Liu Sanjie Lagu Para Dewa


Lagu-lagu tentang Liu Sanjie populer meluas ke seluruh dunia dan lagu tersebut sangat penting dalam penelitian ethnologi, budaya, sosiologi dan estetika. Pada tahun 2006, pemerintah menyakan lagu-lagi Sanjie sebagai warisan budaya nonmaterial. Lagu Liu Sanjie berasal dari Yizhou dan mempunyai tujuh tema: kehidupan, produksi, cinta, upacara, rima/sajak, cerita dan penciptaan dunia

Legenda Alkisah Liu Sanjie dilahirkan pada 705 SM. Ia tumbuh sebagai anak yang cemerlang yang dapa bernyanyi dengan sangat merdu dan diberi julukant "dews". Liu Sanjie jatuh cinta pada Li Xiaoniu penjual m kayu dari desa yang sama. Tuan tanah kaya Mo Huairen menuduh mereka telah melanggar hukum tentang kesederhanaan dan memerintahkan agar mereka diikat bersama untuk dilemparkan ke sungai. Li tenggelam dan Liu Sanjie hanyut dan terdampar di Liuzhou, tempat ia diselamatkan oleh nelayan tua dan diadopsi menjadi anaknya. Liu Sanjie jadi tenar sebagai penyanyi di Liuzhou dan Mo mengutus tiga orang penyanyi untuk bersaing dengan Liu Sanjie. Tiga penyanyi itu kalah dan Mo sangat marah sehingga ia menyewa penjahat untuk mengikat Liu Sanjie dalam keranjang babi dan melemparkannya ke sungai. Liu Sanjie mati tenggelam dan penduduk desa menyajikan sesajen dua ikan gurame besar di depan makamnya. Selama upacara pembacaan doa, kuburannya tiba-tiba terkuak membuka, dan Liu Sanjie menghambur keluar mengendarai salah satu 
gurame yang membawanya ke surga. Ikan gurame yang satunya lagi menjadi Gunung Puncak Ikan. Manifestasi dari berbagai emosi yang kaya dan kearifan 
yang puitis, lagu-lagu rakyat Liu Sanjie sangat hidup, penuh semangat, sederhana dalam bentuk dan mudah dah diterima oleh masyarakat Laguau tersebut mencerminkan. realitas dan memberi kesan ketu-lusan dan sepenuh Kati, mampu membangkitkan dan mengaduk-aduk eniosi paling dalam. Lagu rakyat Liu Sanjie sering dinyanyikan pada acara perayaan dan berbagai upacara serta berhubung-an erat dengan kehidupan sehari-hari. Gaya me-nyanyi tertentu mencerminkan karakteristik artistik orang Zhuang. Lagu-lagu tersebut, dengan nada yang bervariasi dan melodi sederhana, telah tersebar secara lisan dari generasi ke generasi, membentuk cara berpikir yang spesifik dalam 

komunitas. Hal ini telah menghasilkan bentuk kesadaran bersama menyatu oleh pengalaman praktis kehidupan sehari-hari an terkumpul sejak zaman dahulu. Lagu tersebut menanamkan banyak konsep awal dan citra primitif yang penuh makna dan kaya isi. Dengan budaya Zhuang sebagai inti dan budaya Han sebagai bentuk ekspresi, lagu-lagu Liu Sanjie benar-benar merupakan  titik pertemuan bagi integrasi berbagai ras. Double Third ,Singino Festival fiess Day (hari menyanyi Para Dewa) adalah acara menyanyi terbesar bagi rakyat Zhuang. Dalam festival etnik ini yang konon untuk memperingati Liu Sanjie, dinyatakan biru sebagai acara nasional bagi kelompok etnis Zhuang tios pemerintah otonomi Zhuang pada tahun 1984. Setiap  tahun, pada hari ketiga bulan lunar ketiga, aktivitas perayaan akan diselenggarakan di kota Nanning, juga'. Selain karnaval menyanyi, aktivitas perayaan lain seperti, menangkap kembang rn api, pelemparan bola bersulam, permainan mewarnai telur, opera, tarian naga dan singa, kontes puisi, pemutaran film, pertunjukan kung fu dan akrobat akan dilaksanakan, membuatnya menjadi acara yang penuh semangat dan sangat menarik. Pada tahun-tahun terakhir ini,partisipasi komersial telah meningkatkan dukungan keuangan dan memungkinkan acara dengan skala lebih besar dapat diselenggarakan. Double Third Singing Festival benar-benar peristiwa yang menyenangkan yang diikuti oleh semua orang. 

Lagu Jenis Liu Sanjie: Lagu Petik Teh
(Terjemahan harfiah) Burung bergerombol di pengunungan pada bulan ketiga, dan sungai mengalir bebas pada bulan keempat. Gadis pemetik teh sedang bekerja di pegunungan, udara dipenuhi suara nyanyian petik teh mereka. Kelinci berlompatan melintasi bukit, burung meninggalkan sarang dan ikan gurame melompat keluar air untuk mendengarkan nyanyian mereka. Langit biru cerah bergaris awan tipis saat gadis pemetik teh pergi untuk bekerja. Mereka bekerja keras dan berkeringat di pengunungan, menanam bukit demi bukit dengan pohon teh. Ketika musim semi tiba, mereka akan memetik teh dan menyeleksi benih tanaman, menanam lagi saat waktunya tepat. Angin membawa wangi dedaunan teh ke tempat yang sangat jauh. lebih harum dari bunga melati. Gadis pemetik teh sibuk sepanjang hari, memetik teh di pagi had dan menanam benih di malam hari. Embun menyambut mereka di pagi hari saat mereka memetik daun teh, dan bulan menemani mereka pada malam had tatkala mereka menanam benih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.