Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek

Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao. 
Inilah 7 Hal Yang Dilakukan Etnis Tionghoa Sepanjang Perayaan Imlek
Perayaan Tahun Baru Imlek bukan hanya dirayakan sehari saja, namun sejatinya dirayakan selama 16 hari (dimulai dari Malam Tahun Baru sampai dengan Festival Lampion). Persiapannya bahkan dimulai sejak 7 hari sebelum Malam Tahun Baru. Ada banyak kegiatan tradisi selama periode ini, tetapi ada juga yang merupakan hal-hal baru. Inilah panduan hari dalam menyongsong perayaan Tahun Baru Imlek.

1. Persiapan sebelum Tahun Baru Imlek (H-7)
  • Membersihkan Rumah, Mulai dari hari ke-23 bulan ke-12 kalender lunar, masyarakat Tionghoa melakukan bersih-bersih seluruh isi rumah. Kegiatan bersih-bersih ini disebut sebagai “menyapu bersih semua debu” dan melambangkan keinginan untuk menyingkirkan hal-hal lama, perpisahan dengan tahun yang lama dan penyambutan akan tahun yang baru. 
  • Belanja Kebutuhan Tahun Baru, Masyarakat mulai berbelanja kebutuhan makanan, camilan, dekorasi Imlek dan pakaian sebelum Malam Tahun Baru. Tahun Baru Imlek (sama seperti festival Natal) merupakan puncak waktunya orang berbelanja. Masyarakat Tionghoa biasanya terkenal sangat berhemat. Akan tetapi mereka tidak segan dalam melakukan pengeluaran jika hal itu berhubungan dengan perayaan tradisi. Contohnya mereka akan membelikan baju yang baru, tanpa memikirkan apakah orang tersebut membutuhkannya atau tidak. Biasanya banyak bazar/pasar dadakan yang menjual semua kebutuhan Imlek di kawasan pecinan menjelang Tahun Baru.
2. Kegiatan di Malam Tahun Baru (H-1)
  • Memasang Dekorasi Tahun Baru, Walaupun sebagian besar masyarakat Tionghoa menghias rumah mereka beberapa hari sebelum sincia tiba, banyak juga yang justru memilih melakukannya pada malam tahun baru. Dekorasi yang digunakan berupa lampion merah, untaian bait sajak dan lukisan yang berhubungan dengan tahun yang baru. Tahun 2017 adalah tahun ayam, sehingga gambar ayam akan banyak ditampilkan sebagai dekorasi. Masyarakat biasanya menggunakan hal-hal berikut sebagai dekorasi. 
  • Menempelkan Gambar Dewa Penjaga Pintu, Menempelkan gambar Dewa Penjaga Pintu (門神; Men Shen) merupakan tradisi penting di kalangan masyarakat Tiongkok selama Festival Musim Semi. Awalnya Dewa Penjaga Pintu ini dibuat dari kayu persik yang dipahat sebagai sosok laki-laki dan digantung pada pintu. Kini orang cukup menggunakan gambar hasil cetak yang ditempelkan pada pintu. Masyarakat Tiongkok menempelkan Dewa Penjaga di pintu sebagai doa pengharapan akan berkah, umur panjang, kesehatan dan kedamaian. Dua Dewa Penjaga di kedua bilah pintu dimaksudkan untuk mencegah masuknya roh jahat. Dewa Penjaga Pintu melambangkan kebenaran dan kekuatan. Oleh sebab itu Dewa Penjaga Pintu selalu digambarkan dengan wajah yang sangar, sambil memegang berbagai senjata dan siap melawan roh jahat. 
  • Memasang Untaian Bait Sajak Musim Semi, Untaian bait sajak musim semi atau tahun baru (春聯: Chūnlián) adalah untaian frasa berpasangan, umumnya masing-masing terdiri dari 7 karakter mandarin, ditulis pada sehelai kertas merah dengan tinta hitam dan ditempelkan pada masing-masing bingkai pintu. Kadang digunakan sebuah frasa yang terdiri dari 4 atau 5 karakter ditempelkan di bagian atas bingkai pintu. Bait sajak ini berisi harapan-harapan di tahun yang baru. Sebagian menulis sendiri bait frasa tersebut, tetapi kebanyakan masyarakat membeli hasil cetak yang sudah jadi. Menempelkan untaian bait sajak dimaksudkan agar roh jahat pergi menjauh. 
  • Memasang Lukisan Tahun Baru, Lukisan yang menggambarkan harapan baik, dipasang sebagai dekorasi rumah, agar tercipta suasana pesta musim semi yang bahagia dan sejahtera. Subjek dari lukisan tahun baru yang sering digunakan adalah lukisan bunga dan burung, bocah laki-laki yang gemuk, ayam yang berwarna kuning keemasan, lembu jantan, buah-buahan yang masak, harta kekayaan, atau legenda dan cerita bersejarah yang menggambarkan harapan akan panen yang berlimpah dan hidup yang bahagia. 
