Tanaman sebagai Pembawa Keberuntungan



Tanaman berfungsi sebagai benda dekorasi penting di halaman. Dalam bangunan tradisional China, tanaman tidak hanya mencerminkan interaksi harmonis antara manusia dan alam, tapi juga mengungkapkan keinginan manusia dalam mencari keberuntungan dan menghindari bencana.

Tanaman Pembawa Keberuntungan di Halaman
Orang menempatkan makna bagus pada tanaman dan pohon. Tanaman keberuntungan diantaranya:
1.    Tanaman kecil yang berdaun sepanjang tahun dan mudah tumbuh lumpur dan air. Mereka melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan.
 2.   Tun Cina, Pohon ini mudah tumbuh dan hidup lama. Di tempat tertentu selama malam tahun baru, anak-anak akan diminta menyentuh dan berlari disekitar pohon hingga mereka bisa tumbuh tinggi dengan cepat.
3.    Elm, pohon elm ditanam diluar gerbang utama sebagai simbol kekayaan. Ini karena kata untuk elm (yuqian)  sama bunyi dengan frase  'kelebihan uang'.
4.    Plum cina, bunga lima kelopak melambangkan dewa baik. Maka, ada gambar populer berjudul "Bunga Plum Membawa Lima Berkat."

Tanaman yang "Menekan Siluman dan Mengusir Roh Jahat"
 Persik dan dedalu dikatakan bisa mengendalikan dan menghancurkan siluman. Karenanya, ranting persik dan dedalu digantung dipintu ketika Tuhan baru tiba. Selama perayaan perahu naga, jeringau dan daun baru digantung disisi pintu  karena konon mereka bisa menetralkan racun dan mengusir roh jahat. Labu botol juga dianggap bisa mengusir roh jahat dan bisa ditanam didepan atau belakang rumah. Tes ilmiah modern telah menunjukan bahwa wadah berbentuk labu bisa menyaring radiasi. Mungkin Zhang Gualao, salah satu dari Delapan Dewa, menggunakan Labu untuk araknya kerena labu bisa mempertahankan rasa arak.

    Sekarang, orang menanam tenaman dan memelihara tidak hanya menciptakan lingkungan yang segar, tapi juga untuk menjaga rumah mereka.
READ MORE - Tanaman sebagai Pembawa Keberuntungan

Dekorasi Rumah Pembawa Keberuntungan



Dekorasi rumah pembawa keberuntungan adalah dekorasi interior rumah dan juga berbagai macam benda dekorasi yang menbawa keberuntungan. Mereka bukan merupakan komponen bangunan dan tidak membentuk bagaian penting dari bangunan. Sebaliknya, mereka ditambahkan pada bangunan setelah rumah dibangun.

Hiasan Pintu Pembawa Keberuntungan
Pintu depan rumah memiliki makna penting. Ada pepatah kuno mengatakan "Pintu adalah topi dan ikat pinggang rumah." Buku fengshui yang diterbitkan selama Dinasti Qing Yangzhai Chuyao menyatakan " Gerbang utama adalah bagian penting dari rumah; ia harus dipasang di arah yang bagus."

    Rakyat biasa menganggap sarang burung sebagai benda pembawa keberuntungan. Maka, mereka biasanya membuat atau menempatkannya di rumah mereka di daerah Jianghua, rakyat mematuhi kebiasaan menarik burung wallet membangun sarang di bangunan. "Burung wallet yang biasa singgah ke rumah bangsawan sekarang menbangun  sarangnya di rumah biasa." Ini menunjukan bahwa burung wallet secara simbolis dikaitkan dengan rezeki keluarga.

    Keluarga kaya  dan bangsawan memamerkan selera intelektualnya melalui papan melintang berukir yang berbeda ukuran dan bentuk.  Mereka mengukir komentar bagus dipintu  untuk menunjukan selera yang digunakan seperti  buchan dan julei umumnya merujuk pada gambar dan ubin relief yang ditatah di tembok. Ini ditunjukan untuk menonjolkan desain benda keberuntungan. Tembok luar biasa dihias  dengan patung tanah liat dengan pola keberuntungan dan dewa-dewa seperti dewa kebahagiaan, kekayaan, dan umur panjang.

Makna Kebruntungan Hiasan Tembok
Kemajuan Buddhisme di China memengaruhi banguna dan dekorasi China. Misalnya, 'penjaga' berbentuk singa dari bangunan tradisional dan alat musik yang digunakan orang Buddha sudah menjadi maskot untuk dekorasi bangunan.

    Desain tali melilir, disebut juga 'ular melilit sembilan telur', 'hui'  ranting melingkar dan 'fangsheng'  adalah pola utama digunakan dalam dekorasi tembok. Fangsheng, salah satu dari delapan harta, melambangkan kesatuan dan namanya berarti kemenangan. 'sheng';  kata China untuk kemenangan dan kemakmuran 'sheng' bersifat homonim, dan melambangkan kemakmuran.
READ MORE - Dekorasi Rumah Pembawa Keberuntungan

Adat Istiadat mengenai Pindah ke Rumah Baru



Orang China tradisional mengerti bahwa rumah mereka diwarnai oleh sedikit bumbu religius. Maka, banyak kebiasaan dan tabu dipatuhi saat orang pindah ke rumah baru.

Ada pepeatah: "Seseorang menjadi miskin bila ia terlalu sering pindah, api akan padam bila orang membawanya keliling." Karena ini, orang China tidak suka pindah ke rumah baru. Tetapi, sewaktu-waktu mereka harus melakukannya dalam keadaan tertentu, misalnya bila banjir, ada penyakit menular, atau kematian. Mereka akan melihat semua detail ketika pindah ke rumah baru.

Adat mengenai Pindah ke Rumah Baru
Biasanya, bulan kedelapan adalah bulan terbaik untuk pindah, dan orang biasanya melakukannya pada jam sebelum fajar menandakan rumah yang terang. Mereka akan menbakar dupa di empat sudut rumah segi empat, ini disebut memuja dewa empat arah. Kebanyakan benda besar sudah ditempatkan sebelumnya, jadi yang tersisa hanya benda pribadi yang kecil dan ringan.

    Orang Han China biasanya percaya bahwa kompor adalah benda pertama yang harus dipindahkan ke rumah baru. Benda berikutnya yang dipindahkan adalah tangga dan tiang untuk menggantungkan pakaian anak, untuk dua pot tanaman hijau, dua pot lilac, setumpuk kayu, dan sebaskom beras untuk menyatakan keluarga akan memiliki rezeki abadi dan kebutuhan harian yang melimpah.

Tabu tentang Pindah ke Rumah Baru
Ketika orang pindah ke rumah baru, tabu umum adalah menyinggung bintang Jupiter. Menurut Lunheng dalam bab berjudul "Hukum Perpindahan", dinyatakan "Tidak baik pindah ke tempat menghadap dan memunggungi Jupiter", bila Jupiter berada di arah 'zi' setiap orang di negara itu tidak boleh pindah dengan arah utara-selatan.

  Semua kebiasaan dan tabu ini adalah reaksi psikologis rakyat terhadap ketakutan mereka. Ketaatan terhadap terhadap kebiasaan ini menunjukan keinginan rakyat untuk mencari keberuntungan dan menghindari bencana.
READ MORE - Adat Istiadat mengenai Pindah ke Rumah Baru

Pola Keberuntungan di Bangunan



Dekorasi dan pola yang ditemukan dalam bangunan tidak hanya memuaskan keinginan manusia akan estetika, tapi juga mencerminkan keinginan dalam hidup. Meraka melambangkan dambaan manusia terhadap keberuntungan, umur panjang dan kekayaan.

Selama berabad-abad, orang China menaati berbagai kebiasaan terkait dengan bangunan. Desain rumah lokal selalu fungsional dan sederhana. Komponen bangunan pembawa keberuntungan seperti bara, ubin, batu, kayu, balok, jendela, dan pagar digunakan sebagai material dasar.

Makna Penting Bata dan Ubin
Ketika membangun rumah, bata digunakan untuk membuat tembok, sedangkan ubin untuk atap. Rumah tradisional dengan  tembok padat, yang dibangun dengan lapisan bata, menandakan kelimpahan dan kekayaan.

    Bata juga bisa digunakan sebagai komponen bangunan. Dalam banyak gaya rumah lama, bata bata dengan ukiran burung ditempatkan di gerbang sebagai lambang menyambut rezeki. Tema berbeda yang umum adalah dewa panjang umur; dewa rezeki; naga  dan phonix; burung gereja; rusa; kerbau; kakap; jamur reishi; pinus; awan keberuntungan, dan pola bagus lainnya.

    Ubin melambangkan keberuntungan,khusus ubun lis atap dan ubin talang. lis atap adalah tepi bawah atap  yang menonjol dari tembok. Mereka digunakan untuk menyalurkan air hujan. Ubin lis dan talang memiliki makna ganda, yaitu menjaga terhadap bencana dan mencari berkat. LIs atap dengan motif kepala macan digunakan untuk menghindari bencana, sedangkan talang dengan motif kemakmuran dan kesejahteraan bermakna sebagai keberuntungan.

Manna dari Kisi-Kisi  dan Bingkai Jendela
Ada tiga jenis jendela berkisi kayu, batu, dan bata. jendela ukir kayu dikenal sebagai jendela berkisi kayu, sedangkan yang terbuat dari batu dan bata dikenal sebagai jendela pernis.

    Jendela berkisi kayu memiliki berbagai pola dekorasi dan biasanya terbuat dari nanmu dab sipres. Bagian atas jendela biasanya berbentuk gunci atau botol  labu. Guci melambangkan Kedamaian, karena kata China untuk guci  sama bunyinya dengan damai. Labu adalah maskot populer  karena memuat makna simbolis banyak generasi penerus.

    Bumbungan dibangunan China selalu dihias dengan benda dan gambar keberuntungan yang terbuat dari barang berpernis. Bumbungan dengan design naga melambangkan rezeki; tebu melambangkan kemajuan dalan likungan keluarga; dan kepala ayam melambangkan keberuntungan dan harmoni. Karena huruf China untuk ayam sama bunyinya dengan keberuntungan. Ada dua jenis pola bumbungan, kotak dan bundar, yang kotak melambangkan abadi dan tidak berubah. Yang bundar terdiri dari bentuk benda material yang dikelompokan dalam buah-buahan, akar likoris, dan pola seperti awan. Semuanya merupakan maskot keberuntungan,























READ MORE - Pola Keberuntungan di Bangunan

Adat Memasang dan Menghormati Kompor Dapur



Setelah rumah dibangun pemasangan kompor dapur menjadi peristiwa penting. Ada banyak kebiasaan yang terkait dengannya. Salah satunya adalah memuja Dewa Dapur. Orang berharap Dewa Dapur akan melaporkan semua hal baik pada Langit dan memberi kedamaian di dunia fana. Lama kelamaan, keinginan ini berkembang menjadi kebiasaan kuat memasang dan memuja kompor dapur.

