Dalam rangka memperingati hari Shejit CEN HUANG YE / SENG ONG YA (bln 5 tg 11 Imlek)



KISAH DEWA CHENG HUANG (SENG ONG YA) bagian 1 dari 3 Tulisan

Cheng Huang Ye (Hanzi: 城隍爺; hanyu pinyin: Chénghuáng; Hokkien: Seng Ong Ya) atau Cheng Huang Lao Ye (Hokkien: Seng Ong Lo Ya) adalah Dewa Pelindung Kota dalam agama Taoisme dan Khonghucu. Beliau dipercaya sebagai pejabat pengadilan di akhirat (alam baka) yang bisa mengisi kelemahan pengadilan di dunia. Demikianlah Cheng Huang Ye sangat dihormati di kalangan rakyat jelata.

Secara harafiah, Cheng Huang berarti parit pelindung benteng kota. Aksara Cheng (城) adalah tembok kota; Huang (隍) adalah parit kering di luar tembok kota; Ye (爺) adalah kakek/tuan terhormat. Cheng Huang Ye secara keseluruhan memiliki arti Kakek Pelindung Kota.

Cheng Huang Ye juga dikenal sebagai Dewa Kota.
Kepercayaan kepada Seng Hong Ya berasal dari pemujaan terhadap Shui Yong Shen (水庸神) atau Dewa Pengawas Saluran Air, salah satu dari Ba Zha Shen atau Delapan Dewa Palawija. Pemujaan kepada Ba Zha Zhen dimulai oleh Kaisar Purba Yao (堯) (2357 SM – 2258 SM). Shui Yong Shen memiliki kedudukan penting di antara ke delapan dewa. Arti namanya (Saluran Air) mengalami generalisasi meliputi saluran atau parit pelindung benteng.[1]

Pada zaman Tiga Kerajaan (Hanzi: 三國; Hanyu pinyin: San Guo; Fujian/Hokkian: Sam Kok ) tahun 221 M – 265 M, Kerajaan Wu (Fujian: Gouw) mulai menghormati Cheng Huang tersendiri, terlepas dari Ba Zha Shen. Tahun 239 M didirikan kuil Cheng Huang Ye yang pertama, bernama Cheng Huang Miao (Hanzi: 城隍廟; Fujian/Hokkian: Seng Ong Bio]]. Pada masa Dinasti Tang (唐) tahun 618 M – 907 M, tiap ibukota provinsi mulai banyak mendirikan kuil untuk menghormati Cheng Huang. Semenjak saat itu, Cheng Huang secara resmi menjadi Dewa Pelindung Kota.[1]

Kaisar pertama Dinasti Ming yang bernama Zhu Yuan Zhang (Hanzi: 朱元璋) mengangkat Cheng Huang sebagai Tian Xia Dou Cheng Huang atau Dewa Pelindung Ibukota Negara. Pada masa inilah Dewa-Dewa kota di tiap kota diberi pangkat yang berbeda-beda mengikuti urutan kepangkatan pejabat pemerintah dan kuil-kuilnya berbentuk seperti kantor pejabat pemerintah. Pada masa Dinasti Qing (1644 – 1911), setiap kantor pemerintah baik sipil maupun militer diharuskan membangun sebuah kuil untuk memuja Cheng Huang di dekatnya, sebagai lambang Yang (pemerintahan yang nyata yaitu kantor pemerintah) dan Yin (pemerintahan roh yang berupa kuil Cheng Huang). Para pejabat wajib bersembahyang setiap Ce It (Imlek tanggal 1) dan Cap Go (Imlek tanggal 15).[1]

Banyak kota-kota di Negara China yang mendirikan kuil untuk Cheng Huang. Mirip dengan Yunani kuno, bangsa China secara tradisional mempercayai adanya Dewa-Dewa Penjaga yang mengawasi tiap-tiap kota.[2] Bangsa China percaya bahwa Cheng Huang mengawasi seluruh kota dan melindungi tembok, benteng, dan parit kota dari roh pengganggu.[3]

Dewa-dewa Kota dipercaya mempengaruhi beberapa aspek kehidupan penduduk kota, termasuk suasana pembangunan di dalam tembok kota, masalah komunitas seperti kebutuhan akan hujan, dan permohonan personal seperti kesembuhan dari penyakit. Penduduk akan menghadap Dewa Kota untuk memohon bantuan pada masa terjadi bencana alam atau krisis lainnya. Dewa Kota juga disebut untuk menolong seseorang yang dituduh melakukan kejahatan. Si tertuduh akan menghadap sang dewa dan memohon pertanda untuk menunjukkan bahwa mereka tidak bersalah.[4]
Kepangkatan Dewa-Dewa Kota

Kepercayaan kepada Cheng Huang Ye tersebar secara turun-temurun di kalangan rakyat China. Orang-orang percaya bahwa para pahlawan yang telah gugur, orang-orang yang bajik atau telah berjasa bagi masyarakat, akan diangkat menjadi Dewa Kota. Oleh karena itu, di berbagai kota, Cheng Huang Ye yang dihormati tidak sama. Misalnya di kota Hangzhou, ibukota provinsi Zhejiang, tokoh yang dianggap Cheng Huang Ye adalah Zhou Xin. Zhou Xin adalah gambaran seorang pejabat pengadilan yang jujur dan tegas dalam usahanya menegakkan keadilan, tidak bisa disuap dan tidak takut digertak, bahkan oleh orang yang amat berkuasa sekalipun. Di kota Gunming, ibukota provinsi Yunnan, yang diangkat sebagai Cheng Huang Ye adalah Yu Qian, seorang tokoh pada zaman Dinasti Ming yang pernah menjadi perdana menteri.[1] Pang Yu, seorang jendral pada zaman Dinasti Tang, diangkat menjadi dewa tembok kota di Shaoxing.[3]

