan Gong menunggang kuda. Patung ini dipercaya bakal melindungi yang masuk ke dalam bangunan ini.
Siapa pun boleh masuk ke tempat ibadah ini asal minta izin dulu ke pengelola. Minimal ke petugas yang menjaga di sana. Untuk berfoto-foto juga dipersilakan asalkan di luar pagar kompleks vihara tersebut. Satu lagi syarat yang paling penting adalah jangan menggangu orang yang sedang beribadah.
Seperti pernah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya Jalan Kelenteng memang penuh pesona. Jadi tidak ada alasan untuk tidak melangkahkan kaki ke kawasan ini. Mau? *
Pesona Kelenteng Satya BudhiTertua di kota BandungDiresmikan pada 1855 dengan nama Hiap Thian Kong yang berarti Istana Para Dewa.Pada 1965, penggunaan nama Tionghoa dilarang di Indonesia kaarena itulah Hiap Thian Kong berubah nama menjadi Vihara Satya Budhi.Selain itu penggunaan kata Kelenteng diubah menjadi vihara, kebijakan pemerintah saat itu tidak mengakui agama Konghucu. Namun sekarang, Vihara Satya Budhi menjadi tempat ibadat tiga agama, yaitu Tao, Konghucu, dan Buddha.
READ MORE - Tour of Duty - Kelenteng Hiap Thian Kiong (Kwan Seng Tee Koen) & Vihara Satrya Budhi Bandung - Jl Kelenteng 223A Bandung (bagian 1 dari 2 Tulisan)

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 2 dr 5

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 2 dr 5
Kaisar Kuning Jubah Biru
Bagi yang lahir di musim dingin (Desember, Januari, Februari)
Tze
Lahir pada Kepala Kaisar
Jika Anda lahir pada kepala Kaisar di musim dingin, Anda akan membuat pernikahan brilian. Pasangan Anda akan menjadi orang yang dihormati yang berasal dari latar belakang keluarga yang sangat dihormati. Anda akan memiliki kemewahan dalam hidup Anda dengan cukup makanan dan pakaian.
Hai & Wu
Lahir pada Tangan Kaisar
Anda akan memiliki lingkungan keluarga yang baik dan akan selalu ada kesempatan untuk bersukacita. Anda akan sangat sukses di usia tua Anda, ketika Anda telah lulus ulang tahun ke-60 Anda.
Yu & Mao
Lahir pada Bahu Kaisar
Anda diberkati dengan keturunan yang luar biasa beruntung, jadi ada banyak anak dan cucu dalam hidup Anda. Anda akan memiliki beberapa masalah dan kemunduran selama tumbuh-up dan tahun awal karir, tetapi Anda akan menikmati keberuntungan di kemudian hari. Banyak keberuntungan Anda akan dibawa kepada Anda oleh pasangan Anda dan kemudian dengan anak Anda dan cucu.
Cher
Lahir di Perut Kaisar
Anda adalah salah satu orang yang yakin untuk menikmati bernyanyi, bersosialisasi dan pihak glamor. Dan Anda memiliki keberuntungan untuk menikmati gaya hidup ini, karena ada baik kemakmuran dan umur panjang dalam hidup Anda. Hal tersebut adalah penting bagi Anda untuk melakukan beberapa pekerjaan amal atau donasi untuk amal selama setengah baya tahun Anda. Ini akan membawa Anda keberuntungan bahkan lebih baik.
Yiu & Sen
Lahir pada Dada Kaisar
Anda akan diberkati dengan nasib baik yang luar biasa di usia tua Anda ketika ada emas, akumulasi aset dan bisnis yang berkembang dalam keluarga Anda. Anda memiliki keberuntungan untuk menjadi tua dengan seseorang yang Anda peduli dan cinta.
Choh & Wei
Lahir pada Lutut Kaisar
Anda akan memiliki cukup untuk makan dan bertahan hidup, tetapi sedikit yang tersisa, dan selama setengah baya tahun Anda, akan ada beberapa kali benar-benar mencoba. Hal ini sangat penting bagi Anda untuk melakukan amal dan mencurahkan waktu untuk merawat orang lain. Ini akan melarutkan banyak chi negatif yang mengelilingi Anda.
Shen & Shih
Lahir pada Kaki Kaisar
Anda harus tinggal jauh dari orang tua dan kakek-nenek, karena manfaat Anda untuk memiliki tempat tinggal sendiri. Jika Anda memiliki rumah Anda sendiri, Anda akan menikmati keberuntungan. Yang lebih jauh Anda dari rumah leluhur Anda, semakin baik akan untuk Anda.
READ MORE - Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 2 dr 5

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 1 dr 5

Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 1 dr 5
Kitab Dong Shu menyatakan di Tiongkok purba terdapat sebuah puisi yang luar biasa tentang empat musim. Puisi ini dianggap berasal dari Kaisar Kuning yang legendaris. Dari puisi tersebut dapat diperoleh indikasi umum tentang kehidupan seorang bayi yang baru lahir. Hal ini diyakini tergantung dari musim lahir Anda. Hidup Anda bisa penuh beban atau penuh kelimpahan. Itu semua tergantung pada bagian mana dari tubuh Kaisar, Anda dilahirkan.