Dapur adalah tempat untuk memasak. Orang china menganggap panci dan kompor sebagai sesuatu yang sangat penting. Di pedesaan selatan, bila ada rumah yang baru dibangun, kepala desa akan memimpin upacara penyalahan kompor. Api pertama harus dinyalahkan oleh pemilik rumah. Rakyat sangat memperhatikan setiap aspek pemasangan kompor, termasuk waktu, ruang, pembuatan, material, pajangan, lukisan, dan tulisan.

    Memasang kompor juga dikenal sebagai 'Memukul Kompor'. Dulu, orang harus memilih hari bagus untuk 'Memukul Kompor'. Menurut kolehsi dari berbagai ramalan, 'Yuxiaji', hari-hari berikut dianggap bagus untuk memasang kompor: 'xu' dan 'chou' dari bulan pertama dan kedepannya; 'zi' dari bulan ketiga dan keempat; 'yin dan 'si' dari bulan ketujuh dan kedelapan; 'wu' dan 'you' dari bulan kesembilan dan bulan kesepuluh; dan juga 'shen' dan 'hai' dari bulan ke-11 dan ke-12.

    Menurut adat tradisional, kompor api dipercaya memiliki kemampuan menghancurkan roh jahat. Karena itu, daerah memasak harus di tempatkan di ruang yang bagus menghadap ruang bagus lainnya.Dapur baru harus menghadap barat, bukan timur atau utara. Daerah memasak harus ditempatkam disudut dan tidak boleh menghadap ruang utama atau kamar utama. Keseluruhan design dapur harus sedemikian, hingga tiga sisi sesuai dengan huruf yang baik. Hal ini karena dapur, sebagai pusat rumah, adalah tempat dimana angin dan udara mengalir masuk membawa kemakmuran pada keluarga. Selain itu, beberapa orang juga menempatkan botol kecil berisi beras dan teh, juga 'koin harmoni; yaitu koin Zhenhe, Xuanhe, dan Shunzhi di kompor, untuk mengundang Dewa Dapur.
READ MORE - Adat Memasang dan Menghormati Kompor Dapur

Adat Istiadat dalam Menempatkan Balok




Meletakan balok adalah bagian penting dalam membangun rumah. Orang China percaya bahwa keberhasilan penempatan balok akan memengaruhi stabilitas struktur bangunan dan kemakmuran penghuni.

Sejak dulu kala, China dikenal sebagai tanah tempat upacara dan kesantunan. Membangun rumah adalah kegiatan penting dan karenanya, semua jenis upacara dilaksanakan untuknya. Upacara dan kesantunan yang terkait dengan kegiatan membangun dilakukan untuk mencari keberuntungan, stabilitas, dan kebahagiaan.

   Upacara peletakan balok di tempatnya adalah peristiwa penting dalam penyelesaian bangunan baru. Dulu, ada pepatah, "Kalau ada balok, hewan peliharaan tidak akan berkembang." Pentingnya balok atap membuat mereka mengadakan upacara besar untuk peletakannya.

   Memuja balok adalah langkah penting sebelum menempatinya. Begitu balok dibuat, pemilik rumah akan memilih hari dan waktu keneruntungan untuk menempatkannya.  Teman dan kerabat akan hadir pada acara itu, memberi hadiah seperti pastri dan kue, beras untuk menandakan pertemuan dan kesuksesan. Dibeberapa daerah sebelum menempatkan balok, orang akan membawa meja berisi ikan kakap, kepala babi, pastri, dan tevu ke rumah baru. Tujuannya adalah memohon dan mencari kemakmuran dan kehidupan baik penuh kenangan manis.

   Setelah itu, dua tukang kayu akan membawa balok dan naik tangga. Tukang kayu utama akan mengucapkan pernyataan berkat, misalnya " Menaiki batang emas, batang wijen mengeluarkan bunga sekuntum demi sekuntum: 1.000 tahun berkat untuk si pemilik rumah baru dan semua generasi berikutnya." Ketika balok dibawa ke wuwungan, tukang kayu akan menikmati arak dan makanan yang ditempatkan di kedua sisi  balok. Sementara itu, pemilik akan menutupi balok dengan kain merah, dan memberi angpao pada semua pekerja sebagai isyarat mencari keberuntungan. di daerah Sichuan, sehelai kertas merah bertuliskan huruf China untuk keberuntungan dan berkat, harus digantungkan di balok.

   Hari upacara tidak boleh bertentangan dengan tanggal kelahiran atau shio anggota keluarga, atau kemalangan akan menimpa mereka. Wanita yang sedang menstruasi tidak boleh hadir.

    Bagian paling menarik dari upacara adalah 'melempar balok'. Setelah balok dipasang di tempatnya, tukang kayu akan berdiri diatas balok dan melempar bakpau, kue, dan jojoba pada tamu dibawah. Mereka akan berebut makanan agar mendapatkan keberuntungan dari kekayaan dan nasib baik si pemilik.

   Ketika 'melempar balok', tukang kayu harus mengucapkan kata-katabagus seperti "lempar balok ke timur: akan ada keberhasialan di semua bidang: lempar balok ke barat, kuda bertanduk akan memberi putra; lempar balok ke selatan, keturunan akan berhasil dalam ujian kerajaan; lempar balok ke utara, semua tempat beras akan selalu penuh. "Setelah itu setiap orang akan meninggalkan rumah agar baloknya kering, dan ini dikenal sebagai "majemur balok". Akhirnya pemilik akan, mengadakan penjamuan untuk menjamu setiap orang dam memberi mereka angpao.

    Selain orang Han China, suku minoritas lainnya juga melakukan kebiasaan ini. Suku Miao di Xiangxi menyatukan berkat dengan lagu upacara, "Masukilah ruangan pada hari bagus di bawah langit dibawah langit bumi yang tercerahkan. Langkah pertama untuk umur panjang, langkah kedua untuk kekayaan, langkah ketiga untuk menghormati leluhur pertama; yang keempat untuk memperoleh harta sepanjang tahun; langkah kelima untuk anak-anak yang berhasil dalam ujian kerajaan; langkah keenam untuk kelimpahan dan kemakmuran; yang ketujuh untuk persatuan keluarga; yang kedelapan untuk kehidupan kekal; kesembilan untuk keabadian, dan kesepuluh untuk kekayaan dan kekuasaan."
    Sekarang, orang masih mementingkan kegiatan penempatan balok untuk mencari kebahagiaan dan kedamaian.
READ MORE - Adat Istiadat dalam Menempatkan Balok

Adat dan Tradisi untuk Memulai Pembangunan



Cita-cita banyak orang dalam hidupnya adalah membuangun sebuah rumah. Maka, mereka sangat mementingkan pembangunan rumah, dan adat istiadat bagus untuk peristiwa itu  diturunkan sejak dulu. Dulu, ketika seseorang berencana untuk membangun rumah, ia akan memilih hari yang bagus untuk mulai untuk meletakan bata dan tanah liat agar deberkati oleh dewa bumi.

Sebenarnya ada banyak upacara dan kebiasaan untuk membangun rumah. Biasanya, ketika seseorang ingin mengundang ahli geomasi untuk mempelajari keseluruhan dan meramal waktu untuk mencangkul tanah dan memulai pembangunan.

Legenda Empunya Fondasi
Orang percaya bahwa bila pemilik asli kehilangan rumahnya karena peristiwa sial atau alasan lain, rohnya yang sengsara akan tetap tinggal dirumah itu. ia akan menjadi arwah kesepian yang penuh kebencian, membuat penghuni rumah merasa tidak betah, sakit, atau mengalami penghambatan karier. Karenanya, penghuni harus mengikuti kebiasaan populer memberi persembahan dan menghormati arwah. Pemilik asli dikenal sebagai 'empunya fondasi terbuka', 'dewa rumah', atau 'tuan tembok penidur'.

    Untuk mencegah empunya fondasi membuat masalah, banyak orang akan memuja dewa bumi pada hari kedua dan ke-16 setiap bulan. Mereka akan memberi persembahan pada empunya fondasi. Mereka juga akan melakukan hal itu pada peristiwa, seperti pindah rumah, memasang papan peringatan, dan perayaan seperti Perayaan Perahu Niaga, penjamuan akhir tahun, dan Malan Tahun Baru.

    Tidak ada nama khusus untuk empunya  fondasi karena mereka berjumlah banyak dan berbeda ditiap rumah. Maka, orang biasanya tidak memasang papan peringatan atau patung. Mereka akan memajang benda persembahan di luar pagar depan atau pintu belakang dan memuja mereka ketika menghadap rumah.

Adat tentang Mencangkul Tanah
Orang biasanya memilih hari dan waktu keberuntungan untuk menggali tanah ketika mereka ingin membangun atau memperbaiki rumah. Pada hari keberuntungan yang dipilih, mereka akan menyiapkan persembahan dan uang sembahyang untuk memuja dewa bumi, demi kesuksesan dan kedamaian. Setiap daerah memiliki metode pemujaan berbeda-beda.

    Di provinsi Jiangsu, pemilik rumah biasanya mencangkul tiga kali di empat sudut lokasi. Kemudian, penyemen akan menggantikannya menggali geosinklin. ia akan menggunakan sekop besar untuk menggali lubang dalam di empat sudut. Sang tuan akan menyebar daun teh, beras, dan biji-bijian, ke lubang. Setelah ini dilakukan, ia kan menumpuk kayu dan menutupi lubang dengan tanah.

    Di daerah Hehuang provinsi Qinghai, upacara penvangkulan tanah pertama meliputi, mengubur botol berharga dalam tanah. Ini adalah botol porselen besar yang memuat biji-bijian., delapan harta, adonan asam, dan herbal. Botol dibungkus dengan sehelai kain merah dan di ikat dengan benang merah. Konon, mengubur botol akan membawa kemakmuran pada keluarga dan melindungi yang meninggal.

    Gantinya botol berharga, orang juga kan melempar beras teh ke saluran lumpur. Orang harus menyanyika lagu rakyat dengan lirik bagus sambil melempar teh. Hal ini untuk meningkatkan keunggulan bagunan.