Dewa-dewa kota dipercaya memiliki kedudukan penting dalam Birokrasi Surga, atau tatanan panteon dewata agama tradisional China. Tugas mereka dalam alam roh bisa dikatakan sama dengan tugas pejabat pemerintah di dunia manusia. Pada masa kekaisaran di China, seringkali diperdebatkan apakah dewata lokal seperti Cheng Huang memiliki kekuasaan dibandingkan pejabat lokal. Meskipun demikian, pejabat atau hakim seringkali memohon nasihat Dewa Kota dan bantuan memimpin kota.[5]. Sebagai contoh pejabat tinggi yang jujur dan ideal, bila ada dua belah pihak yang saling berselisih, mereka akan pergi ke kuil Cheng Huang Mio untuk saling bersumpah.[1]

Kaisar Zhu Yuan Zhang dari Dinasti Ming memberi kepangkatan yang berbeda untuk tiap-tiap Dewa pelindung kota. Dewa Kota pelindung Ibukota Nanjing diberi gelar Ming Ling Wang. Pada ibukota provinsi, semua Cheng Huang diberi gelar Du Cheng Huang atau Dewa Pelindung Ibukota. Setiap Cheng Huang di ibukota karesidenan dianugerahi gelar Wei Ling Gong. Gelar pada tingkat kabupaten adalah Ling Ying Hou, dan pada tingkat kecamatan adalah Xian You Bo. Itulah sebabnya tiap-tiap Cheng Huang Ye memiliki corak kedaerahan yang khas.[1].
Ritual Pemerintahan dan Masyarakat

Kultur tradisional China membedakan antara agama pejabat pemerintahan dengan agama populer masyarakat. Pada agama pemerintah, ritual pemujaan Dewa Kota cukup komplek dan hanya boleh dilakukan oleh pejabat pemerintah atau yang sederajat. Hal tersebut juga bertujuan untuk melegitimasi pemerintahan di mata masyarakat dan menegaskan status lokal pada wilayah kekuasaan.[6] Ketentuan persembahan untuk Dewa Kota dideskripsikan dalam bab Ritual Bertuah pada Da Qing Tongli, buku panduan ritual Dinasti Qing.[7] Ritual pemerintahan bersifat khidmat dan khidmat serta dilangsungkan di dalam kuil.[6] Hewan dan makanan yang dikurbankan kepada Dewa Kota diperiksa secara hati-hati oleh pejabat religius untuk memastikan bahwa persembahan tersebut layak.[7]

Suasana kuil Cheng Huang biasanya berwibawa. Ada papan besar yang bertuliskan kata-kata: Anda juga akan kemari kalau harinya tiba. Ada pula yang dilengkapi dengan sempoa yang menyatakan bahwa para malaikat di sini adalah lurus, tidak bisa disuap. Apa yang anda perbuat selama kehidupan di dunia, akan diperhitungkan dengan teliti.[1]

Ritual masyarakat jauh lebih fleksibel. Masyarakat dari pedesaan dan perkotaan berdoa kepada Cheng Huang mengajukan permohonan khusus. Permohonan yang paling umum adalah memohon kesehatan yang bagus. Hari ulang tahun Cheng Huang dirayakan masyarakat perkotaan secara megah dan biasanya menarik perhatian masyarakat, meliputi pertunjukan teater drama, basar makanan dan minuman, kembang api, petasan, bunyi-bunyian gong dan drum, serta asap dupa.[6] Pada perayaan tersebut juga diadakan upacara Gotong Toa Pe Kong dengan thema Seng Ong Ya menginspeksi rakyatnya.[1]

Pengadilan Alam Baka
Semenjak zaman Dinasti Tang, bangsa China mulai mempercayai bahwa Chenghuang juga menguasai kematian. Para pejabat kota wajib memberikan 2 buah laporan, yang satu diberikan kepada pemerintah pusat dan satunya dibakar di kuil Cheng Huang sebagai pertanggungjawaban pejabat kota kepada dewa Pelindung Kota yang merupakan juga dewa kematian.[3]

Arwah orang yang telah meninggal dunia akan dibawa ke hadapan Cheng Huang Ye untuk diperiksa, lalu diputuskan akan masuk surga atau ke neraka. Cheng Huang Ye memiliki banyak anak buah, di antaranya adalah Wen Wu Pan Guan (Hanzi: 文武判官; Fujian/Hokkian: Bun Bu Pwan Kwan) yaitu Jaksa Sipil dan Militer, Niu Tou Ma Mian (Hanzi: 牛頭馬面; Fujian/Hokkian: Gu Thou Be Bin) yaitu Si Kepala Sapi da Si Muka Kuda, Qi Ye Ba Ye atau Da Ye Er Ye (Hanzi: 大爺二爺) atau Dewa Jangkung dan Dewa Pendek, serta 24 pejabat yang disebut Er Shi Si Si (Fujian/Hokkian: Ji Cap Si Su).[1]

Ada beberapa kuil Cheng Huang yang bersambung langsung dengan Dong Yue Miao (kuil pemujaan Dong Yue Da Di, Dewa Penguasa Pegunungan Timur). Di samping Dong Yue Da Di, dipahatkan 10 Raja Akhirat dan 18 tingkat Neraka. Ini menggambarkan bahwa di akhirat pun ada urutan pemeriksaan. Setelah diperiksa secara teliti di tempat Cheng Huang, roh akan dibawa ke hadapan Dong Yue Da Di, dan diteruskan ke tempat Raja Neraka Yan Luo Wang (Fujian/Hokkian: Giam Lo Ong) untuk dijebloskan ke neraka.



   







Foto Kisah Para Dewa dan Ajaran Tao.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.