Membakar Kertas Berbentuk Pakaian di Makam

Di zaman purbakala, orang paling tuaakan memimpin seluruh keluarga pergi ke kuburan leluhur pada hari pertama bulan kesepuluh lunar. Mereka mengeduk tanah dengan pakaian mereka untuk ditambahkan ke dalam kuburan.Konon katanya semakin banyak tanah yang mampu dikumpulkan orang, semakin besar keluarga tersebut kelak. Kepala keluarga memimpin para anggota keluarga untuk membawa kotak makanan ke sebuah meja besar untuk menyimpan semua sesajen dan berdoa kepada leluhur di kuburan. Pada masa kini upacara yang dilakukan jauh lebih sederhana, dengan hanya beberapa makanan yang mewakili , terutama kue dumpling (kue Cina). 

Saat menyiapkan untuk "membakar pakaian musim dingin", perawatan akan dilakukan untuk memasukkan kapas di antara kertas di antara kertas berwarna sehingga orang meninggal tersebut dapat membuat pakaian katun dan selimut untuk menjaga mereka tetap hangat. Berbagai bentuk seperti baju, topi, sepatu dan selimut digunting dari kertas warna-warni. Terkadang bahkan membuat rumah dari kertas dengan tiang yang layak, pintu dan jendela. Tiruan ini, meskipun lebih kecil daripada pakaian sebenarnya, bisa jadi terlihat lebih indah, beragam dan rumit daripada benda yang sebenarnya. 

Semua pakian, uang neraka/akhirat dan benda yang diniatkan untuk orang meninggal harus dibakar. Diyakini bahwa kertas hanya bisa diubah menjadi pakaian, rumah, baju dan uang yang sesuai untuk dipakai di akhirat apabila proses pembakaran tuntas. Bilamana ada bagian apa pun  yang gagal terbakar, seluruh benda tidak dapat terkirim ke penerima yang dimaksud. Sebagian orang juga membakar pakaian daru jertas tersebut du oerenoatan jalan untuk mempersembahkannya kepada arwah yang gentayangan, sehingga mereka yang sudah mati, benda-benda yang dibakar untuk mereka. 

Di sebagian tempat di Cina, proses pembakaran akan dilaksanakan di kuburan, biasanya sebelum matahari terbit. Namun, sebagian orang lebih suka melakukannya di ambang pintu. 

Pada masa kini kebiasaan membakar sesajen di makam tidak sebanyak sebelumnya yang menyebar luas di banyak tempat, terutama di kota-kota. Orang biasanya mempersembahkan serangkaian bunga atau mengucapkan doa perlahan di makam untuk menunjukan hormat mereka bagi orang yang telah meninggal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.