     Semua kebiasaan ini memiliki bayak makna. Pertama, mereka melambangkan persembahan pada dewa bumi, yang merupakan media komunikasi antara manusia dan dewa dan untuk mencari perlindungan untuk kegiatan konstruksi. Kedua, beras teh melambangkan pertumbuhan. Beras teh dihasilkan oleh teh dan benih padi, yang melambangakan kehidupan dan semangat. Ketiga, padi melambangkan beras teh untuk menabung untuk masa sulit. Padi da beras teh masih dianggap hasil bumi yang baik. Maka, botol berharga dan beras teh biasanya menjadi maskot dalam upacara kontruksi.
READ MORE - Adat dan Tradisi untuk Memulai Pembangunan

Adat Pembawa Keberuntungan saat Bepergian

zaman dahulu, bepergian merupakan hal yang sulit karena sistem transportasi masih sangat buruk. yang ditakuti orang saat bepergian adalah menghadapi kemalangan atau bencana. Karenanya, orang-orang akan selalu memilih tanggal bagus sebelum pergi. mereka juga memperhatikan beberapa tabu perjalanan yang harus mereka taati untuk melindungi diri mereka.

Dulu, orang Han China selalu berhati-hati tentang bepergian, hal ini karena mereka adalah bangsa petani dan  memiliki ikatan yang kuat dengan rumah. Bepergian berarti hilangnya rasa aman karena meninggalkan rumah. Ditakutkan dengan pergi ke tanah asing  orang akan mematuhi berbagai  berbabagai jenis tabu untuk memastikan bahwa perjalanan meraka aman dan lancar.




 Memilih Tanggal Bagus untuk Bepergian
pada masa lalu, hal pertama yang harus dilakukan sebelum bepergian adalah memilih tanggal bagus, Khususnya, ada pepatah yang mengatakan " Jangan berangkat pada tanggal 'ketujuh' dan jangan kembali pada tanggal 'kedelapan'. Tiga belas juga angka tabu, karena huruf China sama 'Shinsan; sama bunyinya dengan frasa 'Tersesat'. Hari ke-5, ke-15, dan ke-25 setiap bulan tidak cocok untuk bepergian atau tinggal diluar.
 
   Ada juga legenda rakyat tentang 'tanggal tabu Yang Gong.' Yang Gong memiliki arti 13 putra., dan anak pertama wafat pada hari ke-13 bulan pertama imlek. sisa 12 anak wafat berturut-turut setiap 28 hari, dan akibatnya semua meninggal pada tahun yang sama. Dengan acuan tersebuat tanggal tabu untuk berpergian adalah: hari ke-13 bulan pertama: hari ke-11 bulan kedua: hari kesembilan bulan ketiga; hari ketujuh bulan keempat; hari kelima bulan kelima; hari ketiga bulan keenam; hari pertama bulan ketujuh; hari ke-29 bulan ketujuh; hari ke-27 bulan kedelapan; hari ke 25 bulan kesembilab; hari ke-23 bulan kesepuluh; hari ke-11 bulan kesebelas; hari ke-19 bulan ke-12.

  Bila ada petanda buruk terjadi setelah memilih tanggal bagus untuk bepergian (misalnya, anak jatuh sakit atau seseorang memecahkan cangkir), orang harus menunda keberangkatan sampai keesokan harinya. selain itu, pelancong tidak boleh terburu-buru selama perjalanan di siang hari untuk menghindari gangguan roh jahat atau rampok.

Tabu Lain untuk Perjalanan
kebiasaan lama untuk perjalanan meliputi; jangan minum sup sebelum makan; jangan minum sup dari mangkok tapi gunakanlah sendok; jangan menumpahkan sup atau memecahkan mangkuk. ada pepatah mengatakan " Jangan makan beri cina selama perjalanan panjang." Selain itu, orang harus menghindari menggunakan sepatu sabagai bantal, kalau tidak, ia akan pingsan; tidak boleh berdiri di ranjang ketika bangun; dan tidak boleh duduk atau berdiri di ambang jendela.




  Ketika bepergian melalui jalan gunung, orang tidak boleh menengok ketika ada yang memanggilnya karena ada kepercayaan bahwa bila ia menjawab. jiwanya akan tertangkap. Juga tabu bila melewati prosesi pemakaman karena ini dianggap tidak bagus. Metode untuk menghalau nasib buruk adalah membuka pakaian dan topi dan memukulnya beberapa kali.

  Bepergian dengan wanita juga merupakan tabu umum di masa lalu. dipengaruhi oleh norma sosial tentang superioritas pria, wanita dianggap sebagai simbol bencana. Tabu yang berkaitan dengan kepercayaan ini termasuk; pria tidak boleh merangkak dibawah kaki, wanita dan harus dan harus menghindari bersentuhan dengan pakaian dalam wanita. Wanita tidak diizinkan naik ke atas loteng bila pria tinggal di bawah. bila ia harus naik ke atas, ia harus meminta si pria menjauh; kalau tidak nasib buruk akan menimpa si pria.

  Meskipun adat dan tabu tertentu memiliki unsur takhayul. kebanyakan dikumpulkan dari pengalama,. Maka, mereka bisa saja praktis untuk bepergian.

READ MORE - Adat Pembawa Keberuntungan saat Bepergian

Adat Pembawa Keberuntungan di Rumah


Zaman dulu, bangsa China adalah bangsa agraris yang suka hidup dalam pemukiman. Mereka tidak hanya menekankan fungsi rumah, tapi juga mengaitkan aspek ini pada kebangkitan dan kejatuhan keluarga. Setiap klan dan keluarga ingin menjadi makmur dan kuat untuk menghormati Ieluhurnya. Untuk mencapai tujuan ini, serangkaian tabu dan aturan untuk tempat tinggal dibuat.

Menurut konsep tradisional China, tempat tinggal berkairan erat dengan orang, masyarakat, dan dunia, Demikianlah, mereka akan mematuhi tabu tertentu untuk mencari keberuntungan dan mencegah bencana Mematuhi Adat Tidur dan Makan Kamar tidur adalah tempat orang beristirahat dan tidur. Bagi orang China, adalah tabu tidur di kamar yang dihangatkan dengan api. Ada pepatah, "Jangan nyalakan api bila tidak ada orang di kamar; jangan tidur bila kamar dihangatkan dengan api". Tabu lain meliputi tidur menghadap jendela dan tidur dekat jendela atau pintu, Ada pepatah dalam Makna

Umum tentang Adat Istiadat yang mengatakan, "Bila orang meletakkan kepalanya di depan pintu, hantu akan tersandung kepa-lanya dan orang itu akan menjadi sakit dan gila." Orang China menghindari menempatkan ranjangnya di arah yang bersilangan dengan ruas atap karena mereka percaya ini akan membuat mereka miskin. Banyak suku bangsa menganggap permukaan meja dapur, kompor, dan tungku api sebagai tempat memuja dewa. Adalah tabu melangkahi permukaan meja daput atau duduk di atas kompor atau di sisinya. Mereka tidak diizinkan menghangatkan kaki, kaus kaki, atau sepatu di kompor. Mereka harus menghindari melempar sisa makanan ke api; mengentak ketika mematikan api; dan menggunakan sumpit untuk memukul panci dan kompor. Tabu ini juga biasa dijalankan di kelompok etnis minoritas. Konon, orang yang melanggar tabu ini akan menyinggung dewa kompor, dewa api, dan dewata lainnya, dan bencana dan kemalangan akan menimPa mereka.
Mematuhi Adat dalam Kegiatan Lain " Kepercayaan keno percaya bahwa wabah disebab kan oleh hantu wabah. Menurut Sejarah Adat Istiada Taiwan hantu wabah akan tinggal di berbagai tempat di rumah bergantung waktu dan hari. Bila orang tidak tahu keberadaannya, ia akan dihantui dan terserang penyakit. Bangsa Han China sangat memperhatikan kes-elamatan keturunannya. Selalu menutup pintu kamar adalah tabu karena ini menyiratkan bahwa mereka tidak akan memiliki keturunan. Mereka tidak akan duduk, menginjak, atau berdiri di ambang pintu, yang meru-pakan tempat tinggal dewa rumah. Selain orang Han China, suku minoritas juga melakukan kebiasaan ini. Provinsi Hebei melakukan kebiasaan menu-tup jendela. Menurut Survei Sosial Daerah-Daerah (, petani akan menutup jendela mereka setelah musim gugur. Bila pekerjaan penutupan selesai sebelum hari pertama bulan ke-10, mereka harus membuat lubang kecil di ujung atas jendela. Lubang an ditutup setelah tanggal tersebut. Konon, hantu dilepas attic kakenindbaari neraka pada hari ke-1 5 bulan ke-7 dan pada hari pertama bulan ke-10. Bila jendela ditutup . pada waktu itu, ditakutkan hantu akan tetap tinggal. 
Orang Han China menghindari meletakkan dua sapu bersamaan di rumah karena sapu mengingatkar akan kesialan yang berkaitan dengan wanita. Oranl takut roh jahat di sapu akan menyebabkan kejatuhat keluarga. Menumpuk dua kursi juga tabu karena in Itu menyiratkan makna "berakhir". Sapu besar yang digunakan untuk menyapu halaman tidak boleh digunaka di dalam rumah karena akan menyebabkan menantu pria tidak datang lagi. Di daerah Henan, orang menghindari membersihkan halaman dan kebun pada sore hari karena akan mengundang pertengkaran. Di daerah tertentu, orang akan menyapu ke arah dalam untuk menumpuk kekayaan dan keberuntungan. Di provinsi Jilin, setiap rumah memiliki tiang terbungkus di atas, Yang menyatakan tempat kediaman leluhur.
Tabu Penempatan Cermin
Pada zaman kuno, orang rnenyimpulkan bahwa cermin memiliki fungsi geoniansi unik. Sekarang. beberapa tabu tentang penempatan cermin masih dipakai. Misalnya:
Cermin menghadap ranjang—dikatakan bahwa bila seseorang terkejut melihat bayangannya sendiri di cermin pada malam hari ia akan melihat rohnya. Selain itu, hal ini menyebabkan pasangan selalu bertengkar.
Cermin menghadap pintu kamar—dewa cermin akan mengusir dewa pintu dan ruangan itu akan berisi roh jahat.
Cermin menghadap gerbang rumah—dewa cermin akan menghalangi dewa pinto dan dewa kekayaan masuk rumah. Bagi usahawan, ini berarti bisnis mereka akan kesulitan.
Cermin menghadap kompor—akan ada pedentangan antara dewa dapur dengan dewa cermin. Anggota keluarga tertentu bisa jatuh sakit.
Cermin menghadap dewa-dewa—menaruh cermin menghadap altar dianggap tidak horrnat karena dewa-dewa akan meninggalkan rumah setelah berselisih dengan dewa cermin.
Cermin menghadap ruang belajar—ini menyebabkan Prang di kamar kehilangan konsentrasi. Selain itu, dewa sastra tidak suka anak-anak melihat cermin ketika belajar.