Dong Shu diisi dengan informasi esoteris yang paling menarik yang berkaitan dengan analisis takdir serta makna dari tanda-tanda dan simbol. Kaisar Kuning duduk di sebuah kursi. Karena di Tiongkok terdapat empat musim, maka penafsiran tergantung dari kelahiran tersebut.
Jadi pertama Anda harus menentukan musim lahir – musim semi, panas, gugur atau dingin. Musim semi berlangsung Maret, April, dan Mei; musim panas berlangsung Juni, Juli, dan Agustus; musim gugur berlangsung September, Oktober, dan November; dan musim dingin berlangsung Desember, Januari, dan Februari.
Berikutnya, Anda perlu menentukan jam lahir Anda didasarkan pada 12 cabang bumi. Waktu sebanyak 24 jam dibagi menjadi dua belas segmen masing-masing dua jam. Setiap segmen waktu merupakan salah satu hewan astrologi Cina.
Dengan dua potong informasi tersebut, maka Anda perlu melihat gambar dari Kaisar Kuning yang mengenakan jubah musim – jubah hijau untuk musim semi, jubah merah untuk musim panas, jubah putih untuk musim gugur, dan jubah biru untuk musim dingin.
Lihatlah Kaisar sesuai dengan musim lahir Anda. Kemudian cari pada bagian mana dari Kaisar, jam Anda dilahirkan.
Cari nama jam pada tubuh Kaisar dan periksa makna yang diberikan. Misalnya, pilar Anda jam Mao di musim panas, cari ilustrasi Kaisar pada musim panas. Cari di mana nama jam Anda berada pada tubuh dan kemudian baca makna yang diberikan di bawah musim panas.
Gunakan tabel dan diagram untuk menentukan pada bagian mana dari Kaisar, Anda dilahirkan. Kemudian lihat uraian di bawah ini untuk menemukan takdir Anda.
Bersambung....
READ MORE - Ramalan berdasarkan Kitab Dong Shu (Almanak Tiongkok) Bagian 1 dr 5

kisah asal usul dari salah satu perayan besar bagi etnis Tionghoa.

Dalam rangka menyambut hari raya Ceng Beng yang akan jatuh pada tanggal 4 April 2107, Cetya Tathagata Jakarta akan memberikan sedikit kisah asal usul dari salah satu perayan besar bagi etnis Tionghoa.
Hari Ceng Beng atau Qing Ming (Hanzi : 清明) adalah suatu hari ziarah tahunan bagi etnis Tionghoa. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada bulan April untuk setiap tahunnya. Warga Tionghoa biasanya akan datang ke makam kuburan orang tua atau leluhur untuk membersihkannya dan sekalian bersembahyang/pai di makam tersebut sambil membawa buah-buahan, kue-kue, makanan, serta karangan bunga.
Tradisi ini berasal dari tradisi kerajaan di zaman dulu. Ceng Beng (baca : Qing Ming = cerah dan cemerlang) dipilih karena 15 hari setelah Chunhun, biasanya dipercayai merupakan hari yang baik, cerah, terkadang diiringi hujan gerimis dan cocok untuk melaksanakan ziarah makam. Sebelum zaman Dinasti Qin, ziarah makam hanya monopoli dan hak para bangsawan. Namun setelah Qin Shi-huang mempersatukan Tiongkok dan mengabolisi para bangsawan, rakyat kecil kemudian meniru tradisi ziarah makam ini setiap Ceng Beng.
Sebuah legenda asal mula Ceng Beng menceritakan tentang kaum Cina yang memang punya tradisi yang sedikit banyak tertuju pada peringatan leluhur (sebutannya “kia hao” atau “filial piety”, alias “rasa hormat anak pada orang tua/leluhurnya”) . Makanya di rumah-rumah Cina banyak ditemukan rumah abu atau meja sembahyang leluhur. Karena itulah, nyekar juga menjadi satu kegiatan wajib.
Legenda 1
Hari Ceng Beng bermuasal dari zaman Chun Qiu Zhan Guo (Musim semi-gugur dan negara saling berperang, abad 11-3 SM), adalah salah satu hari perayaan tradisional suku Han (suku mayoritas di Tiongkok), sebagai salah satu dari 24 Jie Qi (sistem kalender Tiongkok), waktunya jatuh antara sebelum dan sesudah 5 April Masehi.
Sesudah hari Ceng Beng, di Tiongkok semakin banyak hujan, bumi dipenuhi dengan panorama kecemerlangan musim semi. Pada saat itu semua makhluk hidup "melepaskan yang lama dan memperoleh yang baru", tak peduli apakah itu tanaman di dalam bumi raya, atau tubuh manusia yang hidup berdampingan secara alamiah, semuanya pada saat itu menukar pencemaran yang diperoleh pada musim dingin/salju untuk menyambut suasana musim semi dan merealisasi perubahan dari Yin (unsur negatif) ke Yang (unsur positif).
Konon, sesudah Yu agung (raja pada zaman Tiongkok kuno, abad ke-22 SM) menaklukkan sungai, maka orang-orang menggunakan kosa kata Qing Ming (di Indonesia terkenal dengan istilah Ceng Beng) untuk merayakan bencana air bah yang telah berhasil dijinakkan dan kondisi negara yang aman tenteram.
