KISAH 100 BUDDHA & BODHISATTVA (PANCA DHYANI BUDDHA / LIMA BUDDHA KEBIJAKSANAAN / THE FIVE WISDOM BUDDHAS / WU ZHI RU LAI / 五智如来)

Dalam Buddhisme Vajrayana, Panca Dhyani Buddha / Lima Buddha Kebijaksanaan / 五智如来 / Wǔzhì Rúlái adalah Lima Buddha Agung dan Lima Jina yang berarti "Penakluk" atau "Kemenangan". Merupakan perumpamaan dari lima kualitas Buddha. Istilah Buddha-Kebijaksanaan (Dhyani Buddha) pertama kali di catat dalam Bahasa Inggris oleh seorang berkewarganegaraan Britania Raya yang menetap di Nepal yang bernama Brian Hodgson. Pada awal abad ke-19, dan tidak tertera dalam sumber-sumber utama tradisional lainnya. Kelima Buddha tersebut merupakan subyek yang seringkali ditemukan dalam beragam mandala dari Buddhisme Vajrayana. Kelima Buddha tersebut merupakan subyek utama dari penyembahan dan meditasi dalam Buddhisme Shingon, sebuah sekte Buddhisme Vajrayana yang didirikan di Jepang oleh Kukai.


Mengapa Panca Dhyani Buddha? Di dalam Mahayana selain terdapat penghormatan terhadap Sakyamuni Buddha, sebagai Manussi Buddha, juga dikenal dan terdapat penghormatan dan pemujaan terhadap Dhyani Buddha. Bahkan umat Buddha di Indonesia sejak dulu telah melakukan pemujaan terhadap Dhyani Buddha ini, sebagaimana tercermin dengan rupang-rupang yang terdapat di Candi Borobudur.

Umumnya pemujaan terhadap Manussi Buddha dan Dhyani Buddha ini menjadi lengkap ditambah dengan pemujaan terhadap Dhyani Bodhisattva, karena sesungguhnya di dalam Buddha Mahayana ketiganya merupakan suatu kesatuan Trikaya, seperti yang tercermin pada rupang yang terdapat di Candi Mendut, yaitu Amitabha Buddha (Dhyani Buddha), Sakyamuni (Manussi Buddha), dan Avalokitesvara (Dhyani Bodhisattva).

Pemujaan terhadap Dhyani Buddha, Manussi Buddha, dan Dhyani Bodhisattva, yang masing-masing berjumlah lima, merupakan realisasi dalam bentuk pemujaan dari konsep ajaran Mahayana tentang tiga aspek tubuh Buddha atau Trikaya, yang terdiri dari: Dharmakaya, Sambhogakaya, dan Nirmanakaya.

Dhyani Buddha merupakan perwujudan dari Dharmakaya
Manussi Buddha perwujudan dari Nirmanakaya
Dhyani Bodhisattva perwujudan Sambhogakaya.

Masing-masing bertugas berpasangan untuk suatu kurun waktu yang bersamaan, seperti pasangan masa kini adalah: 
Dhyani Buddha Amitabha (Dharmakaya)
Manussi Buddha Sakyamuni (Nirmanakaya)
Dhyani Bodhisattva Avalokitesvara (Sambhogakaya).

Sedangkan pasangan masa lalu adalah:
Vairocana, Aksobhya, Ratnasambhava (Dhyani Buddha)
Kakusanda, Kanogama, Kassapa (Manussi Buddha)
Samantabhadra, Vajrapani, Ratnapani (Dhyani Bodhisattva)

Dan pasangan yang akan datang adalah:
Amoghasidhi (Dhyani Buddha)
Maitreya (Manussi Buddha)
Visvapani (Dhyani Bodhisattva)

Panca Dhyani Buddha merupakan aspek keseluruhan akan Dharmakaya atau Tubuh-Kenyataan, yang mana mewujudkan prinsip akan pencerahan. Pada awalnya dua Buddha tampak mewakili kebijaksanaan dan kasih sayang. Mereka adalah, secara berurutan Akṣobhya dan Amitābha. Perbedaan selanjutnya mewujudkan aspek akan kekuatan, atau kegiatan, dan aspek akan keindahan, atau kekayaan spiritual. Dalam Sutra of Golden Light (sebuah sutra Mahayana awal), tokoh-tokoh tersebut diberi nama Dundubishvara, dan Ratnaketu, tetap sejalan dengan waktu nama mereka berubah menjadi Amoghasiddhi dan Ratnasaṃbhava. Figur yang berada di pusat menjadi dinamakan Vairocana.

Susunan dari masing - masing Buddha dalam Panca Dhyani Buddha adalah sebagai berikut: 
1. Vairocana. Warna Putih / Posisi Tengah / Memutar Roda Dharma - Kebodohan / Ignorance
2. Aksobhya. Warna Biru / Posisi Timur / Menjaga, Menghancurkan - Kemarahan, Kebencian
3. Amitabha. Warna Merah / Posisi Barat / Menarik, Menundukkan - Egoisme
4. Ratnasambhava. Warna Kuning / Posisi Selatan / Memperkaya, Meningkatkan - Kebanggaan
5. Amoghasiddhi dan. Warna Hijau / Posisi Utara / Menenangkan - Iri Hati



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.