READ MORE - Adat Pembawa Keberuntungan di Rumah

Tabu Makanan Tertentu



Dibandingkan dengan suku bangsa lain, bangsa Han China kurang mengekang diri bila menyangkut makanan. Meskipun tidak banyak, tapi tetap ada beberapa tabu tertentu dalam hal makanan. Beberapa kepercayaan kuno masih memengaruhi cara orang makan. Kebanyakan berasal dari keinginan manusia untuk mendapat perlindungan. 
Orang China menghindari makanan yang dianggap kotor. Misalnya, daging anjing adalah makanan tabu bagi sebagian besar orang China dan sebagian suku minoritas. Daging anjing tidak boleh disajikan pada perjamuan. Pada masa lalu, wanita yang tidak subur percaya bahwa memakan daging anjing akan menye-babkan keguguran pada masa depan. Orang juga takut kepada hewan dan tanaman tertentu, dan menolak memakannya. Mereka meno-lak makan hewan liar seperti macan tutul dan beruang karena takut makhluk ini akan membuat mereka men-jadi ganas. Beberapa percaya bahwa makan bumbu seperti cabai akan menyebabkan mereka cepat marah. Di provinsi Fujian, nelayan menghindari makan ikan yang jatuh ke lantai untuk menghindari risiko terjatuh. Orang di provinsi Shandong melarang anaknya makan jojoba mentah karena mereka takut anaknya sakit. 
Bahan makanan yang disebut di atas mungkin tidak menyebabkan penyakit atau tidak kotor. Orang mungkin mengaitkan makanan tersebut pada kesulitan dan karenanya menghindari memakannya. Beberapa tabu dilakukan karena cinta atau peinu-jaan terhadap hewan. Misalnya, beberapa wilayah di China melarang konsumsi daging sapi atau kuda. menganggap sapi dan kuda sebagai alat kerja yan, ring. Karenanya, mereka khawatir terhadap   akibatnya bila mereka makan daging hewan-hewan ini. Konon Zhu Yuanzhang, pendiri Dinasti Ming, diselamatkan oleh kura-kura bercangkang lunak dalam pertempuran dengan Chen Youliang di Nanchang. Sebuah kuil dibangun untuk menghormati makhluk ini dan kuil ini masih berdiri hingga sekarang. Orang-orang Nanchang memujanya sebagai "tuan" dan mereka dilarang mengonsumsi kura-kura. Selain itu, beberapa tabu makanan juga ditujukan pada orang-orang. Misalnya, di provinsi Zhejiang, anak-anak tidak diizinkan makan ceker ayam untuk mencegall mereka memiliki tangan seperti ceker yang mengha bat kemampuan menulis. Mereka juga tidak diizinkan.
makan sayuran yang baru dicabut karena mereka bisa menjadi orang yang tidak bi-jaksana. Telur ikan juga meru-pakan makanan tabu karena di-percaya bisa menjadikan orang bodoh. Beberapa bahan makanan dilarang dikonsumsi selama upacara sembah-yang sebagai tanda hormat dan penghargaan pada dewa desa. Di daerah Jiangnan, gadis muda dilarang makan manisan yang digunakan untuk menyembahyangi dewa dapur. Tabu makanan ini, dalam beberapa hal, disebab-kan oleh takhayul. Namun, mereka juga merupakan cara mencari keberuntungan dan menghindari ben-cana, dan merupakan bentuk usaha untuk menghindari terjadinya kejadian tidak menyenangkan dan tidak menguntungkan. 
 Asal Usul Tidak Membunuh Ayam pada Malam Tahun Baru
Orang China biasanya menyiapkan perjamuan dan pesta selama Tahun Baru Imlek. Ayam adalah keharusan. Namun, dulu di Zhoushan provinsi Zhejiang, prang dilarang membunuh ayam selama Tahun Baru. 

Konon selama tahun terakhir Dinasti Ming. ada seorang penduduk Zhoushan. Zhang Mingzhen, yang merupakan seorang jenderal terkenal yang mengaiahkan pasukan Qing berulang kali. Pada Malam Tahun Baru 1651, pasukan Qing tiba-tiba menyerang ketika Zhang sedang bertempur di utara. Pasukan Qing memiliki perjanjian bahwa mereka akan membunuh siapa pun hingga fajar ketika ayam berkokok. Akibatnya, mereka membunuh 18.000 penduduk Zhoushan dan hanya enam keluarga masih hidup. Ketika pasukan hendak membunuh Liu Jia'ao dan keluarganya, mereka mendengar ayam berkokok. Mereka memutuskan menghentikan pembunuhan. Sisa enam keluarga yang selamat, dan orang-orang Zhoushan bisa hidup. Sejak itu, kebiasaan tidak membunuh ayam pada malam Tahun Baru diturunkan.

READ MORE - Tabu Makanan Tertentu

Adat Kebiasaan Makan

Bangsa Han China selalu mementingkan adat dan kebiasaan makan. Adat dan kebiasaan makan berbeda dipraktikkan di berbagai tempat. Makna kebudayaan yang terkandung dalam kebiasaan makan itu mencerminkan kepercayaan umum tentang keberuntungan. 

Selama era manusia primitif, dipercaya bahwa dewa dan hantu bisa memengaruhi jumlah makanan yang dibutuhkan seseorang. Demikianlah, orang sering mengaitkan makanan pada leluhur dan upacara doa.

Tabu tentang Adat Makan

Pada masa kuno, setelah menuai hasil panen atau her, bum, laki-laki biasanya akan berdoa dan bersyukur pada Iduhur dan dewa mereka sebelum memakan makanannya. Ini adalah untuk membalas jasa dan menghargai dewa-dewa; kalau tidak, kelaparan dan bencana akan men impa mereka. Adat dan kebiasaan ini sangat diperhatikan karena adanya kepercayaan akan takhayul. Orang China akan menghindari membuang nasi atau meninggalkan nasi di mangkuk karena takut disambar kilat. Cara yang benar untuk memegang mangkuk adalah dengan lima jari. Mereka juga tidak boleh membalik mangkuk di meja karena ini biasanya dilakukan oleh pasien setelah minum obat. 

Ada juga tabu yang sesuai dengan kesehatan. Ada pepatah dalam Kitab Ritual  bahwa ketika orang makan dengan yang lainnya, ia tidak boleh mencekal makanan dengan tangan atau sumpitnya. Selain itu, ia tidak boleh menjatuhkan butir nasi, dan bila melakukannya, ia harus memungut butiran itu. Ada juga tabu tentang pakaian, sikap, dan Postur ketika makan.

Misalnya, orang China akan menghindari menginjak kursi karena itu akan membuat mereka tersedak. Selain itu, mereka akan menghindari membuka sepatu, menyentuh jari kaki, dan meregang-kan tubuh. Ada pepatah "Langit akan marah pada orang yang makannya menyusahkan". Ada juga pepatah lain yang berbunyi, langan berbunyi atau berlarian ketika makan." Maka, makan ketika bekerja atau bermain dianggap tidak menghor-mad dewa di rumah. Orang di banyak tempat masih menganggap tabu untuk berbicara ketika makan karena ada pepatah mengatakan "jangan bicara ketika makan, jangan naik kuda ketika mabuk."
Cara Melayani Tamu
Orang China dikenal suka menjamu tamu di rumah, dan mereka mem-berikan kursi utama pada tamu paling penting. Selama pesta, tuan rumah selalu menyajikan makanan dan anggur pada tamu. Mereka akan menghindari membalik sendok nasi ke arah luar ketika mengambil nasi. Konon metode ini hanya untuk tawanan. Juga disebutkan bahwa hal ini dilakukan untuk mencegah keberuntungan mengalir keluar. Selain itu, juga tabu untuk menempatkan mulut teko atau poci arak menghadap tamu, karena ini di-percaya bisa mengakibatkan pertengkaran. Di provinsi Henan, juga tabu menanyakan pada tamu apakah me-reka ingin cuka. Ini karena huruf China untuk cuka sama bunyinya dengan kecemburuan. Bila ada tamu di rumah, juga tabu untuk memecahkan dua telur karenn China unruk dua telur karena huruf China untuk dua telur dan berarti "orang bodoh". Biasanya, tuan rumah akan menyiapkan empat sampai lima telur untuk menunjukkan keramahan. Ketika menyajikan buah pada tamu, kita harus menghindari membagi sebuah pir untuk dua orang, karena huruf China untuk pir sama bunyinya dengan perpisahan. Tuan rumah akan menemani tamu selama perjamuan dan tidak meninggalkan meja cepat-cepat. Tabu lain adalah menyingkirkan mangkuk dan piring kosong, membersihkan meja, dan menyapu lantai, karena ini menyiratkan mengusir tamu. Ketika diundang ke pesta, tamu akan menghindari membalik mangkuk ketika makan. Ini karena huruf China untuk kata membalik  dan tidak suka sama bunyinya. Tuan rumah mungkin men gartikan bahwa si tamu tidak menyukai makanannya.

Nama Menarik untuk Makanan 

Narna berdasarkan orang: daging Dongpo; ayam pengemis: ayam musim semi, dan lain-lain.
Nama berdasarkan tempat: ikan asam Danau Barat; bebek Peking. hotpot Chongqing, dan lain-lain.
Nama berdasarkan bunga: daging osmanthus, dan lain-lain.
Nama berdasarkan bumbu: ayam kordisep.
Nama berdasarkan bentuk: bola skalop. dan lain-lain.
Nama berdarkan warna: tahu merah putih. dan lain-lain.
Nama berdasarkan rasa: cumi asam pedas.dan lain-lain.
Nama berdasarkan slat makan: sapi piring panas. dan lain-lain.
a Nama berdasarkan minyak: kol saus knm, dan lain-lain.
Nama berdasarkan teknik: babi muda panggang, dan lain-lain.
Narna berdasarkan isian: mantao isi babi panggang dan lain-lain.




READ MORE - Adat Kebiasaan Makan

Sumpit dan Kebudayaan Pembawa Keberuntungannya



Sumpit adalah salah satu penemuan besar bangsa China. Mereka menjadi bagian penting dalam budaya makanan China, dan sumpit melambangkan banyak makna baik. 

