Dewa-Dewa yang dianggap sebagai Tu Di Gong (Dewa Bumi) Tu Di Gong (bahasa Tionghoa: 土地公; pinyin: tǔ dì gōng; Pe̍h-ōe-jī: Thó-tī-kong/Thó͘-tī-kong), juga dikenal dengan sebutan Tu Di (土地), Tu Gong (社公; 土公), bagian 4 dari 5 Tulisan

1. Fu De Zhen Shen (福德正神)

Sebuah cerita mengatakan bahwa Fu De Zheng Shen sesungguhnya adalah seseorang yang pernah hidup di zaman Dinasti Zhou, pada masa pemerintahan kaisar Zhou Wu Wang, bernama Zhang Fu De. Dia lahir pada tahun 1134 SM. Sejak kecil, Zhang Fu De sudah menunjukkan bakat sebagai orang yang pandai dan berhati mulia. Ia memangku jabatan sebagai menteri urusan pemungutan pajak kerajaan. Dalam mejalankan tugasnya, ia selalu bertindak bijaksana tidak memberatkan rakyat sehingga rakyat sangat mencintainya. Ia meninggal pada usia 102 tahun.

Jabatannya digantikan oleh seseorang yang bernama Wei Chao. Wei Chao adalah seorang tamak dan rakus serta kejam. Dalam menarik pajak ia tidak mengenal kasihan sehingga masyarakat sangat menderita. Akhirnya karena penderitaan hidup yang tak tertahankan, penduduk banyak yang pergi meninggalkan kampung halamannya sehingga sawah ladang banyak terbengkalai. Mereka berharap mendapatkan pemimpin yang bijaksana seperti Zhang Fu De yang telah meninggal. Sebab itulah kemudian mereka memuja Zhang Fu De (Thio Hok Tek – Hokkian )sebagai tempat memohon perlindungan. Dari nama Zhang Fu De inilah kemudian muncul gelar Fu De Zheng Shen yang dianggap sebagai Dewa Bumi.[5]

2. Da Bo Gong (Toa Pek Kong - Hokkian) / Pek Gong (伯公), Tu Ti Hou Fu Shen (土地或福神), atau Dabo Gong (大伯公)

Umat Tridharma atau Taoisme kebanyakan mengira bahwa Da Bo Gong(Toa Pek Kong) dan Tu Di Gong adalah Dewa yang sama karena penampilan mereka yang mirip. Sebenarnya, Da Bo Gong adalah dewa perairan sementara Tu Di Gong adalah dewa bumi.

3. Hou Tu (后土), Tu Shen (社神),

Pada masa Dinasti Qin, banyak masyarakat awam yang ditangkap untuk bekerja paksa dalam proyek pembangunan Tembok Raksasa Cina. Banyak pria-pria dewasa dari Mengjiang yang akhirnya tewas dalam proyek ini. Para wanita dari Mengjiang berduka cita sehingga mereka menangis sepanjang perjalanan mereka menuju lokasi pembangunan. Setelah melalui perjalan panjang yang sukar, mereka berhasil mencapai Tembok Besar dan melihat tulang-belulang putih berserakan, tidak dapat teridentifikasi lagi. Seorang pria tua berambut serta berjanggut kelabu tiba-tiba muncul dan berkata, "Teteskan darahmu pada tulang. Jika tulang itu berubah warna, tulang itu adalah tulang kerabatmu." Banyak yang mengikuti petunjuk itu sehingga mereka berhasil menemukan tulang-belulang keluarga mereka. Kisah tersebut melahirkan legenda mengenai Hou Tu.[3]

4. Datuk Gong / Na Du Gong (拿督公)

Na Du Gong (Hanzi =拿督公; pinyin=Ná Dū Gōng; POJ=Ná-tok-kong) adalah para roh penjaga lokal di Malaysia. Salah satu variasi namanya adalah Datok atau Datuk (Datok Gong), berasal dari bahasa Malaysia yang memiliki arti 'kakek'. Nama Datuk digunakan sebagai panggilan kehormatan, demikian pula gelar Gong juga merupakan gelar kehormatan. Salah satu versi asal mula pemujaan Na Du Gong adalah bahwa mereka berasal dari pemujaan Tu Di Gong yang berasal dari China[7] dan Datuk Keramat yang merupakan dewa asli Malaysia.

Dalam penamaan mandarin, Ná (拿) memiliki makna "memegang, merampas, menangkap, menahan, mengambil"; Dū (督) "mengawasi dan mengarahkan, gelar kuno dalam pasukan"; dan Gōng (公) "publik, milik orang banyak, umum, internasional, membuat publik, adil, jujur, gelar kebangsawanan, pria terhormat, ayah mertua, jantan (binatang)"

Gelar resmi untuk Na Du Gong adalah Na Du Zun Wang (Hanzi=拿督尊王; [[pinyin]= Ná Dū Zūn Wáng). Zūn (尊) memiliki makna "senior, angkatan tua, menghormati, menghargai, gelar"; Wáng (王) adalah "raja atau monarki, yang terbaik dalam jenisnya, agung, besar, mengatur, memimpin".

