ASAL USUL DEWA BUMI DAN DEWA KEKAYAAN (CAY SEN) HOK TEK TJENG SIEN - 福 德 正 神 : bagian 5 dari 5 Tulisan



Fu De Zheng Shen, secara umum disebut sebagai Tu Di Gong (Thouw Te Kong – Hokkian) adalah Dewa bumi. Karena merupakan salah satu dewa yang tertua usianya, maka beliau sering juga disebut sebagai Hou Tu.

Menurut para ahli sejarah, pemujaan terhadap Tu Di Gong sebetulnya berasal dari gabungan pemujaan-pemujaan terhadap Dewa-dewa Palawija seperti Xian Se, Tian Jun, Fang Shen, dan Shui Yong Shen, dewa-dewa penunggu tanah seperti pemujaan Bunda Bumi oleh kaisar purba.

Pemujaan terhadap Dewa Bumi ini sangat luas sekali wilayahnya. Di seluruh negeri, dapat dikatakan kelenteng Tu Di Gonglah yang paling banyak jumlahnya, ada yang besar, adapula yang kecil sekali dan sebetulnya tak layak disebut kelenteng. Umumnya keleteng pemujaan Tu Di Gong dinamakan Tu Di Miao atau Fu De Ci (Hok Tek Su – Hokkian). Kelenteng-kelenteng kecil umumnya terdapat di dusun-dusun, di tepi pematang sawah dah bahkan di halaman rumah. Karena kecilnya kelenteng ini, kadang-kadang untuk satu orang bersembahyang saja sulit. Bahkan di desa-desa terpencil yang melarat, pemujaan Tu Di Gong dilakukan di dalam sebuah jembangan air yang sudah pecah. Jembangan itu dibalik dan dari bagian dinding yang pecah ditempatkan sebuah arca Tu Di Gong, dan dianggap sebagai “kelenteng”. Sebab itu ada pemeo dikalangan rakyat yang mengatakan “you-wu zhu da – tang , mei wu zhu po – gang” yang berarti” kalau ada rumah tinggal didalam ruangan besar, kalau tak ada rumah jembangan pecah-pun jadi”. Kecuali kelenteng-kelenteng khusus, di kelenteng-kelenteng lain, biasanya disediakan juga altar pemuja Tu Di sebagai pelengkap.

Di semua tempat, Tu Di Gong biasanya di tampilkan dalam bentuk yang kurang lebih sama yaitu seorang tua, berambut dan berjenggot putih, dengan wajah tersenyum ramah. Pakaiannya bercorak seorang hartawan atau Yuan-wai (wan-gwe – hokkian), demikian juga topinya. Tapi ada juga di beberapa tempat yang menampilkan Tu Di dengan pakaian ala Cheng Huang Lao Ye (Dewata Pelindung Kota), dengan wajah putih, berambut dan jenggot hitam. Ada juga yang ditampilkan dengan berpasangan, yaitu Tu Di Gong di sebelah kiri, dan Tu Di Po (Nenek Tu Di) de siebelah kanan. Biasanya Tu Di selalu tampak menggenggam sebongkah uang emas di tangan kanannya. Tu Di Gong yang dipuja di dalam rumah umumnya tanpa pasangan. Adakalanya sang Dewa Bumi ditemani oleh seekor harimau. Harimau ini biasanya disebut Hu-jiang-jun(Houw Ciang Kun – hokkian), ia dianggap dapat membantu Tu Di mengusir roh-jahat dan menolong rakyat dari malapetaka.

Seperti juga Cheng Huang, Tu Di Gong mempunyai masa jabatan yang terbatas. Jabatan Tu Di Gong biasanya diduduki oleh orang-orang yang selama hidupnya banyak berbuat kebaikan dan berjasa bagi masayarakat. Setelah meninggal tokoh pujaan rakyat itu lalu diangkat sebagai Tu Di Gong. Sebab itu tiap tempat mempunyai Tu Di Gong tersendiri.

