Penggambaran Xi Wang Mu (Maha Dewi Yao Ji Jing Mu) dari Dinasti ke Dinasti



Nama Ibu Ratu disebutkan pertama kali dalam inskripsi Tulang Orakel dari Dinasti Shang (1766-1122 B.C.). Salah satu inskripsi-inskripsi tersebut menuliskan:

"Pembuatan retakan pada hari ke-9, hari 9; kami meramalkan, jika kita memberikan persembahan untuk ibu timur dan ibu barat, akan ada persetujuan."
Ibu Barat merujuk pada dewata kuno yang tinggal di barat. Sifat-sifat alamiah dewi Ibu dari Dinasti Shang tersebut masih belum jelas, tetapi dipandang sebagai kekuatan hebat yang pantas menerima ritual dari masyarakat Shang.

Xi Wang Mu diciptakan dari intisari yang paling murni dari hawa langit bagian barat dan lahir di tempat yang disebut “Yi Chuan”, dengan nama keluarga Hou. Nama kecilnya adalah Hui alias Wan Jin. Ia adalah penguasa langit bagian barat. Ia bersama Dong Wang Gong, yang diciptakan dari intisari hawa langit bagian timur (penguasa langit timur), merupakan lambang Yin dan Yang. Kedua unsur ini bekerjasama menciptakan langit dan bumi beserta makhluk di dalam semesta. Jadi kedua unsur inilah yang menjadi asas yang paling hakiki dari kehidupan, dan merupakan nafas dari segala makhluk hidup.[3]

Buku Book of Pillow karya Ge Hong menyebutkan bahwa Tuhan tertinggi adalah Yuanshi Tianzun, yaitu Pangu yang telah sempurna. Ia telah ada sebelum penciptaan Surga dan Bumi. Setelah penciptaan, ia tinggal di Gunung Kapital Giok yang berada di pusat surga. Napas vital Taonya melahirkan Ibu Suci Primordial. Keduanya berpasangan dan melahirkan Kaisar Fushang serta Xi Wangmu.[4]

Zhuangzi 
Salah satu referensi paling pertama dari Xi Wangmu berasal dari penulis Taoisme bernama Zhuangzi (sekitar abad ke empat SM):

"Ibu Ratu dari Barat memperolehnya..." (_Tao) "..._dan mengambil kedudukan di Shao kuang. Tak seorang pun tahu asal mula dia; tak seorang pun tahu bagaimana akhir dia."[2]

Zhuangzi menggambarkan Xi Wangmu sebagai salah satu dewata tertinggi, artinya ia telah memperoleh keabadian dan kekuatan ilahi. Zhuangzi juga menegaskan bahwa Xiwangmu berkedudukan pada sebuah rentetan pegunungan spiritual di barat, dan menduga dirinya tidak hanya memiliki koneksi dengan surga, tetapi juga arah barat.

Penggambaran dari Dinasti Han Sunting
Pada masa Dinasti Han, kedudukan Xi Wangmu meningkat lebih tinggi dan dihubungkan dengan kepercayaan mengenai keabadian. Buku Taois Dinasti Han yang berjudul Buku Master Huainan menyebutkan bahwa Yi meminta obat keabadian kepada Xi Wangmu, tetapi Chang’e istrinya mencuri obat tersebut. Setelah menelannya, Chang’e terbang ke bulan. Kisah tersebut menjelaskan mengapa Xi Wangmu sangat dihubungkan dengan kepercayaan mengenai keabadian. Bersama dengan Dong Wang Gong, keduanya dikelilingi sosok-sosok bersayap digambarkan pada permukaan cermin tembaga Dinasti Han, menyignifikasikan bahwa ia menjadi pusat bagi mereka yang memiliki aspirasi untuk Terbang menuju Keabadian.[4]

Catatan dari Dinasti Tang 
Selama Dinasti Tang (18 Juni 618-4 Juni 907), karya sastra tumbuh subur di China (periode ini dikenal dengan sebutan "masa keemasan sastra China "). Pada periode ini, Ibu Ratu menjadi tokoh yang sangat populer dalam sastra. Mitologinya tercatat dalam puisi-puisi Quan Tangshi, sebuah kumpulan puisi yang selamat (dari yang diperkirakan sekitar of 50,000 tulisan dari masa itu) dari Dinasti Tang.[7]

Setelah jatuhnya Dinasti Tang (sekitar 910 - 920), seorang guru Taois Shang-ching dan penulis kronikel pengadilan yang bernama Tu Kuang-ting menulis sebuah biografi agiografikal Xi Wangmu sebagai bagian dari tulisannya yang berjudul "Yung ch'eng chi hsien lu" ("Catatan Kumpulan Transenden dari Kota Bertembok Kokoh "). Catatan ini menjadi sumber informasi paling komplit mengenai persepsi masyarakat Tang terhadap Xīwángmǔ.[8]

Perubahan kultus pada masa Dinasti Ming dan Qing
Pada masa Dinasti Ming dan Qing, kepercayaan yang beredar di masyarakat mengenai Xi Wangmu mengalami perubahan. Sebagian mempercayainya sebagai Ibu Mulia yang Tidak Dilahirkan dan memujanya sebagai Dewi Tertinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap kepercayaan penduduk dan membentuk beberapa kepercayaan baru pada beberapa sekte.[4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.