Kisah Zhuge Liang (诸葛亮)

ZhuGe Liang (Hanzi : 诸葛亮) adalah ahli strategi militer yang hidup pada 181 – 234 Masehi pada zaman Tiga Negara Sam Kok. Dia adalah ahli strategi dari negara Shu Han yang paling cerdik dan terkenal dalam sejarah Tiongkok. Zhuge Liang juga adalah salah seorang Dewa dan tokoh agama Tao yang sangat menguasai ilmu astronomi dan memahami ritual-ritual keagamaan Tao. Dia acapkali dilukiskan sedang memakai sebuah jubah dan memegang kipas yang terbuat dari bulu burung bangau. Dia dikenal dengan nama Kong Ming atau Kong Beng dan mempunyai julukan “Naga Tidur”.

Nama lain : Zhuge Kongming
Kerajaan : Shu Han (Liu Bei dan Liu Chan)
Lahir : 181 Masehi
Meninggal : 234 Masehi
Istri : Huang Yue Ying (Lady Huang)*
Leluhur : Zhuge Feng, mengabdi pada pemerintahan Kaisar Yuan dari Han.
Ayah : Zhuge Gui, menjabat sebagai Asisten Komandan di Gunung Tai pada akhir dinasti Han.
Ibu : Hanya diketahui bermarga Zhang
Paman : Zhuge Xuan, menjabat sebagai Administrator Yuzhang, lalu bergabung dengan Liu Biao.
Saudara laki : 1. Zhuge Jin (kakak, mengabdi pada kerajaan Wu); 2. Zhuge Jun (adik, mengabdi pada kerajaan Shu)
Saudara perempuan : 1. Kakak, nama tidak diketahui, menikah dengan Pang Shanmin (sepupu Pang Tong tertua); 2. Kakak, nama tidak diketahui, menikah dengan anggota dari klan Kuai (dipimpin oleh Kuai Liang dan Kuai Yue) di Xiangyang.
Sepupu : Zhuge Dan, mengabdi pada kerajaan Wei, berpartisipasi dalam tiga pemberontakan di Shouchun, tewas setelah kekalahannya.
Anak : 1. Zhuge Qiao (anak angkat, anak ke 2 Zhuge Jin), mengabdi pada kerajaan Shu, meninggal di usia muda; 2. Zhuge Zhan (anak kandung), mengabdi pada kerajaan Shu, tewas dalam aksi serangan Wu kepada Shu; 3. Zhuge Huai, hidup sebagai orang biasa selama Dinasti Jin (dinasti setelah 3 kerajaan).
Keponakan : Zhuge Ke, Zhuge Qiao, Zhuge Rong (anak-anak dari Zhuge Jin, kakaknya)

Perjalanan Hidup Zhuge Liang

Ia mengikuti Liu Bei setelah Liu Bei dan kedua adik angkatnya (Guan Yu dan Zhang Fei) membuat tiga kunjungan untuk menjemputnya menjadi ahli strategi negeri Shu. Terharu dengan keikhlasan dan kemurnian hati Liu Bei yang menangis karena mengenangkan nasib rakyat pada zaman peperangan itu, maka ia mengabdikan diri kepada Liu Bei. Nasihat pertama yang diberikannya secara pribadi kepada Liu Bei adalah “Longzhong Plan”, yaitu tentang pendirian tiga negara besar di tanah Tiongkok, yaitu Wei, Wu dan Shu. Nasihat pertama Zhuge Liang ini menjadi kenyataan setelah beberapa tahun membantu Liu Bei di dalam peperangan untuk menegakkan Dinasti Han yang telah rapuh.

Setelah Liu Bei wafat, Liu Bei mengamanatkan padanya untuk memulihkan kembali kekuasaan Dinasti Han dan ’mengambil’ alih kekuasaan kalau-kalau anak Liu Bei, Liu Chan, tidak becus dalam menjalankan negara. Walaupun Liu Chan terbukti tidak cakap, Zhuge Liang masih menghargainya sebagai kaisarnya. Hal pertama yang dia lakukan adalah mengamankan daerah Nanman. Dan pada tahun 225 M dia menginvasi daerah Nanman dan berhasil menangkap pemimpinnya, Meng Huo. Zhuge Liang kemudian menawarkan status aliansi kepada Nanman yang kemudian ditolak oleh Meng Huo. Setelah Zhuge Liang menangkap dan melepaskan Meng Huo sebanyak tujuh kali, akhirnya Meng Huo mau menerima penawaran itu dan menjadi aliansi untuk Shu.

Setelah mengamankan daerah selatan dan memastikan tidak akan ada pemberontakkan dari Nanman maka kampanye utara pun dilaksanakan. Pada tahun 227 M Zhuge Liang menginvasi Tian Shui dan berhasil merekrut seorang prajurit Wei yang cakap, Jiang Wei, untuk bergabung dengan Shu (Jiang Wei kemudian ditunjuk menjadi penerus dari Zhuge Liang pada pertempuran di WuZhang (Battle of WuZhang).

