Adat dan Tradisi untuk Memulai Pembangunan



Cita-cita banyak orang dalam hidupnya adalah membuangun sebuah rumah. Maka, mereka sangat mementingkan pembangunan rumah, dan adat istiadat bagus untuk peristiwa itu  diturunkan sejak dulu. Dulu, ketika seseorang berencana untuk membangun rumah, ia akan memilih hari yang bagus untuk mulai untuk meletakan bata dan tanah liat agar deberkati oleh dewa bumi.

Sebenarnya ada banyak upacara dan kebiasaan untuk membangun rumah. Biasanya, ketika seseorang ingin mengundang ahli geomasi untuk mempelajari keseluruhan dan meramal waktu untuk mencangkul tanah dan memulai pembangunan.

Legenda Empunya Fondasi
Orang percaya bahwa bila pemilik asli kehilangan rumahnya karena peristiwa sial atau alasan lain, rohnya yang sengsara akan tetap tinggal dirumah itu. ia akan menjadi arwah kesepian yang penuh kebencian, membuat penghuni rumah merasa tidak betah, sakit, atau mengalami penghambatan karier. Karenanya, penghuni harus mengikuti kebiasaan populer memberi persembahan dan menghormati arwah. Pemilik asli dikenal sebagai 'empunya fondasi terbuka', 'dewa rumah', atau 'tuan tembok penidur'.

    Untuk mencegah empunya fondasi membuat masalah, banyak orang akan memuja dewa bumi pada hari kedua dan ke-16 setiap bulan. Mereka akan memberi persembahan pada empunya fondasi. Mereka juga akan melakukan hal itu pada peristiwa, seperti pindah rumah, memasang papan peringatan, dan perayaan seperti Perayaan Perahu Niaga, penjamuan akhir tahun, dan Malan Tahun Baru.

    Tidak ada nama khusus untuk empunya  fondasi karena mereka berjumlah banyak dan berbeda ditiap rumah. Maka, orang biasanya tidak memasang papan peringatan atau patung. Mereka akan memajang benda persembahan di luar pagar depan atau pintu belakang dan memuja mereka ketika menghadap rumah.

Adat tentang Mencangkul Tanah
Orang biasanya memilih hari dan waktu keberuntungan untuk menggali tanah ketika mereka ingin membangun atau memperbaiki rumah. Pada hari keberuntungan yang dipilih, mereka akan menyiapkan persembahan dan uang sembahyang untuk memuja dewa bumi, demi kesuksesan dan kedamaian. Setiap daerah memiliki metode pemujaan berbeda-beda.

    Di provinsi Jiangsu, pemilik rumah biasanya mencangkul tiga kali di empat sudut lokasi. Kemudian, penyemen akan menggantikannya menggali geosinklin. ia akan menggunakan sekop besar untuk menggali lubang dalam di empat sudut. Sang tuan akan menyebar daun teh, beras, dan biji-bijian, ke lubang. Setelah ini dilakukan, ia kan menumpuk kayu dan menutupi lubang dengan tanah.

    Di daerah Hehuang provinsi Qinghai, upacara penvangkulan tanah pertama meliputi, mengubur botol berharga dalam tanah. Ini adalah botol porselen besar yang memuat biji-bijian., delapan harta, adonan asam, dan herbal. Botol dibungkus dengan sehelai kain merah dan di ikat dengan benang merah. Konon, mengubur botol akan membawa kemakmuran pada keluarga dan melindungi yang meninggal.

    Gantinya botol berharga, orang juga kan melempar beras teh ke saluran lumpur. Orang harus menyanyika lagu rakyat dengan lirik bagus sambil melempar teh. Hal ini untuk meningkatkan keunggulan bagunan.

     Semua kebiasaan ini memiliki bayak makna. Pertama, mereka melambangkan persembahan pada dewa bumi, yang merupakan media komunikasi antara manusia dan dewa dan untuk mencari perlindungan untuk kegiatan konstruksi. Kedua, beras teh melambangkan pertumbuhan. Beras teh dihasilkan oleh teh dan benih padi, yang melambangakan kehidupan dan semangat. Ketiga, padi melambangkan beras teh untuk menabung untuk masa sulit. Padi da beras teh masih dianggap hasil bumi yang baik. Maka, botol berharga dan beras teh biasanya menjadi maskot dalam upacara kontruksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.