Sumpit menyatakan kebahagiaan, kekayaan, dan produksi. Budaya Keberuntungan Sumpit Sumpit pertama kali digunakan di Dinasti Shang se-bagai alat makan. Menambahkan sepasang sumpit menandakan penambahan satu orang dalam rumah tangga. Selain itu, huruf China untuk sumpit  sama bunyinya dengan frasa China `segera punya putra . Karena itu, sumpit dianggap benda pembawa keberuntungan dalam pernikahan tradisional. Di beberapa tempat, bagian dari mas kawin mempelai wanita termasuk dua set mangkuk dan sumpit diikat dengan pita merah. Dikenal sebagai `mangkuk ketu-runan', benda-benda ini dimaksudkan untuk menggambarkan kehidupan pernikahan yang panjang dan harapan mendapatkan keturunan segera. Desa-desa di wilayah utara melakukan kebiasaan melempar sumpit ke kamar mempelai pada malam pernikahan untuk mendoakan kebahagiaan, keberuntungan, dan keturunan pasangan. Adat Keberuntungan tentang  Penggunaan Sumpit 

Adat Keberuntungan tentang Penggunaan Sumpit 

Orang China biasanya makan dengan sumpit, dan ada aturan yang harus diikuti mengenai-nya. Biasanya, sumpit dipegang dengan tangan kanan. Dalam Kitab Ritual, ada pepatah yang mengatakan bahwa anak harus diajarkan cara memegang sumpit dengan tangan kanan begitu is bisa makan sendiri. Beberapa orang kidal memegang sumpit de-ngan tangan kiri, tapi ini bukan sesuatu yang boleh diikuti. Sumpit harus dipegang dengan posisi yang benar. Dari posisinya, orang bisa mera-maikan apakah pasangan hidup seorang anak tinggalnya jauh arau dekat.  Memegang sumpit terlalu tinggi atau terlalu rendah menjadi tabu bagi orangtua mereka khawatir anak mereka akan meninggalkan mereka ketika mereka dewasa atau tidak mau membesarkan ke-rurunannya di dekat mereka. Makan dengan satu sumpit juga tabu karena ada-nya kepercayaan umum bahwa hantu makan dengan satu sumpit. Di acara pemakaman, empat atau tujuh mangkuk ditempatkan di atas peti mati, dan satu sumpit ditempatkan di setiap mangkuk. Orang juga tidak boleh melihat cermin ketika makan karena ini menyiratkan bahwa ia akan gugup ketika bicara. Di provinsi Shandong, menyilangkan sumpit ke-tika meletakkannya di mangkuk juga tabu, karena ini adalah cara memberi persembahan untuk orang mati. Beberapa keluarga cukup teliti tentang penempatan alat makan. Tidak baik menaruh satu sumpit di se-tiap sisi mangkuk karena ini menyiratkan perpisahan. Selain itu, setiap pasang sumpit harus sama panjangnya. Pan fang yang tidak sama menyiratkan kemalangan yang tidak diharapkan.  Juga tabu menggunakan sumpit untuk memu-kul mangkuk kosong sebelum makan. Tindakan ini rnencerminkan tindakan pengemis dan karenanya me-nyiratkan kemiskinan. Dulu, di Dancheng provinsi Henan, ada delapan tabu yang diberlakukan tentang penggunaan sumpit. Orang tidak akan: (1) menjilat sumpit, (2) menggetar-kan sumpit, (3) mengambil makanan terus-menerus tanpa makan nasi, (4) mengambil makanan dengan sumpit yang sudah ada makanannya, (5) menancap-kan sumpit di nasi, (6) mendahului orang lain untuk mengambil makanan ketika is sedang mengambil makanannya, (7) memain-mainkan makanan, dan (8) mencungkil, gigi .dengan sumpit. Mereka yang me-langgar aturan ini akan dianggap sebagai penjahat tak beradab atau pengemis kotor. Namun sebenarnya, ke-biasaan itu dipraktikkan dengan tujuan kesehatan dan kesopanan.

Kebinsaan "Mencuri" Sumpit
Di utara, 'mencuri' sumpit adalah kebiasaan umum.
Pasta akan disiapkan oleh keluarga mempelai wanita pada saat kodatangan mempelai pria dan pengiringnya. Benda-benda yang ditempatkan di meja termasuk empat piring kue dan manisan, beberapa botol arak, dan beberapa pasang sumpit. Ketika makan, pengiring pria akan mencuri sumpit diam-diam, dan setelah kembali ke rumah mempelai pria, is akan meletakkan sumpit itu di kamar mempelai. Metode `pencuriant ini dianggap sebagai cara yang baik untuk mengatasi masalah kesuburan, karena orang-orang pada masa itu tidak memahaminya secara medic. Mereka latu mengembangkan kebiasaan ini untuk memastikan bahwa mereka bisa mengendalikan kesuburan.

 
READ MORE - Sumpit dan Kebudayaan Pembawa Keberuntungannya

Makanan untuk Mohon Berkah dalam Perayaan

Makanan adalah kebutuhan dasar hidup. Di China, berbagai jenis makanan digunakan untuk berdoa dalam setiap perayaan tradisional. Harapan dan keinginan seseorang diwakili oleh makanan yang mereka makan. 

Di China, paling tidak ada satu perayaan setiap bu. lannya. Makanan atau minuman yang disajikan pada setiap perayaan biasanya merupakan unsur utama, atau bahkan satu-satunya dalam perayaan tersebut. 

Makanan untuk Memohon Berkah pada Tahun Baru Imlek 
Dulu, setiap keluarga akan menyiapkan makan malam bersama keluarga yang mewah pada malam Tahun Baru dan memberi makanan itu nama pembawa ke-beruntungan. Hal ini dilakukan untuk memohon berkah dan keberuntungan pada Tahun Baru. Metode yang digunakan adalah menaruh nasi setengah matang dan biji-bijian di pot porselen. Nasi melam-bangkan perak, biji-bijian melambangkan emas, dan pot melambangkan peti harta. Makanan kering sep-erti kurma, mete, leci, dan lengkeng ditempatkan di atas nasi. Di tengah, mereka menaruh batang pinus dan menggantung kertas berkat, uang dari kertas, kacang, dan gingko, membuat cabang itu terlihat se-perti pohon uang. Menurut kepercayaan, menaruh peti harta atau pohon uang di meja berarti mendapat-kan harta di tahun mendatang. Pangsit sangat populer di daerah utara karena me-reka terlihat seperti keping emas yang melambangkan kekayaan dan harta. Makan pangsit selama Tahun Barn melambangkan persatuan, tindakan membuang yang lama dan menyambut yang baru. Koin juga ditaruh di beberapa pangsit dan siapa pun yang mengambil pang-sit ini akan beruntung dan kaya di tahun berikutnya. Mereka yang mengambil pangsit terbungkus dengan madu akan hidup bahagia. Sayuran hijau dan taoge juga diperlukan untuk Tahun Baru. Sayuran hijau melambangkan kasih sayang, sedangkan taoge melambangkan kebahagiaan. Kepala ikan juga harus ada dalam masakan, tapi tidak boleh dimakan sampai habis karena itu bermakna kelebihan dan kelimpahan.
 
Makanan untuk Memohon Berkah pada Perayaan Lain 

Selama Perayaan Naga Mengangkat Kepalanya, yang dirayakan pada hari kedua bulan kedua, orang akan menyiapkan banyak jenis makanan berbentuk naga, seperti `kumis naga', kuping naga', sisik naga' dan kepala naga'. Makanan ini digunakan untuk meminta perlindungan naga dan meminta naga menganugerahkan iklim yang baik dan tuaian yang bagus. Pada Perayaan Chengbeng, orang dari provinsi Shanxi dan Shaanxi akan mempersembahkan makanan yang dikenal sebagai "berkah keturunan"  ketika mereka menghormati yang sudah meninggal. Bacang adalah makanan khusus untuk Perayaan Perahu Naga. Mereka juga dipersembahkan selama sembahyang. Menurut sumber sejarah, bacang beras mulanya digunakan untuk memohon hasil panen yang baik. Selama masa dinasti Utara dan Selatan, mere-ka digunakan sebagai makanan persembahan untuk rinvati Qu Yuan. Di daerah Jinjiang di provinsi Fujian, bola-bola wijen digunakan untuk "menambal lubang di langit", untuk mencegah terlalu banyak hujan yang memengaruhi panenan. "Kue sembilan ganda" adalah makanan simbolik untuk Perayaan Sembilan Ganda karena huruf China untuk kue gao dan tinggi (gao) adalah homonim. Ini melambangkan peningkatan hidup dan karier. Bubur beras, dikenal juga sebagai bubur beras Laba, dimasak selama "Perayaan Laba" (hari ke-8 bulan ke-12) dan digunakan ketika bersembahyang pada le-luhur untuk perlindungan terhadap roh jahat. Ini juga digunakan untuk memohon berkah Buddha.

Asal Usul Menggantung Kantong Telur selama Perayaan Perahu Naga

Konon setiap Perayaan Perahu Naga, dewa wabah akan menyebarkan wabah pada anak-anak. lbu-ibu yang khawatir lalu berdoa pada Dewi Nuwa, meminta berkah dan perlindungan. Nuwa pun meminta dewa wabah agar tidak mengganggu anak-anaknya. Dewa wabah takut pada kekuatan sang dewi dan menanyakan jumlah anak yang dimilikinya di dunia. Nuwa menjawab bahwa dia punya banyak anak dan akan meminta mereka membawa kantong tefur setiap Perayaan Perahu Naga. Dewa wabah tidak boleh mengganggu anak-anak yang membawa kantong telur. Tahun berikutnya, Perayaan Perahu Naga tiba dan dewa wabah turun ke duals. Dewa itu melihat semua anak membawa kantong berisi telur matang dan tidak berani mengganggu mereka karena mereka anak-anak Nuwa. Sejak saat itu, kebiasaan membawa kantong telur selama Perayaan Perahu Naga dipraktikkan.



 
READ MORE - Makanan untuk Mohon Berkah dalam Perayaan

Makanan Keberuntungan untuk Peristiwa Gembira

Makanan keberuntungan tidak hanya dikonsumsi selama perayaan, tapi juga setiap ada peristiwa gembira. Dalam peristiwa seperti pernikahan, perkumpulan, dan kunjungan, orang biasanya makan makanan yang mengandung makna bagus, sebagai cara mencari berkah dan kebahagiaan. 

Tujuan makanan adalah memuaskan rasa lapar. Namun makanan yang dimakan selama peristiwa gembira bertujuan merayakan suasana bahagia dan memelihara persahabatan dengan yang lain.