  • Memasang Karya Seni Ukir Kertas (cutteristic), Di masa lampau karya seni hasil kerajinan tangan berupa potongan kertas yang diukir, direkatkan pada jendela menghadap ke selatan dan utara sebelum Festival Musim Semi. Karya seni ukir kertas ini masih populer bagi masyarakat yang mendiami bagian utara, tetapi di bagian selatan masyarakat hanya menempelkan karya seni ukir kertas ini di hari pernikahan saja. Subjek dan tema dari karya seni ukir kertas ini adalah kekayaan. Berhubung mayoritas masyarakat adalah petani, maka kebanyakan tema yang diambil adalah seputar kehidupan di pedesaan : bertani, menenun, menangkap ikan, menggembalakan domba, memberi makan pada ternak babi, memelihara ayam, dll. Kadang ukiran di kertas ini menggambarkan pula mitos, legenda dan senin pertunjukkan opera Tiongkok. Selain itu, bunga, burung dan binatang lambang shio juga populer digunakan sebagai desain dalam karya seni ukir kertas ini. Karya seni ukir kertas ini umumnya berbentuk wajik dalam warna keberuntungan yaitu merah, diikuti dengan pola yang indah. Karya seni ukir kertas mengungkapkan harapan akan hidup yang penuh sukacita dan sejahtera, sejalan dengan tema Festival Musim Semi. 
  • Berkumpul Menikmati Makan Malam Bersama, Makan besar di Malam Tahun Baru merupakan makan malam “wajib” yang harus dilakukan bersamaan dengan berkumpulnya kembali seluruh anggota keluarga. Masyarakat Tionghoa akan berusaha keras mewujudkan agar acara keluarga ini dapat terlaksana, walaupun harus menempuh jarak yang sangat jauh. Alasan utama inilah yang mendorong terjadinya arus mudik yang sangat padat di seluruh penjuru Tiongkok menjelang tahun baru. Masyarakat dari Tiongkok Utara menyantap hidangan yang berbeda dengan masyarakat di Tiongkok Selatan pada kesempatan yang istimewa ini, dan banyak hidangan tersebut mengandung makna simbolis. Di Tiongkok Utara hidangan tradisional untuk perayaan ini adalah jiaozi (pangsit). Pangsit dibentuk seperti perahu agar mirip dengan logam perak Cina kuno, yang melambangkan kekayaan. Sementara di Tiongkok Selatan hidangan tradisional untuk perayaan ini adalah nian gao (kue beras ketan), karena nian gao dilafalkan mirip dengan “lebih tinggi lagi dalam setahun”, yang melambangkan adanya peningkatan. 
  • Menonton Acara Perayaan Tahun Baru di Jaringan Televisi Kabel CCTV, Sudah menjadi kebiasaan bagi banyak keluarga di Tiongkok berkumpul menghabiskan makan malam bersama sambil menonton acara perayaan tahun baru di jaringan televisi kabel CCTV. Acara dimulai pada pukul 8 malam dan berakhir pada tengah malam bersamaan dengan datangnya tahun baru. Acara yang ditampilkan berupa pertunjukan rakyat tradisional dan pop dari berbagai penyanyi, penari dan akrobatik terbaik di Tiongkok. 
  • Membagikan Amplop Merah (Uang Keberuntungan) kepada Anak-Anak, Biasanya orangtua membagikan kepada anak-anak amplop merah (angpau) setelah makan malam bersama keluarga, dengan harapan agar di tahun mendatang anak-anak selalu sehat, cepat besar dan berhasil dalam studinya. Amplop2 merah ini berisikan uang di dalamnya. Uang di dalam amplop merah dipercaya akan mendatangkan peruntungan yang baik, karena merah merupakan warna keberuntungan, sehingga uang di dalam amplop merah disebut sebagai uang keberuntungan. 
  • Bergadang hingga Larut Malam, Tradisi ini disebut shousui (守歲). Dahulu masyarakat Tiongkok bergadang sepanjang malam, tetapi sekarang kebanyakan hanya terjaga hingga berakhirnya pesta kembang api dan petasan selepas tengah malam saja. 
  • Mendengarkan Lonceng Tahun baru, Lonceng merupakan simbol dari tradisi Tahun Baru Imlek, dan masyarakat Tionghoa percaya bahwa dengan membunyikan lonceng yang besar akan mengusir pergi semua kemalangan dan mendatangkan nasib baik. Masyarakat Tiongkok senang mendatangi alun-alun atau kuil dimana biasanya terdapat lonceng besar yang akan dibunyikan pada tengah malam menjelang tahun baru.
3. Hari Tahun Baru Imlek (Hari H), 
