Tabu ketika Menerima Pengantin



Hari menerima pengantin adakah hari huruf merah. Maka, rakyat menganggapnya sebagai hari petanda baik. 

Ada pepatah mengatakan: "Bila hambatan disingkirkan sejak awal, seterusnya semua akan lancar." Singkatnya. dipercaya bahwa awal yang baik akan berkaitan dengati akhir yang baik. Orang menganggap `menjemput mempelai' adalah awal yin dan yang untuk pasangan baru menikah. Maka, tabu untuk hari itu sangat banyak. Tabu Rute untuk `Menerima Pengantin' Di Shaanxi, rute yang sama tidak boleh diambil ke-tika menjemput pengantin. Orang di daerah Qixian biasanya memasuki xuanwu dari utara dan me-ninggalkan zhuque dari selatan. Atau, mereka bisa memasuki baihu  dari barat dan meninggal-kan qinlong dari timur. Selain itu, karpet atau kain merah dihamparkan untuk pengantin melangkah ketika masuk dan keluar tandu. Kain yang sama digu-nakan sebagai penutup jendela tandu pengantin ketika melewati kuil, sumur, atau penggilingan. Ini untuk mencegah `macan putih' dan roh jahat lain mengganggu pengantin. Kalau ada rombongan perni-kahan lain, kedua pihak harus bertukar jarum dan sapu tangan untuk menghindari `bencana pengantin'. Umumnya, kelompok etnis Bai  akan memukul gong dan tambur di jalan untuk menemui pengantin wanita. Bagi orang di  Shennongjia di Hubei  mereka akan memukul tam-bur dan menyalakan kembang api di tengah malam. Katanya ini untuk menakuti hewan liar dan juga menghalau roh jahat. Di kota modern, kebiasaan kuno men-emui pengantin masih dilakukan meskipun ada perubahan. Yang pertama adalah tidak boleti menggunakan rute yang sama ketika bertemu pengantin, dan ini termasuk rute untuk tempat pernikahan. Kedua, jalan yang rata dan luas dipilih untuk menyiratkan ke-hidupan pernikahan yang lancar. Dalam 

Perjalanan menjemput pengantin, rute dengan pemandangan kota harus diper-timbangkan untuk kepentingan fotografi. Akhirnya, kebiasaan untuk memilih rute dengan lampu lalu lintas lebih sedikit untuk mernastikan perjalanan yang lancar dan menghindari kemacetan lalu lintas dan kecelakaan. 

Tabu Prosesi Pernikahan Di China, prosesi pernikahan tertentu harus diikuti. Tidak boleh ada janda atau wanita hamil muncul dalam prosesi pernikahan. Di Teluk Bohai, dipercaya bahwa hanya ayah yang boleh mengantar putrinya. Ibu pengantin wanita, paman, dan bibinya tidak boleh ikut dalam prosesi. Untuk mencegah roh jahat, wanita dianjurkan tidak mengikuti prosesi pernikahan. Alasannya adalah wanita dianggap berhati lemah dan emosional. Bila mereka menangis, akan buruk untuk pernikahan. Dengan kehadiran wanita hamil, orang mungkin akan meragukan kesetiaan pengantin. Para janda akan menimbulkan emosi negatif. Sering kali tabu rakyat berasal dari kesukaan dan ketidaksukaan pribadi. Di Henan, Shandong, Shanxi, Hunan, Yunnan, dan Taiwan, kebanyakan orang percaya bahwa adalah "baik menghindarkan dua kelompok `menemui pengan-tin' muncul bersamaan. Tetapi, tak seorang pun bisa menghindari kejadian di mana banyak orang memilih hari keberuntungan yang sama untuk menikah. Untuk mengubah bencana menjadi berkat, disarankan kedua pihak saling bertukar cincin emas yang dipakai oleh mempelai. Bila tidak, maka anggota kelompok bisa bet-tukar saputangan atau handuk. Di Taiwan, bila situasi ini muncul, kedua rombongan akan bertukar hiasan bunga yang diambil dari rambut pengantin. Ini dilakukan untuk mengusir roh jahat. 

Tabu ketika Menghormat Langit dan Bumi

Pengantin pria dan wanita menghormat pada langit, bumi, dan teluhur sebagai rutinitas dalam pernikahan tradisional China. Biasanya, upacara ini dilangsungkan di aula rumah pengantin pria, di mana ada meja persembahan. Anak-anak, mereka yang berkabung, dan pasangan menikah yang tidak punya anak harus menghindari memasuki aula ini. Alasannya adalah bila anak-anak menangis dalam upacara, suasananya akan terganggu. 
Menurut rakyat suku Elunchun, janda dan mereka yang shionya bertentangan harus dihindari. Misainya, shio pengantin wanita adalah babi, maka yang bershio macan harus dihindari. Prinsip yang sama juga berlaku bagi mereka yang bershio kelinci atau anjing. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.