Makanan Keberuntungan untuk Acara Pernikahan
Zaman dulu, ada kebiasaan makan "Empat Bola Gembira" pada pesta pernikahan. Di Dinasti Song Utara, ada puisi populer "Empat Puisi Gembira"  yang menggambarkan empat peristiwa membahagiakan—menyambut hujan setelah kekeringan panjang; bertemu teman lama di negeri acing; menghadiri pernikahan; dan mencapai sukses pada ujian kerajaan. Jumlah 'bola' yang disiapkan bi-asanya bergantung pada berapa banyak tamu yang Nadir. Setiap tamu akan diberikan satu "bola", supaya hal yang menggembirakan terjadi padanya. Kue keberuntungan umumnya dimakan selama pernikahan dan dikenal sebagai "Kue Gembira". Mereka bisa ditemukan dalam berbagai bentuk dan ukuran. Di daerah utara, bentuknya kebanyakan bundar dan dicap dengan desain naga dan phoenixyan merupakan simbol harmoni dan nasib baik. Kulit kudapan yang berlapis dan renyah berwarna kuning dan putih, melambangkan emas dan perak. Kue itu disebut "Kue Sejarawan Kerajaan” atau "Kue Sarjana Nomor Satu" dengan harapan ia bisa menjadi sarjana nomor satu atau sejarawan kerajaan. Kue itu juga melambangkan empat hal baik—berkah, gaji, ke-bahagiaan, dan kekayaan; maka ia juga dikenal sebagai "kue keberuntungan". Di daerah Hebei, ikan digunakan sebagai makan-an pokok dalam pesta pernikahan. Adatnya adalah tidak mengonsumsi kepala dan ekor ikan tujuannya agar pasangan yang baru menikah memiliki kebahagia-an dan kekayaan abadi.
 
Suku Jingpo menjalankan kebiasaan "keranjang makanan berkat". Antaran berkat seperti dua botol arak (air arak dan arak beras), dua paket nasi ketan, dan dua telur rebus diletakkan dalam sebuah keranjang rotan. Air arak melambangkan mempelai wanita, sedangkan arak beras mempelai pria, dan mereka melambangkan kehidupan harmonis. Nasi ketan melambangkan persa-tuan, sedangkan telur menyiratkan kemurnian. Semua benda ada sepasang, menyatakan bahwa pasangan itu akan selalu bersama dan tetap menikah sampai usia tua. 

Makanan Keberuntungan untuk Peristiwa Gembira lainnya 
Adalah suatu adat untuk meminta seorang wanita yang ahli untuk membuat patung dari adonan selama Tahun Baru atau peristiwa gembira lainnya. Naga dan phoenix---simbol harmoni dan kedamaian; unicorn melahirkan anak--memiliki bayi secara berurutan; gembok panjang umur—umur panjang; kelelawar, anak rusa, anak ayam, dan anak domba—kebahagiaan, kekayaan, keberuntungan; rantai sembilan cincin'— keberuntungan dan umur panjang; ular melilit kelinci—kekayaan; dan kue jojoba—kemajuan karier. Kue jojoba biasanya menjadi kue yang umum karena huruf China untuk kue jojoba,
(zaogao) dan ke-naikan awal , (zaogao) bunyinya sama. Di Beijing, ada makanan keberuntungan tradi-sional—hotpot, yang ditempatkan dalam sebuah piring besar. Di dalamnya terdapat sekitar 20 bahan dan bi-asanya dimakan dalam pertemuan keluarga untuk melambangkan persatuan dan kebahagiaan. Kue onde ketan adalah jenis makanan keberuntungan yang populer. Kue ini dibuat dari tepung beras ketan dan diisi berbagai bahan seperti pasta kacang hitam, pasta jojoba, gula merah, kacang, dan biji-bijian. Bentuknya yang bundar melambangkan persatuan dan kelengkapan. Di beberapa tempat, ketika anggota keluarga akan pergi jauh, keluarga akan makan tang yuan untuk mengucapkan selamat jalan. 

Asal Usul Makan Tiga Kali Sehari
Menurut catatan sejarah, sebelum Dinasti Qin, orang hanya makan dua kali sehari. Setiap orang harus mengikuti waktu makan dengan ketat. Akan dianggap tidak hormat apabila seseorang tidak makan pada waktunya, atau makan lebih dari dua kali sehari. Waktu makan kemudian meningkat menjadi tiga kali sehari setelah Dinasti Han.
 
Menurut Catatan Sejarawan Agung: Kitab Xiang Yu, Xiang Yu marah ketika mendengar bahwa Liu Bang ingin menyatakan dirinya raja ketika berada di Guanzhong. Xiang Yu lalu memerintahkan untuk menambah porsi makan menjadi tiga kali sehari untuk menyenangkan pasukannya dan meningkatkan moral mereka. Liu mengikuti hal ini setelah mendengar apa yang dilakukan Xiang. Akibatnya, moral pasukan Liu Bang meningkat, dan akhirnya la mengalahkan Xiang Yu, menjadi pendiri Dinasti Han.
 
Sekarang, orang biasa makan tiga kali sehari, dan ini jugs sesuai dengan prinsip ilmiah.




READ MORE - Makanan Keberuntungan untuk Peristiwa Gembira

Adat Pembawa Keberuntungan Ketika Memakai Pakaian



Adat pembawa keberuntungan yang dipraktikkan tidak hanya muncul dalam penentuan pola, warna, atau desain pakaian, tapi juga dalam cara pemakaiannya. Pada masa lalu, orang menghindari memakai pakaian yang buruk untuk mencegah bencana. Tradisi tersebut membentuk bagian penting dalam kebudayaan dan seni nasional China.
Latar kebudayaan dari tradisi pembawa keberuntungan berakar dalam pada kehidupan rakyat. Pakaian dan perlengkapan khususnya mencerminkan pentingnya semua tradisi ini.

Adat Memakai Pakaian yang Membawa Keberuntungan  
Orang tidak boleh terlalu santai dalam berpakaian. Memakai pakaian terbalik dan karangan bunga ter-balik adalah sesuatu yang tabu. Di daerah Luoyang di Henan, ada pepatah yang mengatakan bahwa janda akan memakai roknya terbalik ketika menikah lagi. Maka, adalah tabu bagi wanita yang memakai pakaian-nya demikian dalam keadaan normal. Orang Han China, khususnya orang Tibet, meng-hindari memakai pakaian yang sudah dipakai orang lain. Pada masa lalu, dipercaya bahwa pakaian dan pemiliknya berbagi sifat yang sama dan rohnya terikat dengan pakaiannya. Maka, orang tidak akan merasa damai saat memakai pakaian orang lain. Ketidakrapian juga merupakan suatu hal yang tabu. Orang Han akan menghindari memakai topi-nya miring agar tidak dianggap tidak berguna. Tabu lain adalah tidak mengancingi semua kancing kemeja,  salah memasang kancing, dan kaus kaki yang tidak terpasang dengan benar. Juga adalah tabu dulu, bila wanita tidak mengikat kakinya at5au perbannya longgar, karena ini menyiratkan wanita itu seorang pecandu alkohol. 
Pakaian yang dipakai selama upacara pemujaan tidak boleh terlalu santai agar tidak menyinggung para dewa. Di Shanxi, adalah memalukan untuk memper-lihatkan kepala. Wanita di Yunnan akan membawa payung dengan cadar ketika berjalan keluar sehingga orang lain tidak bisa melihat wajah mereka. Di daerah selatan, memakai pakaian yang baru di-ambil dari tiang bambu adalah tabu, karena dipercaya bahwa roh yang menempel pada bambu akan terganggu dan pemakainya akan berubah menjadi lantu tiang bambu'. Tabu ini akan hilang ketika pakaian dilipat dan dipakai setelahnya. Ada juga tabu tentang memakai hiasan. Misalnya, sejak Dinasti Han, cincin digunakan untuk menun-jukkan apakah selir kerajaan akan disukai oleh kaisar. Kemudian, cincin menjadi hiasan populer, dan sekarang mereka masih digunakan sebagai hadiah pernikahan. 
Menempatkan Pakaian 
Adat pembawa keberuntungan juga terlihat dari cara orang menempatkan pakaian mereka. Orang umumnya percaya bahwa mereka tidak boleh melangkahi atau menginjak pakaian. Adalah tabu menggantung pakaian wanita dan anak-anak di luar rumah pada malam hari, karena bisa menyinggung dewa-dewa dan roh jahat. Pada masa lalu, pakaian anak-anak tidak digantung karena dewa-dewa bisa melukai anak-anak. Pakaian tidak boleh digantung di ujung tiang, karena ini akan membuatnya mirip dengan pita pemakaman. Selain itu, pakaian wanita dan Aria tidak boleh digantung di tiang yang sama karena ini menyiratkan keduanya memiliki kontak fisik. Juga, pakaian laki-laki tidak boleh ditem-patkan di bawah pakaian wanita; bila terjadi, kekayaan akan berkurang. Evolusi kebiasaan pasti menghasilkan studi ten-g desain dan gaya pakaian. Banyak tabu dipakai tuk menghindari bencana dan kebiasaan unik itu mencerminkan pentingnya adat pembawa keberuntungan. 
Aksesori Pembawa Keberuntungan
Menggunakan aksesori adalah seni pada masa lalu. Orang Han China memiliki banyak koleksi aksesori, misalnya tempat bedak, ikat pinggang bunga, gelang kaki, gelang tangan, anting-anting, cincin, jepitan rambut, lencana, kalung, hiasan naga/phoenix, dan bros. Kebanyakan dibuat dari bahan berharga seperti emas, perak, dan giok, yang bisa mengusir roh jahat dan mencegah bencana. Umum bagi anak-anak untuk memakai gembok seumur hidup demi alasan kesehatan dan panjang umur.

Wanita dari kelompok etnis Miao dan Yao menyukai aksesori perak yang melambangkan kecemerlangan, kejujuran, dan perlindungan dari roh jahat. Wanita Tibet suka memakai kalung dengan bandul Buddha kecil untuk alasan yang sama. Anak-anak dari suku Dong sering memakai topi arhat dengan dua lapis hiasan-18 arhat di lapisan atas sedangkan 18 bunga persik di lapisan bawah. Suku Dong percaya ini akan melindungi anak-anak dari roh jahat.



READ MORE - Adat Pembawa Keberuntungan Ketika Memakai Pakaian

Memilih Pola dan Warna Pakaian yang Bagus

Pola dan warna dalam pakaian China tradisional biasanya memiliki makna baik tertentu. selain memperkaya desain dan menunjukan selera rakyat, mereka juga meningkatkan nilai budaya pakaian,

Orang China sangat teliti tentang pakaian mereka. Hal ini terlihat dari perhatian pada setiap detail pakaian sejak manusia berevolusi.