Tahun 228 M Dia mengirimkan anak buahnya, Ma Su untuk mengambil daerah Jie Ting. Dan perang antara Shu yang dikomandani oleh Ma Su dengan Wei yang dikomandani oleh Sima Yi terjadi. Ma Su yang telah dilarang oleh Zhuge Liang untuk mendirikan perkemahan di puncak gunung bersikeras melakukannya dengan alasan agar lebih mudah menghancurkan perkemahan musuh. Namun, tak terpikirkan oleh Ma Su, ternyata hal itu malah membuat Wei menjadi mudah menyerang. Pasukan Wei dipimpin oleh Zhang He menaiki bukit menuju perkemahan Shu yang membuat Ma Su mundur dan kalah telak. Pada akhirnya, Ma Su yang dijadikan penjahat negara dieksekusi mati oleh atasannya sendiri, Zhuge Liang.

Tahun 229 M Zhuge Liang kembali mengambil alih komando perang, kali ini di Chen Cang. Chen Cang yang merupakan daerah Wei yang dilindungi oleh Sima Yi. Lagi-lagi perang antara Zhuge Liang dan Sima Yi terjadi. Alhasil, walaupun Chen Cang yang terutama gerbang utamanya itu sangat terlindungi, namun dengan segala perlengkapan berat Shu, Chen Cang akhirnya jatuh ke tangan Zhuge Liang.

Pertempuran WuZhang – Kematian Zhuge Liang

Kampanye utara ini tak berakhir sampai di Chen Cang, tapi Zhuge Liang meneruskannya sampai ke dataran Wu Zhang. Pada tahun 234, Zhuge Liang memimpin 100.000 pasukan untuk melanjutkan ekspedisinya setelah melakukan tiga tahun persiapan sejak ekspedisi terakhirnya. Pada saat yang sama Zhuge Liang mengirimkan utusan ke Dong Wu agar Wu dapat menyerang Wei pada saat bersamaan. Pada tahun yang sama, pasukan Shu telah sampai ke daerah Wuzhang dekat Sungai Wei dan mendirikan kemah di sana. Sementara komandan Cao Wei, Sima Yi telah menyiapkan 200.000 pasukan dan bersiap di tepi selatan Sungai Wei.

Sima Yi tidak mau menantang pasukan Shu, namun lebih memilih untuk membuat pasukan Shu mundur karena kehabisan perbekalan. Zhuge Liang mengerti akan kondisi ini dan memerintahkan pasukannya untuk bercocok tanam agar tidak kehabisan bahan pangan (kebijakan ini dipopulerkan oleh Cao Cao). Pasukan Shu sendiri tidak menyerang, melainkan menunggu penyerangan yang dilakukan oleh Wu ke Wei sebelum menyerang pasukan Wei. Pasukan Shu menantang pasukan Wei untuk bertempur beberapa kali, tapi Sima Yi tetap tidak mau melawan musuh.

Sesudah itu Zhuge Liang mengirimkan pakaian wanita ke Sima Yi, ia berkata bahwa Sima Yi adalah wanita karena tidak berani menyerang. Para perwira pasukan Wei sangat marah terhadap hal ini, namun Sima Yi tetap tidak terpancing untuk menyerang. Untuk menenangkan perwiranya Sima Yi meminta izin Kaisar Wei Cao Rui untuk menyerang musuh. Cao Rui mengerti akan situasi di sana dan mengirimkan penasihatnya Xin Pi ke Sima Yi untuk memberi tahu para pasukan Wei agar tetap bersabar.

Zhuge Liang akhirnya jatuh sakit karena kelelahan; kondisinya semakin hari semakin buruk. Saat mendengar tentang hal ini Kaisar Shu, Liu Chan mengirim Li Fu untuk bertanya kepada Zhuge Liang tentang apa rencana yang telah disusun untuk kerajaan Shu kedepannya. Zhuge Liang yang memang seorang ahli perhitungan ramal juga sebelumnya telah meramalkan bahwa dirinya sulit lolos dari maut di pertempuran kali ini. Ia lalu mengamanatkan bahwa Jiang Wan dapat mengambil posisinya sebagai Perdana Menteri kelak; dan setelah Jiang Wan meninggal Fei Yi dapat mengambil posisinya. Zhuge Liang juga memberikan instruksi bagaimana cara pasukan Shu untuk mundur secara bertahap dari Hanzhong.