Masyarakat Tionghoa percaya bahwa apa yang mereka lakukan pada hari pertama di tahun yang baru akan mempengaruhi peruntungan mereka di sepanjang tahun tersebut. 
Membunyikan Petasan dan Kembang Api, Momen datangnya tahun baru ditandai dengan hiruk pikuk bunyi petasan dan kembang api di mana-mana, bahkan hingga ke pelosok. Sumbat telinga boleh jadi pertimbangan – karena kita akan seperti berada di tengah-tengah pecahnya Perang Dunia ke-3!. Bunyi kembang api akan seperti pelontar roket yang diluncurkan dan rentetan petasan akan seperti suara senapan mesin. Seluruh keluarga bergadang menikmati momen yang menggembirakan ini. Di kota-kota besar : menyalakan petasan adalah kebiasaan paling penting dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Tetapi karena membahayakan lingkungan dan kebisingan yang ditimbulkannya cukup mengganggu, pemerintah telah melarang kegiatan ini di banyak kota besar, seperti Beijing, Guangzhou, dan Shanghai. Kembang api yang meledak di udara masih diperbolehkan di banyak negara. Sementara masyarakat di kota-kota kecil dan area pedesaan masih mempraktekkan tradisi menyalakan petasan dan secara umum dianggap tidak membahayakan. Tepat saat jam berdentang 12 kali, seisi kota akan diterangi oleh cahaya letusan dan kilau percikan kembang api yang memecah di langit. Suara dentumannya yang mencengangkan terdengar keras di banyak tempat. Anak-anak dengan petasan (yang lebih kecil) di salah satu tangan dan korek api di tangan lainnya, dengan riang gembira merayakannya dengan menyulut satu per satu petasan di jalan sambil menutup telinga. Pelontar roket kecil juga populer di kalangan anak-anak, bisa melontarkan 10 atau 20 kembang api kecil dalam interval setiap 5 detik secara berulang di sepanjang jalan. Banyak orang menghadiri atau menyaksikan pertunjukan kembang api ini sekitar 40 menit dari jendela rumah mereka. 
  • Penyembahan kepada Leluhur, Di mana : Adat ini sudah dikenal sejak jaman kuno, pemujaan terhadap leluhur dilakukan secara luas di seluruh Tiongkok daratan; dimulai dengan menyapu makam untuk menyembah leluhur di pemakaman leluhur atau di kuil. Masyarakat melakukan penyembahan kepada leluhur di ruang utama rumah mereka, dimana terdapat altar leluhur. Kemudian seluruh anggota keluarga berlutut dan membungkuk di depan altar, dari yang tertua sampai yang termuda. Kapan : Tradisi ini dilakukan selama beberapa hari pada Festival Musim Semi, tetapi yang terutama dilakukan pada Hari Tahun Baru. Di Tiongkok, penyembahan terhadap leluhur dilakukan setiap tahun sejak ribuan tahun yang lalu. Mengapa : Penyembahan kepada leluhur menunjukkan penghormatan, ketakwaan, dan rasa kehilangan atas kepergian keluarga pada perayaan ini. Selain itu diyakini pula bahwa arwah leluhur akan melindungi keturunannya dan menjadikan mereka lebih sejahtera. 
  • Mengenakan Pakaian Baru dan Mengucapkan Salam Tahun Baru, Di hari pertama tahun baru, masyarakat Tionghoa mengenakan pakaian baru dan mengucapkan “gongxi” (恭喜) yang secara harafiah bermakna ‘salam’ atau ‘harapan baik’; saling mendoakan, semoga beruntung dan semoga berbahagia di tahun yang baru. Sesuai tradisi, generasi yang lebih muda mengunjungi yang lebih tua dan mendoakan kesehatan mereka serta diberi umur panjang. Di tahun-tahun terakhir ini, muncul cara baru dalam memberi ucapan salam Tahun Baru, terutama di kalangan generasi muda. Kesibukan membuat orang tidak lagi memiliki waktu untuk berkunjung ke teman atau keluarga. Sebagai gantinya, cukup kirimkan kartu ucapan Tahun Baru, menggunakan aplikasi mobile Wechat atau berkirim pesan singkat/sms. 
4. Menyaksikan Atraksi Tari Barong Singa dan Barong Naga
Tari Barongsai dan Naga bisa disaksikan pada hari-hari sebelum dan setelah Tahun Baru. Atraksi ini juga dapat ditemui di banyak tempat, seperti di pusat-pusat perbelanjaan dan di halaman kelenteng.Tahun Baru Hari ke-2 (H+2), Menurut tradisi, anak perempuan yang sudah menikah (keluar) WAJIB berkunjung ke rumah orang tua kandungnya di hari ke-2 Tahun Baru Imlek. 
 