Pada saat itu musim semi nan hangat bunga bermekaran, seluruh makhluk hidup bangkit, langit cerah bumi cemerlang, adalah musim yang baik untuk berkelana menginjak rerumputan (Ta Qing). Kebiasaan tersebut telah dimulai sejak dinasti Tang (618-907).
Saat Ta Qing, orang-orang selain dapat menikmati panorama indah musim semi, juga sering dilangsungkan beraneka kegiatan hiburan untuk menambah gairah kehidupan.
Legenda 2
Konon, jaman dahulu, terutama bagi orang-orang yang berduit dan berharta, nyekar itu tidak hanya diadakan sekali setahun, tapi bisa berkali-kali (dua kali sebulan bahkan). Dan acara ini dibuat penuh dengan kemewahan dan benar-benar mempertontonkan kekayaan. Kaum sanak keluarga ditandu ke sana lalu ke mari, diiringi dayang-dayang dan pengawal yang berjumlah banyak, makanan yang dibawa itu pasti yang enak-enak dan bunga yang disiapkan juga yang mahal dan harum-harum.
Suatu hari, Kaisar Tang Xuanzong melihat semuanya ini seperti pemborosan massal saja. Dia pun menitahkan agar semua membatasi diri dan hanya mengadakan acara nyekar ini sekali setahun. Dan ia menetapkan hari Ceng Beng (limabelas hari setelah Chunhun, atau hari di mana matahari tiba di katulistiwa) sebagai hari baik untuk ini. Selain karena Ceng Beng adalah hari baik (arti kata Ceng Beng, atau Qing Ming, adalah “cerah dan terang”), hari ini dipilih karena banyak petani sudah selesai panen dan punya waktu senggang untuk mengunjungi makam leluhur. Jadilah Ceng Beng bukan hanya kegiatan orang kaya, tapi kegiatan untuk semua orang.
Legenda 3
Kesederhanaan Ceng Beng juga berkaitan erat dengan cerita Kaisar Cong Er dari Dinasti Tang. Seperti kisah Cina kuno lainnya, latar belakangnya adalah kudeta. Pada masa pelarian (karena berselisih dengan selir kejam) ketika masih jadi putra mahkota Cong Er ini ditemani oleh teman (dan bawahan) yang sangat setia, Jie Zhitui namanya. Saking setianya, dia rela untuk mengorbankan dagingnya supaya si pangeran ini bisa makan dan nggak mati kelaparan. Suatu hari, tiba kabar bahwa Cong Er sudah tidak perlu lari lagi, karena ibu tirinya sudah mati. Bersiaplah Cong Er untuk kembali ke istana dan jadi kaisar. Tapi Je Zhitui menolak untuk ikut balik ke istana, dan menyepi ke sebuah gunung bersama Ibunya.
Cong Er yang sudah jadi kaisar itu tetep kukuh meminta temannya balik dan hidup bahagia di istana. tapi Jie Zhitui bukannya balik ke istana malah semakin bersembunyi ke pedalaman gunung. Cong Er yang sudah habis akal menyuruh prajuritnya untuk membakar gunung, dengan maksud supaya Jie Zhitui keluar dari persembunyian. Tetapi, yang terjadi bukannya keluar, malah Jie Zhitui dan Ibunya tewas terbakar.
Sedihlah sang kaisar. Lalu ia mencanangkan Hari Hanshi (Hari Makanan Dingin), satu hari dalam setahun (setiap tahunnya) di mana orang-orang tidak boleh memasak/memanaskan makanan dengan api. Lambat laun Hanshi pun diintegrasikan ke dalam perayaan Ceng Beng, di mana makanan yang disediakan itu dingin dan hambar.
Legenda 4
Cerita legenda yang lain menyebutkan tentang seorang Raja yang sudah bertahun-tahun pergi berperang (jaman perang antar kerajaan di Cina dulu), namun berakhir dengan kekalahan dan menjadi tawanan perang yang tidak terhormat di negeri lawan. Tapi raja ini tidak tinggal diam dan diam-diam mengumpulkan sekutu untuk mempersiapkan serangan balas dendam. Singkat cerita raja ini berhasil melakukan balas dendam dan negaranya pun kembali ke dalam tangannya.
Sewaktu ia kembali ke rumah, dia baru tahu kalau orang tuanya sudah lama meninggal — dibunuh oleh raja musuh. Dan parahnya lagi tidak ada yang tau di mana orang tua sang raja dimakamkan. Sang Raja akhirnya punya akal dan mencanangkan hari kunjungan makam leluhur. Pada hari yang telah ditentukan, semua orang di negaranya harus dan wajib nyekar. Logikanya, makam yang sepi dan nelangsa, pastilah makam orang tuanya. Sejak hari itulah, setiap tahun semua wajib nyekar ke makam leluhur.
Secara Awam, masih banyak yang belum jelas bahwa sebenarnya mengapa Ceng Beng itu selalu jatuh pada 5 April setiap tahunnya, dan bukannya mengikuti penanggalan kalender Imlek. Dalam tradisi Tionghoa, ada 2 penanggalan yang menggunakan penanggalan masehi. Yakni Ceng Beng dan Tang Che/Festival musim dingin.