Memilih Pola Keberuntungan untuk Pakaian 

Banyak desain ditemukan dalam phoenix, bunga dan China, misalnya naga dan burung burung, buah, macan dan macan tutul, ikan dan udang, juga benda langit. Selain memperkaya pakian, desain juga melambangkan keberuntungan,kedamaian maian, pekerjaan, dan kepuasan. Poa egan ini menggambarkan kreativitas artisitik dan akar budaya rakyat. Pola-pola umum yang sering ditemukan ter-masuk: pinus dan bangau yang menyiratkan umur panjang; kombinasi delima, jeruk jari (juga dikenal se-bagai tangan Buddha), dan persik yang melambangkan keluarga besar dengan banyak anak; burung phoenix dan dahlia yang melambangkan kekayaan dan keba-hagiaan; singa menggelindingkan benang sulam yang menyatakan keberuntungan dan kebahagiaan; dan ikan kakap melompati gerbang naga yang menyatakan pro-mosi karier. Pola menggunakan suara fonetik juga digunakan untuk mengharapkan keberuntungan dan kebahagiaan. Yang umum adalah kombinasi lima kelelawar dan huruf China untuk umur panjang, yang melambangkan berkat dan umur panjang.

Selain itu, orang juga menggunakan legenda populer sebagai desain untuk mengungkapkan emosi mereka. Contoh legenda adalah 'clua peri mengurusi kedamaian dan harmoni'  dan 'unicorn melahirkan seorang putra'.

Makna Bagus Warna dalam Pakaian  

Dalam Pakaian pakaian tradisional China, orang kung menggunakan berbagai warna untuk membawa pesan status dan keberuntung-an. Orang China percaya kuning dan ungu adalah warna mulia, dan karenanya hanya dipakai oleh keluarga kerajaan dan bangsawan. Orang biasa dilarang memakai warna mulia. Larangan ini menyiratkan bahwa mereka tidak boleh berhubungan dengan orang di tingkatan tersebut. Hijau dan biru adalah warna hina, biasanya digu-nakan oleh pelacur dan pemain sandiwara. Selain itu, budak pada masa Dinasti Qing menggunakan kulit rusa merah dan putih untuk membuat baju. Namun, merah dan putih tidak dianggap warna orang berstatus rendah hanya karena digunakan pada sebagaian dari pakaian budak, dan ini tidak hanya digunakan oleh budak. Warna seperti hitam dan putih dianggap me-nyedihkan dan secara tradisional digunakan dalam perkabungan. Mereka biasanya dihubungkan dengan kensalangan dan karenanya dihindari selama peristiwa Pesta seperti pernikahan, kelahiran, Tahun Baru, atau Pesta lain.

Pakaian merah juga dianggap tabu selama perkabungan karena merah biasa dipakai pada peristiwa gembira. Alasan lain adalah takut menyinggung hantu dan dewa. Makna Keberuntungan dari Desain Pakaian Memperlihatkan tubuh sangat dilarang pada masa masyarakat feodal. Karena itu, lelaki dan wanita pada masa kuno harus berpakaian lengkap. Di provinsi Shandong, belacu kasar dilarang dijadikan pakaian karena bahan itu digunakan sebagai bahan pakaian berkabung. Selain itu, jumlah kancing genap juga tabu karena orang per-caya itu akan memengaruhi karier pemakainya. Semua ini menjelaskan makna simbolik desain dan gaya pakaian.
Asal usul "Topi Hijau"
 
Menurut adat, lelaki China tidak boleh memakai ikat kepala atau topi hijau.
"Ikat kepala hijau" konon ditemukan oleh Li Feng, seorang hakim negeri Yanling pada masa Dinasti Tang. Alih-alih mengurung bawahannya yang melanggar hokum, is rnenyuruh mereka memakai ikat kepala hijau, yang guru bisa dilePas setelah menjalani hukurnan penjara. Karena itu, di daerah Jiangnan, memakai ikat kepala hijau berarti sedang diperrnalukan. Pada Dinasti Yuan, pelacur diminta memakai pakalan-hijau atau biro. Sekarang, topi menjadi populer hinaga `ikat kepala hijau' diganti dengan 'topi' hijau'.
READ MORE - Memilih Pola dan Warna Pakaian yang Bagus

Liu Sanjie Lagu Para Dewa


Lagu-lagu tentang Liu Sanjie populer meluas ke seluruh dunia dan lagu tersebut sangat penting dalam penelitian ethnologi, budaya, sosiologi dan estetika. Pada tahun 2006, pemerintah menyakan lagu-lagi Sanjie sebagai warisan budaya nonmaterial. Lagu Liu Sanjie berasal dari Yizhou dan mempunyai tujuh tema: kehidupan, produksi, cinta, upacara, rima/sajak, cerita dan penciptaan dunia

Legenda Alkisah Liu Sanjie dilahirkan pada 705 SM. Ia tumbuh sebagai anak yang cemerlang yang dapa bernyanyi dengan sangat merdu dan diberi julukant "dews". Liu Sanjie jatuh cinta pada Li Xiaoniu penjual m kayu dari desa yang sama. Tuan tanah kaya Mo Huairen menuduh mereka telah melanggar hukum tentang kesederhanaan dan memerintahkan agar mereka diikat bersama untuk dilemparkan ke sungai. Li tenggelam dan Liu Sanjie hanyut dan terdampar di Liuzhou, tempat ia diselamatkan oleh nelayan tua dan diadopsi menjadi anaknya. Liu Sanjie jadi tenar sebagai penyanyi di Liuzhou dan Mo mengutus tiga orang penyanyi untuk bersaing dengan Liu Sanjie. Tiga penyanyi itu kalah dan Mo sangat marah sehingga ia menyewa penjahat untuk mengikat Liu Sanjie dalam keranjang babi dan melemparkannya ke sungai. Liu Sanjie mati tenggelam dan penduduk desa menyajikan sesajen dua ikan gurame besar di depan makamnya. Selama upacara pembacaan doa, kuburannya tiba-tiba terkuak membuka, dan Liu Sanjie menghambur keluar mengendarai salah satu 
gurame yang membawanya ke surga. Ikan gurame yang satunya lagi menjadi Gunung Puncak Ikan. Manifestasi dari berbagai emosi yang kaya dan kearifan 
yang puitis, lagu-lagu rakyat Liu Sanjie sangat hidup, penuh semangat, sederhana dalam bentuk dan mudah dah diterima oleh masyarakat Laguau tersebut mencerminkan. realitas dan memberi kesan ketu-lusan dan sepenuh Kati, mampu membangkitkan dan mengaduk-aduk eniosi paling dalam. Lagu rakyat Liu Sanjie sering dinyanyikan pada acara perayaan dan berbagai upacara serta berhubung-an erat dengan kehidupan sehari-hari. Gaya me-nyanyi tertentu mencerminkan karakteristik artistik orang Zhuang. Lagu-lagu tersebut, dengan nada yang bervariasi dan melodi sederhana, telah tersebar secara lisan dari generasi ke generasi, membentuk cara berpikir yang spesifik dalam 

komunitas. Hal ini telah menghasilkan bentuk kesadaran bersama menyatu oleh pengalaman praktis kehidupan sehari-hari an terkumpul sejak zaman dahulu. Lagu tersebut menanamkan banyak konsep awal dan citra primitif yang penuh makna dan kaya isi. Dengan budaya Zhuang sebagai inti dan budaya Han sebagai bentuk ekspresi, lagu-lagu Liu Sanjie benar-benar merupakan  titik pertemuan bagi integrasi berbagai ras. Double Third ,Singino Festival fiess Day (hari menyanyi Para Dewa) adalah acara menyanyi terbesar bagi rakyat Zhuang. Dalam festival etnik ini yang konon untuk memperingati Liu Sanjie, dinyatakan biru sebagai acara nasional bagi kelompok etnis Zhuang tios pemerintah otonomi Zhuang pada tahun 1984. Setiap  tahun, pada hari ketiga bulan lunar ketiga, aktivitas perayaan akan diselenggarakan di kota Nanning, juga'. Selain karnaval menyanyi, aktivitas perayaan lain seperti, menangkap kembang rn api, pelemparan bola bersulam, permainan mewarnai telur, opera, tarian naga dan singa, kontes puisi, pemutaran film, pertunjukan kung fu dan akrobat akan dilaksanakan, membuatnya menjadi acara yang penuh semangat dan sangat menarik. Pada tahun-tahun terakhir ini,partisipasi komersial telah meningkatkan dukungan keuangan dan memungkinkan acara dengan skala lebih besar dapat diselenggarakan. Double Third Singing Festival benar-benar peristiwa yang menyenangkan yang diikuti oleh semua orang. 

Lagu Jenis Liu Sanjie: Lagu Petik Teh
(Terjemahan harfiah) Burung bergerombol di pengunungan pada bulan ketiga, dan sungai mengalir bebas pada bulan keempat. Gadis pemetik teh sedang bekerja di pegunungan, udara dipenuhi suara nyanyian petik teh mereka. Kelinci berlompatan melintasi bukit, burung meninggalkan sarang dan ikan gurame melompat keluar air untuk mendengarkan nyanyian mereka. Langit biru cerah bergaris awan tipis saat gadis pemetik teh pergi untuk bekerja. Mereka bekerja keras dan berkeringat di pengunungan, menanam bukit demi bukit dengan pohon teh. Ketika musim semi tiba, mereka akan memetik teh dan menyeleksi benih tanaman, menanam lagi saat waktunya tepat. Angin membawa wangi dedaunan teh ke tempat yang sangat jauh. lebih harum dari bunga melati. Gadis pemetik teh sibuk sepanjang hari, memetik teh di pagi had dan menanam benih di malam hari. Embun menyambut mereka di pagi hari saat mereka memetik daun teh, dan bulan menemani mereka pada malam had tatkala mereka menanam benih.

READ MORE - Liu Sanjie Lagu Para Dewa

Ji Gong, Buddha Hidup




Ji Gong adalah penjelamaan kebenaran dan kebaikan. Selama 800 tahun lalu, cerita tentang Ji Gong sudah menjadi inspirasi bagi banyak karya sastra dan seni. Pada tahun 2006, wilayah Tiantai dinyatakan sebagai warisan budaya nasional nonmaterial. 
Legenda Ji Gong telah mengalami tiga fase besar: fase permulaan sebelum Dinasti Song, fase pengembangan, dan fase dewasa sejak masa Dinasti Qing dan Ming. Cerita berkembang dari cerita ten. tang bhiksu Buddhis Chan bernama Dao Ji di masa Dinasti Song Utara. 

