Dong Yong dan Peri Ketujuh




Legenda Dong Yong dan Peri Ketujuh adalah legenda penting dalam penelitian tentang budaya dan sejarah masyarakat Cina. Catatan Paling awal tentang Don Yong dan Peri Ketujuh muncul dalam Tales of Filial Piety karya Liu Xiang. Setelah itu, cerita digambarkan dalam In Search of God karya Gan Bao.Versi yang dibuat oleh Gan Bao akhirnya menjadi versi yang paling banyak disebarkan secara luas. 

Sebagaimana cerira berjalan, ibunda Dong Yong  meninggal dunia ketika Dong Yong masih sangat kecil, meninggalkannya sendiri bersama ayahnya. Setelah kematian ayahnya, Dong Yong tidak memiliki uang untuk biaya pemakaman, jadi is menjual dirinya se-bagai budak untuk mengumpulkan uang. Peri ketujuh sangat tersentuh oleh rasa hormat Dong Yong kepada orangtuanya sehingga is menaiki punggung burung crane dan turun ke bumi. Keduanya bertemu di mulut Eighteen Mile River dan mengucapkan janji pernikahan di bawah pohon pagoda tua. Agar dapat membantu Dong Yong membayar utangnya, Peri Ketujuh melepas jepit rambutnya dan menciptakan alat tenun kain sutera. Ia menenun tiga rams gulung pakaian sutera setiap hari dan menjualnya untuk membantu Dong Yong membayar utangnya. Ibunda Ratu sangat murka saat mengetahui turunnya Peri Ketujuh ke bumi. Maka, Ibunda Ratu mengutus Tentara Kayangan untuk membawa Peri Ketujuh kembali ke Kayangan. Ketika Dong Yong melihat istrinya dibawa pergi, is berniat menyelamatkannya. Tepat ketika Tentara Kayangan hendak membunuh Dong Yong, Peri Ketujuh mengibaskan jepit rambutnya dan menarik ebuah sungai di antara mereka, mencegah agar Dong Ong tertangkap oleh tentara tersebut. 
Peri Ketujuh melahirkan bayi laki-laki pada tahun berikutnya. Tahu bahwa Kaisar Jade tidak akan menerima bayi tersebut di Kayangan, Peri Ketujuh mengirim bayinya kembali ke bumi. Peri Ketujuh hadir dalam mimpi Dong Yong dan memberitahunya agar mengambil sang bayi di bawah pohon pagoda tua. Dong Yong melakukan apa yang diminta dan mendapati bayi tersebut di bawah pohon pagoda. Saat Dong Yong membawa bayi tersebut pulang ke rumah, bayi tersebut menjatuhkan sepasang sepatu yang dirajut ibunya untuk-nya. Sebelah sepatu tertinggal di bagian barat sungai dan sebelahnya lagi di sebelah kanannya. Selanjutnya, desa di bagian barat dinamai Xixie Village, sedangkan di sebelah timur dikenal sebagai Dongxie Village. Dua desa kecil tersebut bersama-sama dikenal sebagai Shuangxie Hamlet (Shoes Hamlet/Desa Sepatu). 
Peri Ketujuh sangat berduka karena utranya tidak ada di sisinya, sehingga la mengintip ke bawah di antara awan-awan untuk melihat bagaimana kabar putranya di bumi. Desa kecil di bagian selatan Shoes Hamlet kemudian dikenal sebagai Moyun Hamlet. Meskipun Dong Yong bisa berkumpul kembali dengan putranya, hal itu hanya membuatnya semakin merindukan istrinya. Setiap hari, Don Yong pergi ke pohon pagoda tua dan melihat ke arah langit, sangat mengharapkan kembalinya istrinya. Tempat is berdiri mendongak ke langit diberi nama Yin Hamlet. Tak terhitung banyaknya artikel tentang Don Yong dan Peri Ketujuh dalam catatan sejarah. Cerita itu juga mengalami berbagai penyuntingan dan pengembang-an berkali-kali. Salah satu pertunjukan paling awal yang diketahui, Zhijin jin muncul di masa Dinasti Ming, sedangkan satu yang paling terkenal adalah opera yang dibuat Huangmei Marriage of Fairy Princess. Ini adalah Opera yang membawakan cerita Dong Yong Meets the Fairy Princess ke tengah-tengah masyarakat.
Nilai-Nilai
Dong Yang dan Peri Ketujuh bukan hanya sekadar kisah cinta tetapi juga memuat pesan penting. Cerita itu mencerminkan keinginan bawaan lahir masyarakat banyak dan kisah cinta antara dua mahkluk yang menceritakan keinginan manusia untuk mengalami kehidupan pernikahan yang diberkati. Maka meskipun tema cerita peri dan karakter yang tidak realistis, Dong Yong dan Peri Ketujuh masih merupakan dongeng yang populer. Walaupun banyak penyesuaian dan pengembang-an perlahan pada plot melalui penuturan lisan, cerita yang kita kenal sekarang hanya mengandung penyimpangan kecil dari dongeng asli. Sebenarnya, Dong Yong dan Peri Ketujuh mencerminkan dengan kuat perasaan orang pada umumnya dan pengaruh sastra lisan. Selain merupakan warisan budaya berharga dalam bentuk karya sastra, banyak artefak, plat batu dan desa-desa berhubungan dengan Dong Yong diciptakan sebagai hasil dari pengaruh cerita.

Cerita tentang Peri Ketujuh
Seiring legenda berlangsung, Peri Ketujuh membantu melunasi utang Dong Yong dengan harapan mereka dapat mernbina bersarna dengan bahagia. Sayangnya. Kaisar Jade mengetahui hal ini. Kaisar pun memanggil Peri Ketujuh kembali ke Kayangan dan terpaksa harus dipatuhi. Alat-alat pintai menjadi batu dan mesin tenunnya tertinggal do bumi. Konon suara berdeit mesin tenun yang sedang berkerja masih terdengar di malam hari. Pada malam kelima belas bulan pertama lunar,para wanitaakan berkumpul dengan alat pintal dari batu,memegang kotak jahit di tangan mereka untuk memohon kepada peri agar akan memberikan mereka kebijaksanaan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.