Jenis-jenis Upacara Keagamaan / Ritual TRIDHARMA




Pemujaan TRIDHARMA

Tradisi orang Tionghoa semenjak zaman purbakala sampai kini adalah memuja Roh (Bai Shen). Roh-roh yang dipuja itu pada mulanya adalah arwah para leluhur (Di), Roh Tanah (She), Roh Padi-Padian (Ji), Roh Langit (Tian), Roh Bumi (Di), hingga meluas ke Roh seisi alam semesta. Mereka percaya bahwa-Roh-Roh itu bisa membantu keberadaan manusia apabila dihormati. Itulah kepercayaan Animisme dan Dinamisme yang umum dijumpai pada semua masyarakat purba di muka bumi. Meskipun kepercayaan semacam itu sebagian besar sudah luntur pada masa modern ini, tetapi pada Bangsa Tionghoa masih tetap bertahan dan berkembang. Bahkan masuknya agama Buddha dan lahirnya agama Tao di serta Konghucu China makin menambah banyaknya Roh-Roh pujaan. Roh Pujaan itu disebut Shen Ming (Roh Suci). Untuk lebih memusatkan perhatian pada pemujaan, dibuatlah patung sebagai lambang dari Roh tersebut.[2]

Dalam pengertian umum, memuja biasanya dilakukan oleh pihak yang lebih rendah kepada pihak yang lebih tinggi derajatnya. Namun bagi orang Tionghoa, memuja roh berarti: "upaya untuk mengormati keberadaan roh, dan untuk berhubungan dengannya". Oleh karena itu, tujuan pemujaan di Klenteng menjadi beraneka rupa.[2]

Untuk refleksi diri atau menyelaraskan rohani dengan alam semesta.
Untuk menghormati para Roh Suci yang telah berjasa. Misalnya kepada Laozi, Kong Hu Cu, dan Buddha Sakyamuni yang merupakan guru-guru besar ketiga ajaran.
Untuk berterima kasih atas anugerah dalam hidup.
Untuk memohon restu, nasihat, atau bantuan. Misalnya kepada Kwan Im dan Chen Fu Zhen Ren.
Untuk memohon kesaksian Shen Ming. Misalnya berikrar di hadapan Gong Zu Guan Gong di Klenteng Tuban.
Untuk menunjukkan rasa bakti atau kasih. Misalnya kepada arwah leluhur, keluarga, dan sahabat dalam Festival Qingming.
Untuk membantu arwah leluhur dan arwah semua makhluk hidup yang sedang berada di alam menderita. Menurut kepercayaan, arwah para penjahat atau yang tidak ikhlas pada kematiannya akan tersesat dan bergentayangan. Arwah-arwah seperti ini perlu dibantu dengan doa-doa dan persembahan, misalnya dalam ritual Cioko atau Ulambana.

Hari-hari sembahyang yang penting

Upacara keagamaan yang diadakan di Klenteng sebenarnya berkaitan erat dengan tradisi perayaan di kalangan rakyat. Secara garis besar, ritual-ritual tersebut terbagi menjadi tiga bagian.

1. Upacara pergantian musim

Festival Chun Jie (Xin Jia) atau Tahun Baru Imlek.
Festival Yuan Xiao Jie (Cap Go Meh) sebagai penutupan Tahun Baru Imlek. Tanggal 15 bulan 1 Imlek.
Festival Duan Wu (menyambut Musim Panas) yang dimeriahkan lomba Perahu Naga. Imlek tanggal 5 bulan 5.
Festival Zhong Qiu Jie (Tiong Ciu). Festival Musim Gugur atau Festival Kue Bulan. Imlek tanggal 15 bulan 8.
Festival Qixi (Perayaan Malam Tujuh). Festival pertemuan antara Niu Lang (Gembala Kerbau) dengan Zhi Nu (Gadis Penenun). Imlek tanggal 7 bulan 7.
Festival Chong Yang (Tiong Yang) yang dirayakan tanggal 9 bulan 9 Imlek. Masyarakat Tionghoa menggangap angka ganjil (1,3,5,7,9) bersifat Yang (positif, maskulin). Angka 9 merupakan angka ganjil tertua (titik balik dari kelimpahan (8) menuju kekurangan (0)). Tanggal 9 bulan 9 dianggap tanggal sangat jelek sehingga diadakan ritual untuk menangkalnya.
Festival Dongzhi (Tang Cek; Hari Wedang Ronde) untuk merayakan titik balik matahari saat musim dingin, dirayakan sekitar tanggal 22 Desember.
Festival Chu Xi atau malam Ji Kau Meh. Malam di hari terakhir tahun Imlek.

2. Upacara penghormatan Leluhur

Lihat pula: Penghormatan Leluhur di China
Festival Qingming atau Cheng Beng. Setiap tanggal 5 April.
Festival Zhong Yuan, Cioko (Sembahyang Rebutan), atau Ulambana. Bulan 7 Imlek.
Festival Jiang Tian Gong (Kheng Thi Kong) untuk berterima kasih kepada Thian (Tuhan) atas keselamatan dari pembantaian yang dilakukan pasukan Manzu.

3. Upacara peringatan hari suci Shen Ming (Roh Suci) 
Festival La Ji untuk menghormati Shennong (Dewa Pertanian) yang dibantu kucing dan harimau mengamankan lahan pertanian. Imlek bulan 12.
Festival Wei Ya (Bwee Ge), mengungkapkan syukur kepada Tu Di Gong (Dewa Bumi). Imlek tanggal 16 bulan 12.
Festival La Ba Jie (Lap Pat). Peringatan Buddha Sakyamuni mencapai pencerahan. Imlek tanggal 8 bulan 12.
Festival Ji Si Siang Ang (Song Wang), mengantar Dewa Dapur Zao Jun ke langit menghadap Thian. Imlek tanggal 24 bulan 12.
Ulang Tahun Tian Shang Sheng Mu. Imlek tanggal 23 bulan 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.