Kelihatannya, kalender Tionghoa itu kalender bulan, tidak begitu halnya, karena ada faktor peredaran matahari di dalamnya, yaitu 24 posisi matahari. 1 posisi matahari adalah berjangka waktu 15 hari, ada 2 posisi matahari dalam 1 bulan. Posisi ini telah ada sejak zaman Huangdi (2697 SM, 4700 tahun lalu) didasarkan atas 12 cabang bumi yang diciptakan olehnya.
Penanggalan Tionghoa sendiri memperhitungkan peredaran matahari karena Tiongkok sejak dulu adalah negara agrikultur, mayoritas penduduk Tiongkok adalah petani dan petani harus menanam sesuai musim. Musim bergantung pada peredaran matahari, sehingga posisi matahari ditambahkan dalam kalender Tionghoa.
Adapun posisi penting peredaran matahari dalam kelender Tionghoa adalah :
1. Lipchun (mulai musim semi), tanggal 5 Februari
2. Chunhun (tengah musim semi), tanggal 21 Maret (matahari berada di khatulistiwa)
3. Ceng Beng (cerah dan terang), tanggal 5 April
4. Heche (tengah musim panas), tanggal 21 Juni (saat ini matahari berada pada 23.5 LU, siang terpanjang di belahan bumi utara/Tiongkok)
5. Chiuhun (tengah musim gugur), tanggal 23 September (matahari berada di khatulistiwa)
6 Tangche (tengah musim dingin), tanggal 22 Desember (saat ini matahari berada di 23.5 LS, malam terpanjang di belahan bumi utara/Tiongkok).
Dari 24 posisi matahari ini, maka Ceng Beng dan Tangche dijadikan festival penting dalam kebudayaan Tionghoa.
Kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan Ceng Beng
Pada jaman dinasti Tang, implementasi hari Ceng Beng hampir sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.
Yang hilang pada saat ini adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan.
Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang, makan telur, melukis telur dan mengukir kulit telur. Permainan layang-layang dilakukan pada saat Ceng Beng karena selain cuaca yang cerah dan langit yang terang,kondisi angin sangat ideal untuk bermain layang-layang.
Konon, ada orang setelah layang-layang berkibar di langit biru, memutus talinya, mengandalkan angin mengantarnya ke tempat nan jauh, konon ini bisa menghapus penyakit dan melenyapkan bencana serta mendatangkan nasib baik bagi diri sendiri.
Kebiasaan berikutnya adalah menancapkan pohon *Willow*: konon, kebiasaan menancapkan dahan *willow*(pohon Yangliu), juga demi memperingati *Shen Nong Shi*, yang dianggap sebagai guru leluhur pertanian dan pengobatan. Di sebagian tempat, orang-orang menancapkan dahan* willow *di bawah teritisan rumah, untuk meramalkan cuaca. Sesuai pameo kuno "Kalau dahan *willow* hijau, hujan rintik-rintik; kalau dahan *willow* kering, cuaca cerah". *Willow* memiliki daya hidup sangat kuat, dahannya cukup ditancapkan langsung hidup, setiap tahun menancapkan dahan willow, dimana-mana rimbun.
Sedangkan sejarah pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui, karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu.
Kebiasaan lain adalah bermain ayunan *Qiu Qian *(ðãðè): ini adalah adat kebiasaan hari *Ceng Beng* zaman kuno. Sejarahnya panjang, ayunan pada zaman dulu kebanyakan menggunakan dahan sebagai rangka kemudian ditambatkan selendang atau tali.
Akhir-nya berkembang menjadi 2 utas tali ditambah papan kayu sebagai pijakan kaki yang dipasang pada rangka balok kayu yang hingga kini digemari, terutama oleh anak-anak seluruh dunia.
Selain itu ada kebiasaan bermain *Cu Ju *(sepak bola kuno): *Ju* adalah semacam bola yang terbuat dari kulit, di dalam bola tersebut diisi bulu hingga padat. *Cu Ju *menggunakan kaki untuk menyepak bola (Mirip sepak bola saat ini). Ini adalah semacam permainan yang digemari oleh orang-orang pada saat *Ceng Beng *pada zaman kuno. Konon ditemukan oleh *Huang Di *(kaisar Kuning), pada awalnya bertujuan untuk melatih kebugaran para serdadu.
Ada juga kebiasaan untuk Menanam pohon: sebelum dan sesudah *Ceng Beng*, matahari musim semi menyinari, hujan rintik musim semi betebaran, menanam tunas pohon berpeluang hidup tinggi dan dapat tumbuh dengan cepat. Maka, semenjak zaman kuno, di Tiongkok terdapat kebiasaan menanam pohon di kala *Ceng Beng*. Ada orang menyebut hari *Ceng Beng* sebagai "hari raya penanaman pohon". Kebiasaan ini berlangsung hingga hari ini.
Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan menggantungkan gambar burung walet yang terbuat tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini disebut burung walet Zitui. Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming.
Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti Ming,untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyat pun mematuhi perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya. (Dalam kisah ini agak berkaitan dengan Legenda 4 diatas. Namun karena ditemukan pada literatur yang berbeda, penyusun tidak berani mengambil kesimpulan sendiri. Mohon bagi yang lebih paham ceritanya memberikan masukan).
