KISAH DAN ASAL USUL DEWA PELINDUNG MARGA / SUKU HOKKIAN - KONG TEK CUN ONG (GUANG ZE ZUN WANG - Kong Tek Cun Ong - 廣澤尊王)

KISAH DAN ASAL USUL DEWA PELINDUNG MARGA / SUKU HOKKIAN - KONG TEK CUN ONG (GUANG ZE ZUN WANG - Kong Tek Cun Ong - 廣澤尊王) Hari Shejit Bln 2 tgl 22 Imlek (tgl 19 Maret 2017)
GUANG ZE ZUN WANG - 廣澤尊王 /Kong Tek Cun Ong adalah Dewa Pelindung Masyarakat Lam Moa {Mandarin = Nan An, Provinsi Fujian, Tiongkok. karena beliau berasal dari kota Qian Zhou,Kabupaten Nan An, Propinsi Fu Jian {Hok
Kian}.
Kong Tek Cun Ong 廣澤尊王 {Guang
Ze Zun Wang} disebut juga Po An Cun
Ong {Bao An Zun Wang} dan secara
umum disebut Kwee Seng Ong 郭圣王 {Guo
Sheng Wang}, karena berasal dari keluarga
Kwee.{Guo}. Beliau bernama asli Kwee Ang
Hok 郭洪福 {Guo Hong Fu}.
Menurut cerita yang banyak beredar, Kwee
Ang Hok pada masa kecil bekerja sebagai
gembala pada seorang tuan tanah yang
amat kikir. Ia hidup bersama ibunya yang
sudah tua. Berkat bimbingan ibunya, Kwee
Ang Hok menjadi seorang anak yang
berbudi luhur dan rajin bekerja. Pagi-pagi ia
telah bangun dan dengan riang gembira
pergi mengembala ternak yang dipercayakan
kepadanya.
Pada suatu hari sang hartawan mengundang seorang ahli Hong Sui untuk memperbaiki makam leluhurnya. Selama tinggal di rumah hartawan ia berkenalan dengan Kwee Ang Hok dan amat tertarik pada pribadi anak gembala tersebut. Mereka
menjadi sahabat baik meskipun usia mereka
berbeda jauh. Karena kekikiran sang
hartawan, sering kali ahli Hong Sui ini
hanya diberi makan nasi dan lauk
seadanya saja. Kwee Ang Hok amat iba
kepada orangtua ini, dengan rela ia
menyisihkan jatah nasinya untuk
sahabatnya itu. Ahli Hong Sui ini amat
berterima kasih atas kebaikan Kwee Ang
Hok. Untuk membalas budi Ang Hok, ia
memberikan petunjuk agar memindahkan
makam ayahnya ke suatu tempat yang
menurut Hong Sui bagus, agar kelak
hidupnya bahagia.
Atas persetujuan ibunya ia mengikuti petunjuk sang ahli Hong Sui. Kwee Ang Hok menggali makam ayahnya & mencuci tulangnya sampai bersih, lalu membungkusnya dengan kain & dimasukkan ke dalam periuk tanah liat serta dikubur lagi di suatu tempat..
Si ahli Hong Sui berpesan : “Mulai sekarang, kau harus menggembalakan ternakmu di sekitar tempat
ini, sampai ada seorang pria bertudung besi
menuntun kerbau dengan seorang anak
lelaki yang berjalan di bawah perut kerbau
lewat di situ. Tempat di mana pertama kali
kau melihat mereka, di situlah letak Hong
Sui terbaik untuk menguburkan tulang-
tulang ayahmu.” Demikianlah, Kwee Ang
Hok menunggu dengan sabar. Sambil
menggembala, periuk tanah yang berisi
tulang-belulang ayahnya tak pernah lepas
dari gendongannya.
