Festival Peh Cun (Dano) di Korea



Nama Korea
Hangeul 단오 atau 수릿날
Hanja 端午
Alih Aksara yang Disempurnakan Dano atau Surit-nal
McCune–Reischauer Tano atau Surit-nal
Dano adalah salah satu festival besar yang jatuh pada hari ke-5 bulan ke-5 kalender Imlek di Korea. Festival ini dinamakan juga suri/surin-nal ("hari ke-5"). Angka 5 menurut kepercayaan tradisional Korea merupakan angka yang bersifat positif, baik dan maskulin sehingga dipercaya bahwa pada tanggal 5 bulan ke-5, sifat-sifat tersebut terkumpul paling banyak. Selain itu, dipercaya pula bahwa pada hari tersebut, aktivitas angkasa mencapai puncaknya[2], sehingga disebut juga cheonjung-jeol ("festival di tengah-tengah surga").[1] Pada hari ini, udara di Korea semakin panas dan akan masuk pada musim panas.

Sejarah Peh Cun (Dano)

Kipas Dano
Sejarah perayaan Dano tertulis dalam catatan-catatan sejarah kuno yang menuliskan rakyat zaman Tiga Kerajaan menyebut festival ini "suri" yang bermakna "roda".[3] Mereka membuat kue dari tepung beras yang dicampur dengan daun artemisia sehingga warnanya menjadi hijau cerah dan dibentuk seperti roda.[3] Kemungkinan nama festival ini berasal dari penganan tersebut.Festival kuno ini diwariskan sampai kini di Korea dan berbeda dengan festival yang dirayakan di Cina. Salah satu variasi dano di provinsi Gangwon, yakni Gangneung Danoje (Festival Dano Gangneung) telah dilestarikan sebagai salah satu Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia UNESCO.

Banyak tradisi Dano yang diselenggarakan di Korea sekarang diwariskan dari periode Dinasti Joseon, namun beberapa telah punah.[3] Sampai akhir periode dinasti ini, para menteri di kabinet kerajaan membuat kipas dan menghadiahkannya untuk raja.[3] Raja lalu membagi-bagikan semua kipas kepada para pejabat dan bawahannya di istana.[3] Kipas-kipas tersebut dinamakan dano buchae (kipas dano).[3]

Tabib yang bekerja di klinik istana membuat jehotang dan okchudan untuk disajikan kepada raja dan para menteri. Jehotang adalah tonik yang terbuat dari larutan madu yang direbus bersama plum kering (omaeyuk) dan rempah-rempah, sementara okchudan adalah pil kesehatan yang dilapisi bubuk berwarna emas.

Di rumah-rumah rakyat, masing-masing keluarga menulis beberapa tulisan dengan tinta merah dan menempelkannya di papan nama gerbang masuk untuk mengusir arwah jahat. Tulisan ini dinamakan Dano bujeok atau tangkal Dano.

Sama seperti di rumah warga, di gerbang istana pun ditempelkan tangkal Dano dengan tinta merah yang berbunyi "di hari ke-5 bulan ke-5, Chi You yang berkepala besi, berdahi besi, mulut merah dan lidah merah akan membasmi 404 jenis penyakit, lalu berkah surga dan keberuntungan duniawi akan dilimpahkan sesegera mungkin. Ini adalah peraturan yang harus ditegakkan tanpa terlambat ataupun gagal".[3]

Tradisi

Geune ddwigi atau bermain ayunan
Hal yang dilakukan oleh warga Korea pada hari ini pertama-tama adalah bangun pagi-pagi dan mandi.[ Tradisi mandi pada hari Dano dinamakan changpo-tang dimana mereka mencuci rambut dan wajah dengan air rebusan daun jeringau.Hal ini dipercaya dapat mengusir arwah jahat dan kesialan. Setelah itu mereka akan berpakaian yang bagus (dano-bim) dan melaksanakan upacara penghormatan bagi arwah leluhur di altar rumah.Kemudian, seluruh keluarga menikmati makanan sesajen dan bersenang-senang sepanjang hari.

Berbagai permainan tradisional dan pentas kebudayaan diselenggarakan secara besar-besaran di seluruh negeri seperti berayun (geune ddwigi), bergulat (ssireum-daehoe), adu sapi (so-ssam), jungkat-jungkit (neolddwigi), drama tari topeng (talnori) dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.