Seperti perayaan lainnya, Ceng Ceng juga memiliki makanan khas seperti makan telur yang kulitnya sudah dilukis, tapi untuk telur yang diukir tidak dimakan. Selain itu ada beberapa yang mungkin tidak pernah ada di Indonesia ini seperti makanan dari daun Ai yang menjadi ciri khas suku Khe, bubur dingin, ciri khas rakyat dibawah kaki gunung Mian, serta Qing tuan adalah makanan khas Qingming dari daerah Suzhou.
Pesan Moral Perayaan Ceng Beng :
Festival Ceng Beng pada akhirnya terkait dengan pilar-pilar budaya Tionghoa yaitu
penghormatan leluhur, makanan, kekerabatan, keselarasan dan harmony, setia, berbakti, dan juga kebersamaan.
Dan hal itu tidak hanya ada pada festival Ceng Beng saja tapi tercermin pada semua festival Tionghoa yang ada.
Dengan menghormati leluhur berarti kita harus menjaga sikap hidup kita agar
tidak mencoreng nama leluhur. Semoga pada perayaan festival Ceng Beng ini kita menyadari bagaimana cara kita menghormati leluhur, caranya sederhana yaitu berikanlah kontribusi positif pada lingkungan kita dan selalulah menjaga perilaku kita agar tidak memalukan para leluhur.
Sumber Penulisan:
1. Berdasarkan cerita turun temurun Masyarakat Tionghoa Indonesia.
2. http://www.hoktekbio.com/index.php…
3. http://www.wihara.com/f…/artikel-buddhist/6742-cengbeng.html
4. http://www.chinapage.com/festival/qingming.html
5. TRADITIONAL CHINESE CULTURE by Qizhi Zhang.
6. The Legend of the Kite: A Story of China(Make Friends Around the World)by Kuiming Ha, Yiqi Ha. Published by Soundprints
7. http://www.indoforum.org/archive/index.php/t-41419.html
8. http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/42410
9. Dong Zhou Lie Guo Zhi (東周列國志), Feng, Menglong, 1574-1646, 2008.(pertama terbit 1752, Shanghai shu ju)
10. Buletin Maya Indonesia Dharma Mangala, 9 Maret 2004, tahun I, no 7
11. http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/42410
READ MORE - kisah asal usul dari salah satu perayan besar bagi etnis Tionghoa.

KISAH DAN ASAL USUL HARI CENG BENG (Festival Ching Ming) bagian 3 dari 5 Artikel

KISAH DAN ASAL USUL HARI CENG BENG (Festival Ching Ming) bagian 3 dari 5 Artikel
Memaknai Perayaan Ceng Beng Utk Generasi Penerus
6 Hal Yang Perlu Anda Lakukan Pada Saat Ziarah Cengbeng
Setiap tanggal 5 April, sebagian besar masyarakat Tionghoa di dunia selalu melakukan tradisi ziarah kuburan leluhur/orang tua, yang dikenal dengan sebutan Qing Ming (Hanzi : 清明; Hokkian : Cengbeng). Hari Cengbeng sendiri adalah salah satu momen berkumpulnya keluarga etnis Tionghoa selain hari raya Imlek. Berikut 6 hal yang harus anda persiapkan menjelang ziarah Cengbeng :
1. Menyiapkan Peralatan Dalam Membersihkan Makam
Membawa peralatan seperti sapu lidi, sarung tangan untuk mencabuti rumput liar, kuas dan cat untuk mengecat bagian yang luntur, dsb. Ada sebagian yang membersihkan makam sejak sebulan sebelum Cengbeng; ada juga yang membersihkannya pada saat Hari H nya. Namun bagi yang mau mengadakan sembahyang di makam langsung, ada baiknya membersihkan makam sebelum Hari H nya, agar tidak membebani nanti saat sembahyang di makam.
Segera perbaiki bagian makam yang pecah, rusak, atau luntur. Dari segi Fengshui, tentu sangat tidak baik apabila terdapat banyak pecah pada bagian tembok/tegel nya, apalagi sampai tumbuh tunas pohon di pinggirnya! Itu disebabkan karena kurangnya perhatian dari keluarga/ahli warisnya (bagi sebagian orang, ahli waris = beban seumur hidup), sudah sangat jarang menengok makam orang tuanya, bisa 3 tahun sekali baru datang ziarah.
Atau nanti jika mau ada anggota keluarga yang datang dari jauh, misalnya dari luar negeri (anggapan sebagian orang, tinggal di luar negeri = sudah sukses dan hidup makmur), baru mau datang cari muka untuk membersihkan dan ikut berziarah agar dianggap berbakti. Inilah fakta yang sebenarnya banyak terjadi pada sebagian etnis Tionghoa saat ini.
Namun ada juga Yayasan yang mengelola makam, dimana biasanya mereka memungut iuran bulanan/tahunan sebagai anggaran pemeliharaan makam di lokasi perkuburan. Jadi kita tidak perlu susah-susah lagi dalam membersihkan makam rutin. Yayasan ini biasanya mengelola di perkuburan marga khusus, atau di perkuburan umum area VIP.
2. Menyiapkan Makanan Persembahan Kepada Leluhur
Menu makanan untuk sembahyang leluhur sangat beragam, mengikuti adat kebiasaan setempat, dan mungkin ada yang menambahkan menu kesukaan leluhur sebelum meninggal. Menu sembahyang umumnya terdiri dari buah-buahan, manisan, kue basah dan kering, teh, ciu (sejenis arak atau minuman beralkohol setempat), dan menu makanan utama. Selengkapnya dapat dibaca pada artikel menu makanan sembahyang leluhur.
