Sutra Dharani Yang Disabdakan Buddha Mengenai Dewa Marici / Mārīcīdhāranīsūtra/ 佛說摩利支天陀羅尼咒經



Foshuo Molizhitian Tuoluonijing
Taisho Tripitaka 1256
Penterjemah dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Mandarin tidak diketahui, tetapi dilakukan
semasa Dinasti Liang (502 – 557)


DEMIKIANLAH YANG TELAH KUDENGAR. Suatu ketika, Sang Bhagava sedang berada di Taman Jetavana, Sravasthi, dengan disertai oleh para bhikshu utama sejumlah 1250 orang. Saat itu, Sang Buddha memberitahu para bhikshu, "Terdapat seorang dewa bernama Marici yang selalu melintas di hadapan sang surya. Dewa Marici ini tidak dapat dilihat, ditangkap, ditipu, diikat, atau dihutangi oleh siapapun. Selain itu, ia juga mustahil diperdaya oleh musuh."

Buddha membabarkan lebih jauh pada para bhikshu, "Bila ada orang yang mengenal nama Dewa Marici, ia juga tak akan dapat terlihat, ditangkap, ditipu, diikat, dihutangi, serta diperdaya musuh." Buddha melanjutkan ucapannya di hadapan para bhikshu,

"Jika ada pria dan wanita berbudi, mendengar nama Dewa Marici, hendaknya mereka berkata demikian:

"Saya siswa bernama <sebut
nama sendiri>. mengenal nama Dewa Marici ini. Oleh karenanya, tak seorangpun yang dapat melihat, menangkap, menipu, mengikat, berhutang, dan memperdaya saya."

Pada saat itu Buddha melafalkan dharani yang berbunyi :

Dan zhi ta. An jia mo si. Mo jia mo si. Zhi po luo
mo si. Mo he zhi po luo mo si. An duo li ta nuo mo
sa he.

dalam bahasa Sansekerta:

Tadyatha. Arkamasi. Markamasi. Sudhumasi.
Jvalamasi. Maha-jvala masi. Mariciya masi. Antardhanaya masi. Namo 'stute svaha.

[Ucapkan pula], "Lindungilah saya pada siang hari. Lindungilah saya pada malam hari. Lindungilah saya di tempat kediaman musuh.

Lindungilah saya di tengah marabahaya. Lindungilah saya dari petaka rampok, baik di manapun juga. Setiap saat lindunglah saya, siwa yang bernama <sebut nama sendiri> Svaha."

Buddha berkata pada para bhikshu, "Bila ada pria dan wanita berbudi, bhikshu, bhikshuni, upasaka, upasika, raja, menteri, rakyat, dan lain sebagainya, mendengarkan Dharani Marici dan dengan segenap hati melafalkannya, orang itu tak akan mengalami
berbagai mara bahaya di atas."

[Selanjutnya], Buddha [kembali] memberitahu para bhikshu, "Bila ada orang yang dapat menuliskan
dharani tersebut; melafalkan, menekuni, menyelipkan di sanggul rambutnya, mengenakan dalam baju, membawanya kemanapun pergi, maka segala marabahaya akan lenyap dan tiada lagi aral
melintang."

Setelah para bhikshu mendengarkan sabda Sang Buddha ini, mereka mempraktekkannya dengan gembira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.