Dalam bahasa Malaysia, datuk memiliki arti "walikota, kakek, pendahulu, leluhur, bapak tua". Ia dikenal dengan nama Datok Gong atau Da Tok kong dalam logat Hokkien. Ia juga disebut sebagai Datuk Keramat atau Datok Haji Keramat.

Agama-agama tradisional di Asia tergolong dalam agama yang memuja alam. Na Du Gong sendiri merupakan sisa peninggalan agama tradisional Malaysia sebelum kedatangan Islam. Sekarang ini, roh-roh pujaan tradisional di Malaysia disebut dengan nama jin kafir sementara roh penjaga disebut penunggu atau Datuk Keramat. Para Datok dan Keramat dipandang sebagai salah satu alternatif untuk memohon perlindungan serta penyembuhan. Namun, pemujaan mereka menurun setelah pejabat Islam di Malaysia menekan berbagai aktivitas semacam itu, dan pada saat itu justru mulai diadopsi oleh warga China di Malaysia. Medium yang disebut bomoh bertugas sebagai perantara komunikasi antara Datok dan Keramat dengan para pemujanya.

Tidak jelas mengapa masyarakat China di Malaysia, yang memiliki Dewa Bumi sendiri, dengan mudahnya menerima Datok ke dalam panteon keagamaan mereka. Kemungkinan pertama adalah mereka memerlukan para dewata lokal untuk memberikan perlindungan spiritual yang lebih kepada mereka, kemungkinan kedua karena para Datok terkenal sering memberikan nomer lotre yang jitu.

Bagi sebagian besar warga China di Malaysia, Na Du Gong merupakan roh penjaga lokal yang tinggal di pepohonan, rumah-rumah semut, gua-gua, bantaran sungai, dan pada formasi bebatuan yang berbentuk aneh. Setelah seseorang memperoleh penglihatan wujud spiritual sesosok roh Datok, biasanya berwujud macan putih atau pria tua yang berpakaian putih, barulah pemujaan kepadanya dimulai. Sesosok Na Du Gong juga bisa diundang untuk tinggal di luar rumah sebuah keluarga sebagai perlindungan dan keberuntungan (pemujaan Na Du Gong tidak pernah dilakukan di dalam rumah). Masyarakat juga terkadang membangun sebuah kuil kecil di samping jalan untuknya.

Ritual 
Para pemuja Na Du Gong biasanya mempersembahkan sepasang lilin putih, tiga batang hio, serta kemenyan. Pada Kamis malam, pemuja Na Du Gong memberikan persembahan spesial berupa daun sirih lengkap dengan kapur sirih, potongan buah pinang, tembakau, dan rokok daun serta persembahan lain seperti buah-buahan. Babi, bir, arak, dan produk beralkohol lain tidak digunakan sebagai persembahan karena bertentangan dengan hukum Islam (tidak disukai oleh Datuk Haji Keramat).

Setiap Na Du Gong memiliki hari raya yang berbeda. Pada negara bagian utara (Perlis, Kedah, dan Penang), para pemuja biasanya menyembelih ayam bahkan terkadang juga kambing pada hari festivalnya. Ayam dan sapi wajib disembelih oleh umat Muslim, terutama lagi kambing, supaya persembahan tersebut diterima oleh Datok. Dagingnya dimasak kari kemudian dipersembahkan kepada Datok bersama dengan nasi kuning. Persembahan seperti ini juga dipersembahkan oleh pemuja yang permohonannya dikabulkan, misalnya menang lotre.

5. Di Zhu / Papan Dewa Di Zhu di Malaysia

Dizhu (bahasa Tionghoa: 地主神, berarti Roh Bumi) adalah roh dalam kepercayaan China, yang setara dengan Tu Di Gong. Papan Roh Di Zhu bertuliskan (dua baris di tengah) "kiri: Dewa Bumi untuk masyarakat Tang yang berada di luar wilayah), kanan: Naga dari lima sisi dan lima bumi (Fengshui). Tulisan disamping berarti "Kemakmuran datang dari sepuluh ribu arah dan bisnis datang dari ribuan mil." Hal ini dipercayai bahwa Dewa Di Zhu memiliki kuasa untuk mengumpulkan kemakmuran, dan penempatan papan harus diletakkan sesuai dengan aturan Feng Shui.


  

1 komentar

  1. info aktual terbaik dan terpercaya - info ahli spuritual hebat dan ternama , dukun ampuh mujarab kiai arong kacombong , alamat dukun pelet paling ampuh , dukun pelet ternama dan terpercaya di pulau jawa dan bali...silahkan anda konta whatpsap : +628 53 4388 8191, atau silahkan kunjugi websiite resmi . htpp://dukunsaktikualaberangterengganu.blogspot.com , info terpercaya dan aktual dukun spiritual ternama 2019 ,, semoga anda mendapatkan solusi terbaik.

    BalasHapus

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.