Ji Gong yang Sebenarnya 
Legenda Ji Gong bukan berasal dari imajinasi murni. Sebagaimana dinyatakan dalam Jingei Si Zhi "Nama asli Ji Gong adalah Li Xiuyuan dan ia berasal dari Tiantai. Ketika muda, ia belajar di Ruixia Grotto di Gunung Chicheng dan sangat terpengaruh oleh ajaran Buddhisme dan Taoisme. Pertama-tama ia pergi ke Kuil Guoqing untuk berusaha menjadikan Master Fekong sebagai gurunya. Kemudian, ia pergi mengunjungi Daoqing dari Kuil Qiyuan dan Kuil Guanyin sebelum dinobatkan jadi pendeta dan berganti nama, mengambil nama Budha, Dao Ji" 
Perkembangan Sejarah 
Ji Gong memiliki penampilan yang tidak biasa: ia tampak seperti pengemis atau perampok, dengan topi robek, pakaian compang-camping dan kipas tua lusuh. Melihat pakaiannya orang tidak akan mengira apakah Ji Gong adalah bhiksu Buddha atau pendeta Taoist. Tetapi sebenarnya, ia adalah generasi ke enam kepala bhiksu Yang dari cabang Yang Chan Buddhisme. Ji Gong adalah seorang yang heroik, berhati hangat, adil, baik dan punya karakter lucu. Selama lebih dari 800 tahun ia menjadi inspirasi bagi bahan populer dari her-bagai bentuk seni seperti drama, lukisan, dan patung. Banyak pertunjukan ten-tang Ji . Gong seperti The Legend of Drunk Bodhi pada masa Dinasti Qing, Ji Gong diperankan oleh Ying   
Guixuan tahun 1877, dan The Mad Monk Capture Han Ba juga Ji Gong Teases the Magistrate ditampilkan oleh Tianxian Chayuan tahun 1880. Selain itu ada banyak cerita tentang Ji Gong dalam Opera Peking, Opera piniu, pertunjukan boneka dan opera orang Taiwan. Ji Gong Poetic Opera karya Lu Lan memberi penafsiran yang sama sekali baru pada legenda Ji Gong dengan .memasukkan bentuk modern dengan cerita tradisional. Nilai-Nilai Meskipun sebagian cerita bagaimana Ji Gong meng-hukum orang berperilaku buruk dan menolong orang miskin mungkin dapat tampil agak disederhanakan, tetapi plot cerita yang tidak berlebihan dan realistis, mencerminkan sepenuhnya semangat romantisme. Cerita tentang Ji Gong sangat populer di tengah masyarakat karena mencerminkan kebutuhan mereka dan perasaan masyarakat yang sebenar-benarnya. Akhir-akhir ini ada beberapa ratus legenda tentang Ji Gong tersebar. Mereka memfokuskan terutama pada asal mula, masa kanak-kanak, bagaimana is meno-long orang kekurangan dan menindas kekuatan jahat. Berbagai cerita se-perti Flying Peak, Selling Dog Meat, telah diadaptasi ke dalam pertunjukan klasik. lehih 800 tahun, legenda tentang Ji Gong telah menciptakan kesan yang dalam dan dijadikan alat dalam pengembangan semangat bangsa Cina.
 
Gong dan The Flying Peak
Satu hari Bhiksu Ji Gong merasakan penglihatan bahwa sebuah gunung akan terbang (x. menuju kuil. Di depan kuil ada desa kecii, sehingga Ji Gong khawatir gunung yang terbang tersebut akan membunuh penduduk desa. Ji Gong berusaha memperingatkan mereka tetapi mereka sudah terbiasa dengan kelakuan gila Ji Gong sehingga mereka tidak memperhatikan peringatannya. Dengan perasaan jengkel, Ji Gong lari ke sebuah rumah tempat seorang calon pengantin hendak menikah dan menculiknya. Para penduduk desa melihatnya dan mengejarnya. Tiba-tiba langit berubah gelap dan terdengar suara tubrukan keras. Sebuah gunung besar telah menabrak desa tersebut. Sebuah gunung besar telah menimpa desa. Kemudian para penduduk desa menyadari bahwa Ji Gong telah menculik calon pengantin tersebut untuk menyelamatkan mereka sernua.

READ MORE - Ji Gong, Buddha Hidup

Sepasang Kekasih KUPU-KUPU




Liang Shanbo dan Zhu Yingtai adalah teman sekelas. Zhu Yingtai sebenarnya adalah seorang gadis muda yang menyamarkan dirinya menjadi seorang pemuda dengan nama Zhujiu Sheren. Setelah menjadi teman sekelas selama 
tiga tahun, mereka semakin dekat satu sama lain. Walaupun mereka makan di   meja yang sama dan tidur di kamar yang sama, Liang Shanbo tidak menyadari  bahwa saudara satu sumpahnya sebenarnya seorang perempuan. Zhu Yingtai selalu menolak melepas pakaian di depan Liang Shanbo dan saat Liang Shanbo mulai penasaran ingin tahu, Zhu Yingtai secara kasar menolaknya dengan berbagai alasan. 

Ketika mereka berdua menyelesaikan sekolah mereka saling berjanji bahwa Liang Shanbo akan mengunjungi Zhu Yingtai di rumahnya dalam waktu dua bulan. Bunga buah delima tengah bermekaran ketika Zhu Yingtai pulang ke rumah. Kakak laki-laki dan istrinya telah setuju untuk menikahkan Zhu Yingtai ke keluarga Ma tanpa persetujuan Zhu Yingtai. Ketika Liang Shanbo datang mengunjungi Zhu Yingtai enam bulan kemudian ia terkejut sekali mengetahui bahwa "saudara laki-lakinya" sebenarnya seorang perempuan. Liang Shanbo jatuh cinta kepada Zhu Yingtai dan ingin menikahinya. Ketika Liang Shanbo menyadari bahwa Zhu Yingtai telah ditunangkan dengan keluarga Ma, ia putus asa dan menyalahkan diri sendiri karena terlalu lama menunda kunjungan ke Zhu Yingtai. Setelah pulang ke rumah, Liang Shanbo jatuh sakit karena kehilangan Zhu Yingtai, dan tidak lama kemudian meninggal dunia. Keluarganya menguburkan Liang Shanbo di gerbang Desa Anle. Tahun berikutnya, saat Zhu Yingtai dalam perjalan-an untuk menikah, ia melewati makam Liang Shanbo. Angin kuat yang berembus tiba-tiba memaksa keretanya berhenti dan Zhu Yingtai menengok keluar dan melihat makam Liang Shanbo. Zhu Yingtai bergegas keluar dari kereta dan berlari ke makam tersebut. Zhu Yingtal melompat masuk ke dalam kuburan yang mendadak membuka. Pengawalnya mencoba mengehentikal: Zhu Yingtai, tetapi hanya mampu merengut   sejumput pakaiannya. Pakaian penuh warna itu tiba-tiba berubah menjadi sepasang kupu-kupu cantik yang dengan bahagia terbang menuju cakrawala.
 
Dewa Cina dari Kuil Cinta
Kuil Liang Shanbo berlokasi di Shao Jiadu di Desa Gaoqiao, lima kilometer sebelah barat kota Ningbo. Kuil terebut adalah satu-satunya kuil "Dewa Kuil Cinta" yang didirikan untuk memperingati Liang dan Zhu. Dalam kuil tersimpan patting Liang Shanbo mengenakan jubah resmi dan Zhu Yingtai memakai gaun pengantin.
Di sepanjang jalan batu tersebut dipahat dengan bunga teratai besa yang menutupi permukaan jalan di depan kuil sampai Ujung jalan menuju jembatan batu nan indah bernama jembatan Kekasih. Sebelah kanan kuil terletak kuburan bersama Liang dan Zhu. Kamar untuk pasangan tersebut dibangun di bagian belakang kuil dan interiornya ditata persis seperti kamar tidur, lengkap dengan poster tempat tidur yang dihiasi dengan tirai tempat tidur bersulam, cermin, dan dua pasang sandal kamar bersulam untuk laki-laki dan perempuan, jubah Liang Shanbo dan gaun pengantin Zhu Yingtai juga tersimpan di dalam lemari. Di pintu gerbang kuil ada sebait puisi berbunyi, "Kesetiaan tak terpisahkan bertahan dalam ujian waktu, kebenaran tak tertandingi yang menyebar lugs ke lima benua". Selama diceritakan bahwa hari ke-21 bulan ke delapan adalah hari ketika Zhu Yingtai bunuh diri demi cinta. 

Maka, pengunjung berbondong-bondong datang ke kuil sep dan bulan selama 1600 tahun lalu sejak berakhirnya Dinasti Jin Timur. Pria an wanita muda datang berpasangan dan berkelompok mempersembahkan dupa dan mengelilingi kuburan satu kali,  sesuai dengan lagu masa lalu, "Berjalan mengelilingi makam Liang dan Zhu membuat suami dan istri mampu bertahan dalam pernikahan sampai mereka tua." 

Nilai-Nilai Budaya
Legenda The Butterfly Lovers telah menyebar luas ke seluruh bagian Cina. Seiring cerita dikisahkan turun temurun dari generasi ke generasi, banyak detail di-tambahkan, membuatnya semakin menarik. Banyak kuburan dan kuil dibangun dengan tema Sepasang Kekasih Kupu-Kupu. Pengaruh meluas seperti itu dianggap langka bagi Legenda Cina. The Butterfly Lovers mengambil temanya dari realitas dengan sentuhan fantasi, dengan akhir yang idealis tapi tragis. Cerita itu mengungkap sisi buruk sistem pernikahan feodal, yang pada saat yang sama mempromosikan kebebasan cinta. Tema antifeodalisme adalah sebuah perkembangan penting karena men.- cerminkan keinginan rakyat untuk dibebaskan setelah Dinasti Ming dan Qing. Hal itu juga menjadi penyebab tnengapa cerita diterima luas.

Taman Budaya Liang Zhu

Taman Budaya Liang Zhu berlokasi di situs makam Liang Zhu dan rnonumen kuil. Berdasarkan catatan sejarah, Liang Shanbo adalah seorang pelajar yang mempunyai teman sekelas bernama Zhu Yingtai yang menuntut ilmu bersama selama tiga tahun. Liang Shanbo adalah seorang pejabat pemerintah yang bekerja terlaiu keras karena menangani masalah air di Yaojiang. la meninggal ketika bekerja karena kelelahan dan dimakamkan di Nine Dragon Ruins. Desain Taman Budaya Liang Zhu tennspirasi den cinta antara Liang dan Zhu dengan daya tarik utama yang berhubungan dengan berbagai bagian cerita seperti Meeting at the Straw Bridge dan As Butterfly We Shall Live.



READ MORE - Sepasang Kekasih KUPU-KUPU
 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.