Sejarah THAY SUI Dewa Bintang (Duke of Jupiter) Bagian I



Sedikit sekali orang yang mengetahui tentang Thay Sui dan sedikit sekali orang yang tahu kalau Thay Sui itu sebenarnya ada 60. Saya juga mau bertanya, apakah ada yang tahu tentang sejarah masing2 Thay Sui yang berjumlah 60 itu ? Siapa saja mereka ? Dan kenapa mereka terpilih menjadi Dewa Thay Sui ? Atau adakah buku referensi yang dapat saya baca?

Dari “Cerita/Legenda” yang berkembang di masyarakat, Thay Sui adalah Dewa atau sekelompok Dewa (ada 60 Dewa) yang menguasai peredaran waktu, oleh sebab itu Dewa ini sangat disegani sekaligus dihormati. Pemujaan Thay Sui tercatat mulai jaman dinasti Yuan (1280-1368) yaitu pada waktu diadakan sembahyang besar yang dilakukan oleh para menteri dan cendekiawan yang tergabung dalam Akademi Penelitian Sejarah Kerajaan.

Dalam upacara-upacara keagamaan pada jaman sebelumnya yaitu pada jaman Tang dan Song, sembahyang kepada Dewa tersebut belum ditemui. Sembahyang kepada Dewa Thay Sui dilakukan apabila ada sesuatu pekerjaan besar dan penting akan dilaksanakan. Thay Sui adalah termasuk Dewa Bintang yang kira-kira disamakan dengan Yupiter. Sebab itu altar untuk upacara sembahyang kepadanya didirikan di tempat terbuka.

Pemujaan besar-besaran di altar seperti ini dimulai pada jaman permulaan Dinasti Ming, ketika Kaisar Ming pertama, Tai Zu memerintahkan agar pemujaan Dewa ini dilakukan seluruh negeri. Menurut legenda, Thay Sui Ye adalah Putra Kaisar terakhir dari Dinasti Yin atau Shang Zhou Wang yang lalim, Ibunya, permaisuri Jiang dibunuh secara kejam oleh Kaisar atas hasutan selirnya Daji. Ketika dilahirkan, ia berbentuk gumpalan daging yang aneh. Daji menghasut Kaisar Zhou, agar bayi aneh itu segera dibuang saja sebab berasal dari penjelmaan siluman.

Seorang pertapa menemukan gumpalan aneh itu dan dibelah selaput pembungkusnya dengan pisau dan seorang bayi lalu muncul dari dalamnya. Pertapa ini menyerahkan bayi itu kepada He Xian Gu (salah satu dari 8 Dewa) yang selanjutnya mengasuh dan membesarkannya. Oleh pertapa itu bayi ini diberi nama Yin Qiao alias Yin Ting Nu.

Setelah berusia cukup, He Xian Gu memberitahu bahwa ia bukan anaknya melainkan Putra Kaisar Zhou yang dibuang atas hasutan selir Daji. Yin Qiao minta ijin pada penolongnya untuk membalas kematian Ibunya. Dewi Thian Shang Sheng Mu memberinya 2 macam senjata pusaka berupa sebuah Kapak Perang dan sebatang Toya Emas.

Ketika pasukan Shang kalah perang, Yin Qiao menangkap Daji di menara tempat Daji tinggal dan membawa kehadapan kaisar Wu Wang yang kemudian mengijinkan membunuh Daji untuk membalas sakit hatinya. Setelah peperangan selesai YI HUANG DA DI menganugerahkan pangkat Thay Sui kepadanya.

Dalam Novel Feng Shen, ada versi yang agak berbeda dengan yang dikatakan di atas. Dikisahkan bahwa Yin Qiao dalam perjalanan turun gunung untuk bergabung dengan pasukan Jiang Zi Ya atas perintah Gurunya untuk menumbangkan dinasti Shang, bertemu dengan Shen Gong Bao yang kemudian menghasutnya berbalik melawan Jiang Zi Ya.

