Adat Istiadat Pernikahan

Pernikahan selalu dianggap peristiwa penting dengan makna seumur hidup. Karenanya, upacara pernikahan dan adat pemberkatan penting dalam setiap pernikahan. Mereka melambangkan harmoni, keberlangsungan generasi, kekayaan, dan umur panjang dari kedua mempelai. 

Dulu, alasan utarna menyelenggarakan upacara perni_ kahan adalah untuk mcmohon anak. Karcnanya, orang berdua untuk nasib baik dan untuk mengusir yang jahat. Adat "Menemui Pengantin" Memeriksa dan mengasapi tandu pengantin. begitu tanggal dan waktu bagus ditetap-kan, pemukulan gong dan tambur dilakukan saat tandu pengantin berangkat. Sepasang orang tua, yang telah menjalani kehidupan pernikahan bahagia dan punya banyak cucu akan diminta untuk menyucikan upacara. Pasangan sepuh itu akan memegang cermin dan Jilin untuk melaksanakan `pemeriksaan' tandu pengantin sebelum melepasnya. Pada waktu yang sama, mereka juga membakar sebuah hio khusus man zhixi-ang dan menggunakannya untuk mengasapi tandu. Ini dilakukan untuk mengusir roh jahat dan memastikan perjalanan yang lancar. Menggendong pengantin: pada masa lalu, pengantin tidak diizinkan berjalan sendiri ke tandu dan seseorang di keluarganya harus menggendongnya Di selatan, ayahnya atau kakaknya 

harus melakukan-nya. Kalau tidak, maka paman (adik ayahnya) atau bibi (adik ibu) harus melakukannya. Ini dilakukan untuk menghindarkan pengantin membawa tanah dari rumah orangtuanya, karena orang percaya bahwa `semua makhluk hidup perlu tanah untuk tumbuh, dan bumi bisa menghasilkan emas'. Di Sichuan dan Hunan, kakak atau sepupu pengan-tin prig harus menggendong pengantin wanita ke tandunya. Konon bila pengan-tin wanita digendong oleh kakak ipar, is akan berlidah perak. Tak seorang pun dalam keluarga suaminya akan berani  mengganggunya nanti. Melangkahi sadel  pengantin wanita memegang botol di tangannya dan melangkahi sadel yang ditempatkan di rumah pengantin pria. Ini bermakna ke-jamatan karena kata China untuk botol dan `sadel sarna dengan kata untuk `damai'. Beberapa orang mempraktikkan adat `rnelangkahi api'. Setumpuk rumput dinyalakan di luar rumah pengantin pria, dan pengantin wanita harus berjalan melangkahi api. Sementara itu, orang yang menyalakan api harus mengatakan kata-kata yang bagus. Adat Pernikahan untuk Membawa Keberuntungan Menyebarkan sekitar kanopi  Ini adalah adat umum yang dipraktikkan hampir semua kelompok etnis di China. Pada malam pernikahan, setelah pe-ngantin baru saling menghormat di kamar pengantin, pengantin pria dan wanita akan duduk di sisi kanan dan kiri ranjang dengan kanopi setengah terbuka. Seorang wanita akan diminta memegang nampan penuh kacang dan buah dan menyanyikan lagu `Menyebar sekitar canopi'. Ia akan menyebar secara cak isi nampan di sekitar ranjang dan pada pengantin baru. Ini menandai akhir upacara pernikahan. `Menyebarkan sekitar ranjang' memiliki makna berbeda. 

Ada yang mengatakan ini dilakukan untuk menyuap hantu dengan kambing hijau' ayam hitam, dan `sapi hijau, sehingga mereka, tidak bisa mencelakai orang. Makna penting kebiasaan ini adalah memohonkan seorang bayi bagi pengantin baru. Di Huzhou di Zhejiang, lirik lagu mengatakan: "Pengantin wanita seperti bunga, bunga yang baik biasanya membawa benih baik, maka kilin akan memberi anak ke rumahmu." Ini nienjelaskan makna frasa tersebut. Sekarang, pengantin 'Para akan ditaburi dengan kertas hias. Orang kuno percaya kawat baja itu nemiliki kekuatan spiritual yang bisa menghalau roh jahat dan ini adalah bintang beruntung. Maka, bila digunakan untuk mengangkat cadar pengantin, ia akan memberkati  pasangan itu.

Asal Usul 'Menyebarkan Sekitar Kanopi" 
Menurut Catatan We Chen, adat `menyebarkan sekitar kanopi' berasal dari ma'am pernikahan Kaisar Wu Di dari Dinasti Han Barat. Untuk memastikan jabatan tinggi, Li Yannian yang berstatus rendah mengatur agar adiknya menikahi kaisar. Sebagai rakyat jelata, adik Li tidak berhak atas upacara besar formal. Li merasa matu. Maka. pada ma'am pernikahan, Li berlutut di hadapan kaisar dan meminta buah-buahan disebar untuk menghatau yang jahat. Ketika kaisar dan adik Li duduk di depan ranjang, Li menyanyi dan menari. Sementara itu, tamu-tamu muiai melemparkan kurma dan kastanya pada pengantin baru sambil mengharapkan bayi bagi pasangan tersebut. Adik Li kemudian melahirkan pangeran dan mendapatkan statusnya yang Layak. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.