Legenda Pengembala Sapi dan Gadis Penenun

Oranguta pengembala sapi meninggal ketika ia masih muda dan ia dibesarkan oleh kakak laki-lakinya yang memperlakukannya dengan kejam. Si penggembala sapi hanya dapat memercayai seekor sapi jantan tua. Satu hari, sapi jantan itu memberi tahu pengembala sapi bagimana cara ia dapat menikahi gadis penenun. Pada hari ditentukan, peri cantik akan pergi ke gugus bintang Bima Sakti untuk mandi dan bermain-main air. Penggembala sapi yang bersembunyi di semak-semak, mengambil satu setel pakaian peri. Dengan panik dan bingung, para peri kembali ke kayangan, semuanya kecuali gadis penenun yang pakaiannya telah diambil pengembala sapi. Sang pengembala sapi meminta gadis penenun untuk menikahinya. Sang gadis penenun akhirnya bersedia setelah melihat uapaya tekun pengembala yang bersikeras. Pasangan muda tersebut menjalani kehidupan yang sangat bahagia dan gadis penenun selanjutnya melahirkan anak-anak. Sebelum si sapi jantan mati, ia memberi tahu pengembala sapi untuk menyimpan kulit sapinya dalam sebuah peti sampai ada kebutuhan untuk menggunakannya. Ketika sapi jantan tersebut mati, pasangan yang berduka itu menguliti dan mengambil kulit sapi itu dan mengubur mayatnya. 

Kaisar Jade dan ibunda ratu di kayangan mengetahui tentang pernikahan gadis penenun dan sangat murka. Gadis penenun dibawa kembali ke kayangtan ketika pengembaka sapi sedang keluar rumah. Saat pengembala sapi sedang keluar rumah. Saat pengembala sapi pulang ke rumah dan mendapati tidak dapat menemukan istrinya, ia mengenakan kulit sapi dan berlari keluar untuk mencari istrinya. Pengembala sapi hampir saja dapat meraih istrinya ketika ibunda ratu mengibaskan jepit emas rambutnya, dan menciptakan kekacauan sehingga pengembala sapu tidak dapat melewatinya agar dapat meraih gadis penenun. Setelah kejadian itu, pasangan yang malang tersebut hanya dapat saling menatap lewat betangan gugus bintang Bima Sakti. 

Seiring waktu berlalu, ibunda ratu melihat kesungguhan perasaan antara pengembala sapi dan gadis penenun, maka ia mengizinkan keduanya untuk saling bertemu satu tahun sekali. Konon hanya pada hari itu setiap tahunnya, seluruh burung murai di bumi akan terbang ke langit dan membangun jembatan yang melintasi bumi sakti sehingga pengembala sapi dapat menemu istrinya. 






     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.