Namun seiring perkembangan zaman dan dengan alasan kepraktisan, orang mulai ‘menyederhanakan’ nya agar lebih mudah dibawa. Apalagi bagi keluarga yang tidak memiliki banyak sanak family, atau yang sanak family nya sudah tidak mau lagi pergi ke kuburan orang tua/leluhur dengan alasan sudah beragama lain. Tentu ini akan sangat memberatkan bagi anggota keluarga besar yang tersisa dalam menjalankannya, dan tidak sedikit yang akhirnya memilih untuk hanya melaksanakan sembahyang Cengbeng di rumah.
Mimin rekomendasikan untuk membawa menu ‘nasi kotak’ agar praktis. Sehabis sembahyang, tidak repot membereskannya jika dibanding membawa rantang dan piring. Apalagi yang membawa benda pecah belah; selain berat, resiko pecahnya juga besar. Selesai sembahyang, bisa langsung disantap dan jangan lupa buang sampah pada tempatnya, atau bawa pulang sekalian. Jangan biasakan buang di pinggir makam atau malah dibuang di makam tetangga; hati-hati ‘tuan rumah’ nya ngikut pulang lho 🙂
Selain itu, tambahkan saja 3 macam buah dan kue basah, aqua gelas/teh kotak, selesai. Tidak repot kan?
3. Saling Kontak Dengan Saudara Lainnya Untuk Menentukan Waktu dan Jam Pelaksanaan
Bagi yang punya keluarga besar, yang tersebar dari ujung Sabang sampai Merauke, tentu mereka akan saling mengabari dan mengatur jadwal pelaksanaan sembahyang ziarah Cengbeng tahunan. Ada ungkapan, lebih baik tidak pulang Imlek daripada tidak pulang Cengbeng. Jadi, sedemikian besarnya makna sembahyang Cengbeng ini bagi sebagian orang. Biasanya sejak H-14 mereka mulai mencari tiket murah meriah untuk PP, mengatur koper dan mengambil cuti (bagi yang kantoran).
4. Membawa Karangan Bunga
Bawalah se buket bunga untuk diletakkan di makam
Biasanya pada hari-hari mendekati Cengbeng, banyak penjual bunga mulai menjajakan berbagai jenis bunga hidup (bukan bunga hias ya) di emperan toko atau di pinggiran jalan menuju kompleks perkuburan. Boleh beli seikat buat ditaruh di makam orangtua/leluhur nantinya. Ini lebih baik ketimbang anda pergi dengan tangan kosong tanpa membawa apa-apa. Ini bisa jadi ‘menu wajib’ bagi etnis Tionghoa kristiani karena mereka sudah tidak lagi membawa kertas perak yang nantinya akan ditaruh diatas makam (sebagai penanda bahwa makam sudah dibersihkan).
5. Membawa Perlengkapan Persembahyangan
Bawalah perlengkapan sembahyang saat ziarah kubur
Jangan lupa untuk membawa perlengkapan sembahyang, seperti lilin, hio/dupa, dan kertas perak untuk ditabur diatas makam. Lalu kenapa disetiap kubur, diatasnya disebarkan/diletakkan kertas perak atau kuning setiap kali selesai dibersihkan?
Konon menurut cerita rakyat, asal mula ziarah kubur atau Ceng Beng ini berawal dari zaman kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming (1368-1644 M). Zhu Yuanzhang awalnya berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Karena itu dalam membesarkan dan mendidik Zhu Yuanzhang, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil. Ketika dewasa, Zhu Yuanzhang memutuskan untuk bergabung dengan pemberontakan Sorban Merah, sebuah kelompok pemberontakan anti Dinasti Yuan (Mongol).
Berkat kecakapannya, dalam waktu singkat ia telah mendapat posisi penting dalam kelompok tersebut; untuk kemudian menaklukkan Dinasti Yuan (1271-1368 M); sampai akhirnya Beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Zhu Yuanzhang kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.
Kemudian untuk mengetahui keberadaan makam orangtua nya, sebagai seorang kaisar, Zhu Yuan Zhang memberi titah kepada seluruh rakyatnya untuk melakukan ziarah dan membersihkan makam leluhur mereka masing-masing pada hari yang telah ditentukan. Selain itu, diperintahkan juga untuk menaruh kertas kuning di atas masing-masing makam, sebagai tanda makam telah dibersihkan.
Setelah semua rakyat selesai berizarah, kaisar memeriksa makam-makam yang ada di desa dan menemukan makam-makam yang belum dibesihkan serta tidak diberi tanda. Kemudian kaisar menziarahi makam-makam tersebut dengan berasumsi bahawa di antara makam-makam tersebut pastilah merupakan makam orangtua, sanak keluarga, dan leluhur nya. Hal ini kemudian dijadikan tradisi untuk setiap tahunnya.