Suatu siang yang cerah mendadak berubah
menjadi gelap dengan petir yang
menyambar-nyambar dan hujan turun
dengan lebatnya. Kwee Ang Hok tak
sempat menggiring pulang ternaknya,
sehingga terpaksa berteduh di bawah
sebuah pohon besar. Saat ia berteduh, dari
arah tikungan muncul seorang lelaki
menuntun kerbau dengan terburu-buru.
Ia menggunakan wajan besi untuk melindungi
kepalanya dari hujan, dan anaknya yang
masih kecil berlindung di bawah perut
kerbaunya. Kwee Ang Hok tertegun melihat
hal tersebut. Segera ia sadar akan pesan
ahli Hong Sui. Tanpa mempedulikan hujan
yang masih turun dengan lebatnya, ia
segera menggali tempat di mana ia pertama
kali melihat mereka dan menanamkan
periuk berisi tulang ayahnya di situ. Aneh,
begitu periuk dimasukkan ke dalamnya,
lubang itu segera menutup dengan
sendirinya. Dengan gembira Ang Hok
menggiring ternaknya pulang.
Waktu terus berlalu. Pada suatu hari, desa
di mana Kwee Ang Hok tinggal, diserbu
kawanan perampok yang ganas. Sasaran
utama kawanan perampok itu adalah
tempat hartawan kikir di mana Ang Hok
bekerja. Mereka merampok harta benda dan
membakar rumahnya. Karena khawatir akan
kobaran api yang mulai menjalar ke tempat
tinggalnya, Kwee Ang Hok meloncat keluar
dari jendela. Anehnya, begitu melihat Ang
Hok, kawanan perampok segera lari kalang
kabut. Api besar yang dilewati Ang Hok
pun mengecil dan padam seperti diguyur air.
Ang Hok tak menyadari hal tersebut,
namun warga kampung yang menyaksikan
peristiwa ajaib itu terpana keheranan. Sejak
peristiwa tersebut semua orang menaruh
hormat kepadanya, terlebih sang hartawan
kikir. Kwee Ang Hok tidak diperkenankan
menggembala lagi, sebaliknya diberi
tunjangan hidup agar dapat hidup layak
bersama ibunya.
Setelah dewasa, pada suatu hari Ang Hok
mendapat bisikan bahwa ia akan menerima
anugerah Tuhan untuk menjadi orang suci.
Ia menceritakan hal tersebut kepada ibunya.
Lalu ia mandi, keramas & bersemedi dalam
kamar sepanjang hari. Menjelang senja,
sang ibu yang melihat putranya sejak pagi
tidak keluar dari kamar, lalu mendorong
pintu kamar tempat putranya bersemedi.
Alangkah kagetnya ia ketika menyaksikan
tubuh Kwee Ang Hok 郭洪福 { bersama
kursinya terapung di udara dalam keadaan
bersemedi. Tanpa pikir panjang, segera ia
menarik kaki putranya ke bawah, tapi
terasa kaki putranya telah dingin & kaku.
Ia baru menyadari bahwa putranya telah
meninggal dunia. Sejak itu penduduk
kampung menghormati dan memuja Kwee
Ang Hok sebagai orang suci, dan
mendirikan kelenteng untuknya.
Belakangan, karena Kwee Ang Hok sering
muncul dan memberikan pertolongan jika
terjadi bencana alam, maka penduduk
memberinya gelar Kong Tek Cun Ong yang
berarti Raja Mulia yang memberi berkah
berlimpah. Atau secara singkat disebut Kwee
Seng Ong.
Kong Tek Cun Ong ditampilkan sebagai
seorang pemuda memakai baju kebesaran
dengan kaki yang satu bersila dan yang
lain terjulur ke bawah, seperti waktu ia
ditarik oleh ibunya. Hari lahirnya diperingati
pada tanggal 22 bulan 8 Imlek {Peh Gwe Ji
Cap Ji}, dan wafat pada tanggal 22 bulan
2 Imlek {Ji Gwe Ji Cap Ji}.
SUMBER: buku Dewa - Dewi Kelenteng hal 289 - 291

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.