Nuwa dan Penciptaan Manusia




Alkisah Nuwa menciptakan manusia dari citranya sendiri. Kemudian ia menciptakan masyarakat dan mendirikan sistem pernikahan sehingga pria dan wanita muda dapat bersatu dan melahirkan generasi berikutnya. Jadi ia disembah sebagai dewi pernikahan dan dewa pencipta.

Ketika Pan Gu memisahkan langit dan bumi, ia menggunakan tubuhnya sendiri untuk menciptakan matahari, bulan, bintang, dan pegunungan, sungai. sungai dan pepohonan. Udara terkontaminasi yang masih ada di antara langit dan bumi perlahan berubah menjadi binatang-binatang yang memberikan kehi-dupan pada bumi yang tandus. Pada saat itulah Dewi Nuwa berjalan-jalan di sekitar dataran yang berserakan. Ia melihat-lihat ke sekitar dan melihat pengunungan tinggi, sungai yang bergemuruh, semak-semak yang lebat menghijau. Sang Dewi berhenti untuk mendengarkan burung di langit, ikan berkecipakan di air dan takjub pada serangga yang melompat-lompat di padang rumput. Meskipun demikian, ia merasa luar biasa sangat kesepian. Nuwa mengekspresikan emosinya kepada pegunungan, danau dan tumbuhan, tetapi mereka tidak dapat memahami apa yang ia katakan. Merasa ditolak, Nuwa duduk di sebelah kolam dan mulai menatap bayangannya sendiri yang dipantulkan air kolam. Tiba-tiba sebuah daun jatuh ke atas kolam dan menyebabkan riak kecil di permukaan air yang tenang. Bayangannya sedikit bergerak, dan hal itu memberinya ins-pirasi untuk menciptakan mahkluk baru dari citranya sendiri.
 

Ia mengambil segumpal lumpur dari sisi kolam. Mencampurnya dengan air dan mulai membuat sebentuk patung berdasarkan bayangannya sendiri. Sosok kecil terbentuk, sedemikian rupa terlihat seperti Nuwa dengan lima organ dan tujuh lubang, dua tangan, dan dua kaki. Tatkala ia menyimpannya di tanah, patung kecil itu mulai hidup. Nuwa sangat bahagia dan mulai membuat patung-patung lebih banyak. Ia menyebutnya manusia. Manusia ini ditiru dari citra dewa, maka manusia secara alami berbeda lari mahkluk hidup lain di muka bumi. Mereka mampu bicara persis seperti halnya Nuwa.

Kesepian Nuwa lenyap. Nuwa ingin membuat dunia menjadi tempat yang hidup dan bergairah, maka ia mulai bekerja membuat lebih banyak manusia, membuat satu per satu selama berhari-hari tanpa henti. Ia berkerja selama waktu yang sangat panjang sampai tangannya kaku. Namun, manusia yang ia buat tampak terlalu sedikit untuk dapat mengisi seluruh pelosok dunia. "Ini tidak akan berhasil," ia pikir. Nuwa memetik anggur meneteskannya ke campuran lumpur dan mencipratkannya ke mana-mana, memenuhi tanah. Gumpalan kecil campuran lumpur di tanah berubah menjadi manusia kecil. Dengan segera ada banyak manusia di seluruh permukaan bumi. Nuwa menjadi kelelahan akibat semua pekerjaan itu, maka ia beristirahat untuk melihat-lihat sekitar dan mengamati apa yang dilakukan manusia yang diciptakannya. Satu hari, Nuwa berjalan-jalan santai, ia melihat manusia yang ada lebih sedikit. Ia jadi ingin tahu dan merunduk untuk melihat lebih dekat. Nuwa melihat banyak manusia kecil terbaring di tanah, tidak bergerak. Nuwa mendorong perlahan tetapi mereka tidak bergerak sedikit pun. Manusia-manusia kecil yang diciptakan Nuwa ini telah mencapai akhir hidupnya. Melihat orang tua berambut keperakan ini, Nuwa jadi cemas. Apabila manusia yang ia ciptakan suatu saat akan mati, bukankah itu berarti ia harus terus menciptakan manusia yang baru? Akhirnya, Nuwa berusaha menyamai bagaimana mahkluk hidup lain di dunia alami memreproduksi diri sendiri. Ia menjadikan manusia dan bereproduksi sehingga m ereka dapat memperpanjang garis hidup mereka. Selain itu, karena manusia direproduksi dari citra para dewa, mereka tidak setara dengan mahkluk liar. Maka, Nuwa mendirikan sistem pernikahan. Di Yunan, suku Miao dan suku Dong masih menyembah Nuwa sebagai nenek moyang suku mereka! 

Di Desa/ Lembah Hou, ada makam besar Nuwa yang sudah berada di sana selama empat ribu tahun. Konon, tubuh Nuwa dikubur di makam utama sedangkan di makam kedua terkubur harta benda yang ia miliki selama hidupnya. Kuil Nuwa terletak di sisi Timur makam kedua. Kuil itu diperlakukan dengan sangat hormat, sebagai kuil nasional dikunjungi oleh para kaisar masa lalu selama upacara doa. Setiap tahun telah hari ke-10 bulan ke-3 lunar, perayaan Skala besar dan upacara agama berlangsung selama tujuh hari diselenggarakan di tempat ini.  

Sistem Pernikahan Primitif
Pada awalnya, konsep pernikahan atau keluarga tidak ada dalam masyarakat manusia. Hubungan antara dua jenis kelamin tidak dengan jelas didefinisikan. Perlahan, perbedaan dua gender den pembagian tugas antara mereka mulai tampak lebih betas. Orangtua mulai dicegati untuk berubungan seks dengan anak mereka sendiri, dan dengan segera masyarakat manusia berkembang ke sistem keluarga yang lebih stabil berdasarkan hubungan darah. Meskipun generasi lebih tua tidak dapat berhubungan seks dengan generasi yang lebih muda, tidak pula orangtua dengan anak mereka, pernikahan antara saudara masih diperbolehkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.