5. Tahun Baru Hari ke-3 hingga ke-7 (H+3 s/d H+7), Di hari ke-3 hingga hari ke-7 dirayakan dengan mengunjungi sanak keluarga dan teman. Sebagian masyarakat mengunjungi makam kerabat atau semarga. Membersihkan rumah untuk pertama kalinya di tahun baru: Masyarakat Tionghoa tidak membersihkan rumahnya selama dua hari pertama di Tahun Baru, karena aktivitas menyapu diyakini bisa ikut menyapu pergi keberuntungan yang ditinggalkan oleh sisa-sisa letusan kembang api, kertas merah, kertas pembungkus dan bukti sisa-sisa perayaan lainnya yang terserak di lantai. 
 
6. Tahun Baru Hari ke-8 (H+8)
Normalnya masyarakat sudah kembali bekerja di hari ke-8, selain itu karena 8 adalah angka keberuntungan. Banyak pelaku usaha memilih membuka kembali usahanya di hari ke-8.

7. Tahun Baru Hari ke-15 (H+15; Cap Go Meh)
Hari ke-15 di Tahun Baru adalah Festival Lampion (元宵節; Yuánxiāo Jié). Menurut tradisi, inilah akhir dari perayaan Festival Musim Semi. Sebagian masyarakat melepaskan lampion terbang ke udara, sementara sebagian lainnya menghanyutkan lampion ke laut, sungai atau mengapungkannya ke danau.

1 komentar

  1. Senapan Angin merupakan senapan / senjata yang digemari karena sensasi ketegangan; sensasi kekuatan; serta sensasi kebanggan luar biasa yang didapatkan hanya karena senjata angin ini. Distro Sniper Group sebagai Distributor Senapan Angin menjawab semua keperluan anda untuk mendapatkan sensasi-sensasi luar biasa.

    BalasHapus

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.