Kabar mengenai Zhuge Liang yang sudah jatuh sakit ini akhirnya sampai ke telinga Sima Yi. Sebelum mulai perang terbuka, Zhuge Liang mengirimkan surat kepada kaisar Wu, Sun Quan, meminta untuk menyerang Wei dengan harapan Wei akan kekurangan pasukan ketika melawan Shu di Wu Zhang nanti. Kerajaan Wu meluluskan permintaan tersebut namun tidak dengan sepenuh hati dikarenakan hanya untuk menghargai aliansi Wu-Shu. Wu yang akhirnya menyerang istana He Fei milik Wei malah mengalami kekalahan. Tapi bagaimanapun perang di Wu Zhang harus tetap dimulai.

Akhirnya pada tahun 234 M Zhuge Liang mengumumkan perang terbuka terhadap Wei yang dikomandani oleh Sima Yi. Walaupun sakit, Zhuge Liang tetap mengomando pasukan Shu sampai akhirnya dia wafat ketika perang belum berakhir. Zhuge Liang yang bekerja terlalu keras dan penuh tekanan, telah membuat dirinya sakit pada operasi penyerangan yang keenam. Zhuge Liang meninggal dunia di Wu Zhang Yuan pada usia 53 tahun. Namun, sebelum meninggal dia memilih Jiang Wei sebagai penerus komando pasukan. Jiang Wei selanjutnya memerintahkan untuk menutupi kematian Zhuge Liang dari Wei sampai mereka tiba dengan selamat di lembah Baoye untuk kembali ke Hanzhong.

Sima Yi sendiri takut jika berita bahwa Zhuge Liang sudah mati adalah berita bohong dan merupakan kesempatan bagi Zhuge Liang untuk menyergapnya. Pada waktu itu juga ada cerita yang mengatakan bahwa Sima Yi mundur karena ia melihat patung kayu yang dipakaikan baju Zhuge Liang, sehingga seolah-olah Zhuge Liang masih hidup. Berita tentang Sima Yi melarikan diri dari Zhuge Liang yang telah mati menyebar, dan muncul kalimat “Zhuge yang telah mati menakuti Zhong Da yang masih hidup”. Zhongda adalah nama nama kehormatan milik Sima Yi.

Namun Sima Yi yang merasakan keganjilan akan strategi yang Shu pakai berkesimpulan kalau Zhuge Liang sudah wafat. Dengan kesimpulan tersebut, dia membuat tentara Wei makin bersemangat dan membuat Jiang Wei harus mundur kembali ke Shu Han. Setelah perang berakhir, Sima Yi pergi ke sisa-sisa perkemahan Shu yang telah kosong dan menganugerahi Zhuge Liang sebagai ’The greatest mind under heaven’. Setelah itu ia menyimpulkan bahwa ia seharusnya terus mengejar pasukan Shu. Namun setelah tiba di lembah Baoye, mereka kekurangan persediaan makanan, maka itu pasukan Sima Yi akhirnya kembali ke sungai Wei.

Kematian Zhuge Liang membawa kerugian besar bagi Kerajaan Shu. Kematian Zhuge Liang menjadi awal kemunduran bangsa Shu yang akhirnya menyerah kepada Wei pada tahun 263 M (sekitar 30 tahun setelah Zhuge Liang wafat). Zhuge Liang tidak dapat memenuhi keinginan Liu Bei untuk mengembalikan kejayaan Dinasti Han; dimana dia gagal dalam menuntaskan misinya yang terakhir untuk menguasai Luo Yang. Pada tahun 265 M menteri negara Wei bernama Sima Yan (cucu dari Sima Yi) merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin. Akhirnya pada tahun 280 M China resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang akan berkuasa selama lebih dari 150 tahun berikutnya.

Ia adalah salah satu tokoh sentral di balik berdirinya Tiga Kerajaan. Bersama Lima Jenderal Harimau (Five Tiger) dan Liu Bei, dia menjadikan negara Shu menjadi kuat dan makmur di masa nya. Kebesaran nama Zhuge Liang menyebabkannya digelari salah satu dari 6 perdana menteri terbesar dalam sejarah Tiongkok. Beberapa cerita Zhuge liang yang menarik lainnya, misalnya : Seratus Ribu Buah Anak Panah Zhou Yu.

Tempat Bersejarah Zhuge Liang

Jika pembaca ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai tokoh Zhuge Liang ini, pembaca dapat berkunjung ke Wo Long Gang (Wolong Hill) di kota Nan Yang. Di sana terdapat benda-benda bersejarah tentang Zhuge Liang, termasuk rumah tinggal Zhuge Liang, tempat belajar/membaca buku Zhuge Liang, dan sebagainya. Tempat bersejarah ini dilindungi oleh Pemerintah RRC dan digunakan sebagai tempat tujuan pariwisata.

Catatan :

* Tokoh Huang Yue Ying sejarahnya masih kabur. Namanya tidak tercatat dalam sejarah; Huang Yueying hanyalah sebuah nama yang diberikan kepadanya dalam cerita rakyat, opera Cina , karya fiksi, dsb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.