Ketika dalam pertempuran ia berhadapan dengan Ran Deng Dao Ren, pertapa sakti dari pihak Jiang Zi Ya, ia terbunuh. Setelah diadakan pelantikan para Dewa, Yin Qiao diangkat sebagai Tai Sui Xing Jun. Cerita ini sumber dari buku Dewa-Dewi Kelenteng.

Setiap tahun upacara kepada Thay Sui diadakan sesudah Tahun Baru Imlek oleh umat Tao yaitu upacara Po Un.

Beginilah sejarah “ilmiahnya”

Nama-nama Thay Sui dalam periode perputaran 60 tahun dan hubungannya dengan Shio

Sebenarnya, Thay Sue itu bukan wujud sesosok Dewa atau apa. Namun, cuma sebuah istilah dalam Ilmu Astronomi Tiongkok Kuno. Ahli Astronomi Tiongkok Kuno dulu menyadari bahwa dari 5 bintang yang besar, terutama Muk Xing (Bintang Kayu) mengorbit dalam peredarannya selama 12 tahun, tepatnya 11,88 tahun (hitungan tahun bumi) dalam satu lintasan yang lengkap. Artinya kalau dihitung dari satu titik dilangit sana, MU XING akan beredar sesuai lintasan orbitnya dan kembali ke titik tersebut dalam kurun waktu 12 tahun bumi.

Ini berarti, saat MU XING bergerak dengan jarak 1/12 edaran orbitnya, maka dibumi sudah berlalu waktu selama 1 tahun dan kembali ke awal tahun di Bumi yang kita tempati ini. Maka dari itu, orang-orang kuno jaman dulu menyebut MU XING sebagai Sue Xing (Bintang Umur, Sue = umur). MU XING beredar satu putaran berarti 12 tahun dan 12 tahun ini dipakai untuk menentukan standard tahun dan umur yang dijabarkan dalam 12 istilah tahun waktu dan lebih mudahnya dilambangkan dalam bentung Nama Binatang (SHIO).

Para Ahli Astronomi Tiongkok juga mengamati bahwa MU XING ini beredar dari Barat ke Timur, sedangkan bintang-bintang lainnya beredar dari Timur ke Barat, hal ini akan menyulitkan mereka dalam menentukan tahun dengan khusus melihat MU XING saja. Oleh karena itu, mereka lantas secara abstrak menentukan seolah-olah diseberang posisi MU XING diandaikan ada sebuah “bintang” yang tidak kelihatan. Yang bergerak berbalik/berlawanan arah dari gerakan MU XING.

Dengan demikian maka akan sesuai dengan arah gerakan bintang-bintang lainnya, sehingga memudahkan dalam menentuhan waktu dalam astronomi Tiongkok Kuno. Nah “bintang” yang tidak kelihatan/nampak itulah dinamakan THAY SUE (Sue – Yin/Bintang Sue yang abstrak). Kata “THAY SUE” berarti SUE yang paling awal.

Karena itu kita tahu kalau Para Astronomi Tiongkok kuno itu menggunakan arah dan posisi “Bintang Maya” ini sebagai petunjuk untuk menentukan awal sebuah tahun baru. Sedangkan bagi manusia, setiap penambahan satu tahun berarti penambahan umur juga, makanya “Bintang Maya” diberi nama THAY = yang awal, sedangkan SUE = Umur. Jadi, THAY SUE adalah Bintang yang paling awal menentukan hitungan umur seseorang.

Lantas kenapa dalam sistem peramalan tertentu menggunakan “sosok” tertentu, itu tak lain sama seperti pertanyaan kenapa SHIO kok menggunakan nama-nama binatang tertentu sebagai lambangnya. Itu tak lain ya cuma sebagai patokan semu saja, untuk sekedar mempermudah suatu perhitungan dalam praktek riitual keagamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.