Tapi ada juga sebuah versi yang mengatakan bahwa Tu Di Gong sesungguhnya adalah seorang yang pernah hidup di jaman dinasti Zhou, pada masa pemerintahan kaisar Zhou Wu Wang, bernama Zhang Fu De, (lahir pada tahun 1134 SM). Sejak kecil Zhang Fu De sudah menunjukkan bakat sebagai orang yang pandai dan berhati mulia. Ia memangku jabatan sebagai menteri urusan pemungutan pajak kerajaan. Dalam mejalankan tugasnya ia selalu bertindak bijaksana tidak memberatkan rakyat, sehingga rakyat sangat mencintainya. Ia meninggal pada usia 102 tahun. Jabatannya digantikan oleh seorang yang bernama Wei Chao. Wei Chao adalah seorang tamak dan rakus lagi kejam. Dalam menarik pajak ia tidak mengenal kasihan, sehingga rakyat banyak sangat menderita. Akhirnya karena derita yang tak tertahankan, mereka banyak pergi meninggalkan kampung halamannya, sehingga sawah ladang banyak terbengkalai. Dalam hati mereka mendapatkan seorang bijaksana seperti Zhang Fu De yang telah marhum itu. (sebab itu kemudian mereka memuja Zhang Fu De (Thio Hok Tek – Hokkian ) sebagai tempat memohon perlindungan. Dari nama Zhang Fu De inilah kemudian muncul gelar Fu De Zheng Shen yang dianggap sebagai Dewa Bumi.

Tu Di Gong bertugas menjaga agar kehidupan rakyat aman dan bahagia, juga mengingatkan mereka agar selalu berbuat kebaikan tugas lain adalah memeriksa dan mencatat kelakuan orang apakah yang bersangkutan sering berbuat yang bertentangan dengan ajaran Tian. Catatan yang dikumpulkan ini diserahkan kepada Cheng Huang sebagai bahan pemerikasaan apabila orang tersebut meninggal.

Kaum petani menganggap Tu Di Gong sebagai Dewa pelindungnya. kaum pedagang memandangnya sebagai roh suci yang memasok rejeki. Dan masarakat umum memandangnya sebagai pelindung keselamatan. sebab itulah perayaan dan sembahyang untuk Tu Di Gong paling banyak dilakukan dalam setahun. pada masa yang lalu,bayak kaum pedagang yang bersembahyang pada tiap tanggal 1 dan 16 Imlik tiap bulan. Sembahyang ini disebut ”zuoya” atau ”ya-fu”, dengan tujuan untuk memohon perlindungan dan rejeki dari sang Dewa. Upacara sembahyang pada tanggal 2 bulan 1 Imlik disebut ”tou-ya” (thou-ge – hokkian), tanggal 2 bulan 2 Imlik disebut sembahyang ”ya-li” untuk merayakan hari ulang tahun Tu Di, dan tanggal 16 bulan 12 Imlik disebut ”wei-ya” (atau penutup). Biasanya sembahyang ini diikuti dengan pertunjukan wayang dan tari-tarian. Sedangkan kaum tani karena menganggap hasil jerih payahnya itu adalah hasil lindungan dari sang Dewa Bumi, mereka memilih tanggal 15 bulan 8 Imlik yaitu yang lazim disebut hari raya Zhong-qiu untuk mengadakan sembahyang berterima kasih kepadanya karena hasil panennya baik. Perayaan Zhong-qiu ini sangat meriah tidak hanya didusun tapi juga di kota-kota .*

Sumber : buku Dewa - Dewi Kelenteng

1 komentar

  1. info aktual terbaik dan terpercaya - info ahli spuritual hebat dan ternama , dukun ampuh mujarab kiai arong kacombong , alamat dukun pelet paling ampuh , dukun pelet ternama dan terpercaya di pulau jawa dan bali...silahkan anda konta whatpsap : +628 53 4388 8191, atau silahkan kunjugi websiite resmi . htpp://dukunsaktikualaberangterengganu.blogspot.com , info terpercaya dan aktual dukun spiritual ternama 2019 ,, semoga anda mendapatkan solusi terbaik.

    BalasHapus

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.