Kisah 24 Anak Berbakti (seri ke-1)

Anak Muda (Chen Xiang) Membelah Gunung Selamatkan Ibunya
Cerita tentang bagaimana Chen Xiang membelah gunung untuk menyelamatkan ibundanya adalah sebuah kisah yang menyentuh mengenai pemuda heroik yang berhati teguh dan berani dalam pertempurannya melawan kejahatan. Ketulusan yang is pancarkan terus menggapai hati banyak mahkluk. Di puncak barat Gunung Hua menjulang sebuah batu besar yang terlihat telah terbagi tiga. Sebuah kapak raksasa berbentuk bulan sabit setengah tertancap di sisi batu ini. Legenda menceritakan Chen Xiang telah membelah batu untul menyelamatkan ibunya.
Zaman dahulu kala, ada pelajar bernama Liu Yanchang pergi ke ibukota untuk menjalani ujian kekaisar-an. Dalam perjalanan ia mampir di Gunung Hia untuk berwisata melihat-lihat tempat tersebut. Pada saat yang sama ada kuil San Shengmu seorang peri yang lembut dan cantik, terletak di Gunung Hua. San Shengmu menjalani kehidupan yang sepi setelah diutus untuk menjaga Gunung Hua. Satu hari, San Shengmu sedang bernyanyi dan menari sendirian di kuil ketika ia menyadari bahwa ada seorang pelajar melangkah masuk ke kuil. Dalam keraguannya, ia berubah menjadi patung di atas alas berbentuk bunga teratai. Tatkala Lin Yanchang melangkah masuk dan melihat patung tersebut, ia begitu terpukau oleh kecantikan sosoknya. Tak mampu menyembunyikan perasaannya, Liu Yanchang menge-luarkan kuasnya dan menuliskan kekagumannya terhadap San Shengmu di dinding kuil.
Menyaksikan anak muda berbakat yang mengungkapkan perasaan untuknya membuat benak San Shengmu tergetar. San Shengmu pun sangat terpikat oleh Liu Yanchang. San Shengmu memutuskan ia harus menikah dengan Liu Yanchang, mengabaikan peraturan yang melarang dari Kerajaan Kayangan yang melarang penyatuan seperti itu. San Shengmu menjelma menjadi gadis biasa dan mengatakan kepada Liu Yanchang tentang perasaannya. Pasangan muda itu menikah dan hidup bahagia bersama. Ketika Liu Yanchang hendak menjalani ujian, San Shengmu hamil. Dengan enggan mereka berpisah, dan Liu Yanchang menyuruhnya untuk menamai anak mereka Chen Xiang. Liu Yanchang akhirnya berhasil menjalani ujian dan ditugaskan untuk menjadi gubernur Yangzhou. Di tengah-tengah perayaan pencapaiannya itu, Liu Yanchang tidak menyadari bahwa San Shengmu sedang mengalami kesulitan. Pada saat itu hari ulang tahun Ibunda Ratu dan is merencanakan pesta Peach Panjang Umur di Kerajaan Kayangan. Semua dewa-dewi datang untuk merayakan peristiwa ini, tetapi San Shengmu yang tengah hamil memohon izin untuk tidak hadir, dengan alasan dirinya sakit. Saudara
laki-lakinya Dewa Erlang mengetahui bahwa San Shengmu sudah menikah dengan manusia dan tengah mengandung anaknya. Dewa Erlang murka karena San Shengmu telah indanggar peraturan Kayangan dan ingin membawa San Shengmu kembali ke kerajaan. Setelah pertempuran sengit, San Shengmu dikalahkan saudara laki-lakinya itu dan di-sekap dalam Dark Cloud Cave di bawah Gunung Hua. San Shengmu melahirkan Cheng Xiang dalam gua yang dalam dan gelap. Ia menyuruh pelayannya untuk membawa anaknya diam-diam ke Yangzhou agar anaknya bisa hidup bersama ayahnya. Ketika Cheng Xiang tumbuh dewasa, ia memahami bahwa ibunya selama ini disekap dan menderita di bawah Gunung Hua. Cheng Xiang memutuskan dengan teguh untuk menyelamatkan ibunya. Namun, ia tidak tahu ibunya ada di mana. Lalu, ia berjumpa dengan seorang dewa, Dewa Guntur. Setelah mengetahui faktanya, Dewa Guntur jatuh kasihan kepada Chen Xiang sehingga menyuruh anak muda itu untuk berbaring di tempatnya dan mulai membagi keahliannya kepada Chen Xiang. Ketika Chen Xiang menjadi petarung ahli, ia berterima kasih kepada gurunya itu dan mulai berjalan ke Gunung Hua. Sebelum pergi, Dewa Guntur memberinya kapak pembelah-gunung. Saat Chen Xiang sampai di Dark Cloud Cave, ia berteriak memanggil ibunya. Namun Sang Shengmu pun tahu bahwa anak muda itu tidak sebanding dengan dengan saudaranya Dewa Erlang. San Shengmu memanggil anak muda itu dan memintanya agar memohon kepada pamannya.
Chen Xiang terus memohon kepada Dewa Erlang, saking kerasnya sampai seolah-olah permohonannya itu dapat didengar oleh telinga yang tuli. Tetapi, Dewa Erlang bersikukuh untuk tidak melepaskan saudara perempuannya. Dewa Erlang menghunus pedang dan pisaunya lalu mulai menye-rang Chen Xiang. Keduanya terlibat dalam pertempuran sengit. Empat peri merasa Dewa Erlang terlalu kejam karena telah melakukan perbuatan tersebut kepada keponakannya, diam-diam mereka membantu Cheng Xiang. Dengan pertolongan mereka, Chen Xiang menang atas Dewa Erlang yang lari karena kalah. Setelah mengalahkan pamannya, Chen Xiang melesat lari kembali ke Gunung Hua segera, mengangkat kapaknya dan mulai membelah tebing batu. Suara keras menggema setinggi langit ketika Gunung Hua membelah terbuka. Chen Xiang bergegas masuk ke gua untuk mendapatkan ibunya. Setelah bertahun-tahun terpenjara di dalam gua, San Shengmu akhirnya bersatu kembali dengan putranya.
Mata Ketiga Dewa Erlang
Ada banyak penjelasan mengapa Dewa Erlang mempunyai tiga mata. Satu alasan adaiah fitur nenek moyang orang Shu menyerupai babi, sehingga mata mereka vertikal. Mata ketiga Dewa Erlang merupakan representasi bagaimana rupa nenek moyang orang Shu. Kemungkinan lain adatah matanya miring ke atas, sebuah fitur yang sesuai diberi nama mata phoenix, yang umum bagi banyak orang Gina. Namun, penjelasan lainnya adatah nenek moyang bangsa Shu senang mengambar hiasan di tengah-tengah dahi mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.