6. Melaksanakan Sembahyang Cengbeng
Cengbeng adalah salah satu momen berkumpulnya sanak family
Yup! Ini adalah puncaknya. Momen berkumpul bersama keluarga besar saat Imlek terulang kembali; dan inilah inti dari rangkaian kegiatan persembahyangan Cengbeng sebenarnya. Selain itu, kita juga diingatkan pada jasa-jasa orang tua/leluhur yang telah mengasuh dan membesarkan kita sampai jadi orang saat ini. Ingatlah, tanpa mereka, kita tidak akan pernah ada. Jangan seperti jadi orang yang minum air namun lupa sumbernya!
Jangan sampai ada anggapan bahwa jika sudah beragama non Tionghoa maka sudah tidak perlu lagi ikut-ikutan sembahyang kubur, karena akan dianggap menyembah setan dan berhala. Anda-anda masih dapat ikut berpartisipasi dalam membersihkan makam, menyiapkan makanan; terlepas apakah nantinya anda akan menyantap makanan nya atau tidak (Fakta : sebagian orang sudah tidak mau lagi menyantap makanan bekas sembahnyang orang tuanya!), dan ikut sungkem pada saat sembahyang bersama dilakukan. Berdoalah menurut keyakinan Agama dan kepercayaan anda, itu sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan tanda bakti anda.
Banyak kejadian saat ini makam-makam Tionghoa sudah tidak terurus karena ahli waris/anak-anak ‘si empunya makam’ sudah enggan mengurusnya dengan alasan sangat sibuk dengan bisnisnya. Akibatnya makam ditumbuhi rumput dan tanaman liar yang merambat. Yang paling sial, si empunya makam tidak memiliki anak lelaki sebagai penerus marga dan penanggung ‘kewajiban’ keluarga (Fakta : dalam etnis Tionghoa, anak laki-laki sangat diprioritaskan dalam keluarga meski terlahir sebagai anak paling bontot bungsu).
Anak perempuan biasanya hanya akan ikut suaminya, dan syukur-syukur masih mengirimkan uang ‘santunan’. Jika tidak, maka kuburnya tinggal ditunggu saja kapan akan dibongkar pengelola makam (tidak tahu tulang belulangnya akan dikemanakan, bisa jadi hanya dibuang di got atau tempat sampah), atau ditimpali dengan makam baru (ini biasa terjadi di kompleks perkuburan yang sudah penuh sesak dan tidak ada lahan baru).
Kremasi wajib dilakukan di negara yang padat penduduknya
Tidak sedikit yang akhirnya menulis surat wasiat agar kelak nantinya di ngaben kremasi saja ketimbang dikubur daripada kelak menjadi beban.
Selamat merayakan festival Cengbeng
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL HARI CENG BENG (Festival Ching Ming) bagian 3 dari 5 Artikel

KISAH DAN ASAL USUL HARI CENG BENG (Festival Ching Ming) bagian 2 dari 5 Artikel

KISAH DAN ASAL USUL HARI CENG BENG (Festival Ching Ming) bagian 2 dari 5 Artikel
Memaknai Perayaan Ceng Beng Utk Generasi Penerus
Festival Qingming (hanzi tradisional: 清明節; sederhana: 清明节; pinyin: qīng míng jié) atau Cheng Beng (bahasa Hokkian) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Khong Hu Cu[1][2].
Festival tradisional Tiongkok dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik Matahari di musim dingin (atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi), pada umumnya dirayakan pada tanggal 5 April atau 4 April pada tahun kabisat[3][4].
Secara astronomi, dalam terminologi matahari, Festival Qīngmíng dilaksanakan pada hari pertama dari 5 terminologi Matahari, yang juga dinamai Qīngmíng. Nama yang menandakan waktu untuk orang pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi (Tàqīng 踏青, "menginjak tumbuhan hijau"), dan juga ditujukan kepada orang-orang untuk berziarah kubur. Hari Festival ini dijadikan hari libur umum di Tiongkok, begitu juga di Hong Kong, Macau dan Taiwan.
Di Korea, Qīngmíng dikenal dengan sebutan Hansik.
Pengenalan
Festival ini juga diketahui dengan sejumlah nama lain:
Hari Semua ArwahFestival Bersih TerangFestival Ziarah KuburanHari Menyapu KuburanHari Peringatan Musim Semi
Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan 'Qīngmíng 清明' (清qīng : bersih,明míng : terang)
Untuk orang Tionghoa, perayaan ini dilakukan untuk mengingat dan menghormati nenek moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang. Upacara ini adalah sangat penting bagi kebanyakan orang Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah hari Qīngmíng 清明. Juga pada waktu Qīngmíng 清明, orang melakukan tamasya keluarga, mulai membajak sawah pada musim semi. Hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang (dalam berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina). Another common practice is to carry flowers instead of burning paper, incense, or firecrackers.[5].
Sesuai catatan, masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura dan juga beberapa daerah di Indonesia juga melanjutkan kebiasaan ini.
Hari Hanshijie 寒食节, sehari sebelum Qīngmíng 清明, diciptakan oleh Chong'er (重耳), Bangsawan Wen dari negara Jin (晋) pada masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur (Chunqiu 春秋), manakala ia secara tidak sengaja membunuh bawahan dan teman baiknya, Jie Zhitui 介之推 (atau Jie Zitui) dan ibunya dalam suatu pembakaran hutan dengan harapan akan membuat Jie Zhitui kembali kepadanya. Pada hari Hanshijie 寒食节, orang tidak diijinkan menggunakan api untuk memanaskan makanan, yang kemudian dijuluki Festival Makanan Dingin. Dan pada kenyataannya, 300 tahun kemudian, perayaan Hanshijie 寒食节 dikombinasikan dengan Festival Qīngmíng 清明... dan kemudian mulai dilupakan oleh kebanyakan orang.
