Tabu Perceraian dan Pernikahan Kembali




Pada zaman kuno, orang biasanya menganggap bahwa perceraian dan pernikahan kembali sangat tidak bermoral dan sial. Biasanya, mereka mengadakan upacara untuk mengusir roh  jahat dan kemalangan yang dibawa oleh pernikahan yang tidak berhasil. Wanita harus menanggung kesalahan dan ini mencerminkan bagaimana masyarakat menilai pria lebih dari wanita.
Orang Han China dan kelompok etnis lain mencoba menghindari pernikahan yang gagal dan perpisahan antara suami istri. Bagi mereka, suami istri adalah mitra seumur hidup. Perceraian biasanya dianggap sial dan harus dihindari. Biasanya mereka yang mencoba menikah kembali pasti mengalami pernikah-an gagal sebelumnya. Karenanya, mereka sangat teliti tentang pernikahan kedua untuk menghindari terjadi-nya kembali ketikdakbahagiaan berulang. Mengusir Roh Jahat dengan Perceraian Menurut adat pernikahan tradisional China, per-ceraian bisa mengusir roh jahat. Di Taiwan, perceraian adalah tabu, tapi bila tidak bisa dihindari, suami harus menulis surat pada istri mengumumkan perceraian mereka. Ini harus dilakukan di rumah atau kuil telan-tar untuk menghindari pengaruh jahat. Ada pepatah yang mengatakan `tempat yang digunakan untuk me-lepaskan istrinya tidak akan subur selama tiga tahun'. Bila perceraian terjadi, suku minoritas akan menyelenggarakan upacara resmi mengusir kesiaialan. Suku Daur akan melakukan pria akan diminta berbaring di tanah sedangkan di wanita melompat di atas lehernya. 

Kemudian, sehelai kain putih akan digunakan untuk mengikat kompor dan cerobong rumah pria itu untuk melambangkan bahwa si suami mad dan untuk mengusir semua yang jahat. Di masa lalu, pria di provinsi Yunnan harus mem-beri sejumlah uang pada mertuanya sebagai bentuk `pengeluaran untuk menutupi rasa malu'  bila is menarik kata-katanya. Setelah itu, perjamuan akan diselenggarakan untuk keluarga si istri. Dengan segala kegiatan tersebut, semua rasa malu dan kesialan terkait perceraian akan dihapuskan seluruhnya. Sementara itu, sertifikat perceraian' akan dibakar menjadi debu.  Bentuk unik upacara perceraian diambil dari banyak

minoritas seperti Lahu, Dai, Yao dan Blang, mereka akan membakar benang sutra, membagi keping kayu menjadi dua, mengukir garis pemisah pada dinding beton, atau memotong kain putih menjadi dua. menikah Kembali untuk Mengusir Roh Jahat, hanya pria yang boleh menikah kembali. Katanya: "Pria wajib menikah lagi, tapi wanita tidak berhak atas kesempatan kedua." Ketika pria menikah 14, biasanya itu karena menginginkan anak. Bila ia sudah punya anak, maka pernikahan kembali harus di-kritik. Menurut Ringkasan Etiket dan Kebiasaan China: "Tidak benar bagi seseorang untuk mengambil selir bila ia sudah punya anak. Semakin banyak anggota keluarga seseorang, semakin banyak konflik yang harus dihadapi. Ini bukan cara benar untuk mengurus keluarga." Di China, kebanyakan pria menghindari menikahi seorang janda karena mereka percaya rohs uaminya akan selalu menghantuinya. Juga dipercaya rahwa orang harus terus berjuang untuk wanita itu di dunia lain dengan suami pertamanya.

Tetapi, bila pria menikahi janda karena istrinya mati, dianggap kedua °rang ini bernasib sama. Di masa lalu, ketika seorang janda menikah lagi, krbagai kebiasaan untuk mengusir roh jahat harus di-ikuti. Di Jianxi dan Henan, janda tidak diperkenankan mcnggunakan pintu masuk utama. Di Taiwan, janda Fang menikah lagi dilarang naik tandu dari rumah orangtuanya. Ia diminta berjalan beberapa jauh dan membuang sepotong baju sehari-harinya sebelum naik tandu. Konon, dengan melakukan hal itu, jiwa almarhum suaminya tidak akan mengikutinya ke nanah baru.

Mengapa Istri Jugs Disebut 'Wanita Tua' atau Lao Po
Selama Dinasti Tang, seorang sarjana bernama Mai Aixin berpikir untuk mendapatkan istri baru, tapi tidak tahu bagaimana mengungkapkan keinginannya. Tiba-tiba ia mendapat inspirasi dan menulis baris pertama sebuah syair dan menaruhnya di meja: "Sisa tanaman teratai akan menghasilkan akar teratai tua setelah daunnya gugur". Dalam bahasa China, istilah "akar teratai"  sama bunyinya dengan 'jodoh'. Istrinya membaca syair ini dan mengerti, la langsung menulis bads kedua: "meskipun batang padi menguning ketika masak. is menjadi nasi (beras) setelah dimasak". Dalam bahasa China, kata 'beras' sama bunyinya dengan. Baris pertama dan kedua sangat cocok.

Mai Aixin sangat terkesan. la sangat menyesal dan tidak lagi memikirkan mencari jodoh baru. Ketika istri Mai menyadari hal ini, is menulis frasa "lao gong (orang tua) benar-benar adil padaku". Sebagai balasannya, Mai menulis "lao po (wanita tua) sangat perhatian". Sejak itu, orang menyebut istri  sebagai lao po dan suami sebagai lao gong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.