Sejarah
Festival Qīngmíng 清明 sendiri diciptakan oleh Kaisar Xuanzong (唐玄宗) pada tahun 732 (Dinasti Tang) sebagai pengganti upacara pemujaan nenek moyang dengan cara terlalu mahal dan rumit. Dalam usaha untuk menurunkan biaya tersebut, Kaisar Xuanzong (唐玄宗) mengumumkan penghormatan tersebut cukup dilakukan dengan mengunjungi kuburan nenek moyang pada hari Qīngmíng 清明[6].
Jie Zhitui
Pada mulanya, tradisi Ceng beng dicetuskan oleh putra mahkota Chong Er dari Dinasti Tang. Suatu hari karena difitnah oleh salah seorang selir raja, Chong Er terpaksa melarikan diri ke gunung bersama para pengawalnya. Kelaparan karena tidak membawa bekal makanan, salah seorang pengawal bernama Jie Zhitui memotong bagian badannya dan memasaknya untuk sang putra mahkota agar tidak mati kelaparan. Mengetahui pengorbanan pengawal setianya itu, Chong Er merasa sedih, tetapi Jie menghibur sang putra mahkota dan memintanya agar tetap teguh bertahan hingga Chong Er dapat kembali ke istana dan merebut tahta dari selir raja yang telah memfitnahnya.
Tiga tahun lamanya mereka bertahan hidup dalam kelaparan di gunung hingga akhirnya sang selir meninggal dunia. Sepasukan tentara menjemput Chong Er untuk kembali ke istana, saat itu dia melihat Jie Zhitui mengemasi sebuah tikar tua ke atas kuda. Chong Er mentertawakannya dan meminta Jie untuk membuang tikar itu, tetapi Jie menolaknya dan berkata,”...hanya penderitaan yang dapat hamba bagi bersama paduka, bukan kemakmuran...”. Jie berpamitan kepada Chong Er untuk tetap tinggal di gunung bersama ibunya.
Setelah Chong Er kembali ke istana, dia bermaksud mengundang Jie Zhitui, tetapi Jie tidak berhasil ditemukan. Chong Er memerintahkan tentara untuk membakar hutan digunung itu agar Jie segera keluar menemuinya. Yang terjadi malah sebaliknya, mereka menemukan Jie Zhitui mati bersama ibunya di bawah pohon willow. Chong Er sangat sedih melihat pengawal setianya itu malah mati karena keinginannya. Sejak itu Chong Er memperingati hari itu sebagai hari Hanshi. Pada saat peringatan Hanshi ini, kaisar tidak mengizinkan siapapun menyalakan api untuk memasak, sehingga peringatan ini juga dikenal dengan sebutan Perayaan Makanan Dingin.
Kaisar Xuanzong
Sedangkan tradisi peringatan Cengbeng sendiri sebenarnya dicetuskan oleh kaisar Xuanzong dari Dinasti Tang pada tahun 732. Kaisar saat itu menilai kebiasaan masyarakatnya terlalu sering melaksanakan upacara bagi pada leluhur dan berbiaya mahal sehingga seringkali menyusahkan mereka sendiri. Kaisar menitahkan sejak saat itu upacara bagi para leluhur cukup dilakukan pada pertengahan musim semi atau Cengbeng saja.
Dinasti Qing
300 tahun yang lalu pada masa pemerintahaan Dinasti Qing (1644 – 1911), tradisi peringatan Hanshi digabungkan dengan upacara Qingming (Cengbeng), lama kelamaan peringatan Hanshi mulai memudar dan tinggal tradisi Cengbeng yang bertahan hingga sekarang sebagai salah satu upacara penting bagi masyarakat tionghoa diseluruh dunia.
Di beberapa negara di Asia, peringatan Cengbeng dianggap sangat penting artinya dan diperingati sebagai hari libur nasional selama beberapa hari. Selain perayaan Tahun Baru Imlek, Cengbeng adalah tradisi penting bagi masyarakat tionghoa, karena pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama menghormat dan memperingati leluhur mereka.
Referensi:
^ "General holidays for 2015". GovHK. Diakses tanggal 2014-08-25.
^ "Macau Government Tourist Office". Macau Tourism. Diakses tanggal 2014-08-25.
^ "Traditional Chinese Festivals". china.org.cn. 2007-04-05. Diakses tanggal 2014-08-25.
^ "Tomb Sweeping Day". Taiwan.gov.tw. Diakses tanggal 2014-08-25.
^ "Asia News - South Asia News - Latest headlines – News, Photos, Videos". UPIAsia.com. 2012-07-22.
Diakses tanggal 2014-08-25.^ "寒食清明节:纪念晋国大夫介之推——华夏文明——中国经济网". Cathay.ce.cn. Diakses tanggal 2014-08-25.
READ MORE - KISAH DAN ASAL USUL HARI CENG BENG (Festival Ching Ming) bagian 2 dari 5 Artikel
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.