adat Istiadat dalam Memohon Anak





Menurut tradisi China, melanjutkan garis keturunan itu sangat penting. Maka, memohon anak adalah cerminan keinginan seseorang untuk melanjutkan garis keturunan. Pada masa lalu, orang percaya bahwa semakin banyak anak, semakin banyak rezeki.
Memiliki anak menyiratkan tidak kekurangan penerus Maka, rakyat jelata sangat menantikan kehamilan. dari hal inilah kebiasaan memohon pada dewa dan-praktik lainnya bermula. Memohon Anak pada Dewa Lokal Di daerah Zhao provinsi Hebei, ada kebiasaan memuja "Pelat Naga"  Kata-kata "pelat roh Naga menguasai langit dan bumf, tiga alam, dan 10 arah ruang " diukir pada altar kayu tinggi. Mereka yang ingin memohon anak hanya perlu membakar hio, memberikan persem-bahan, dan berkata dengan khidmat, "Berikan saya seorang bayi". Bila ditanya perlu bayi lelaki atau perem-puan, mereka harus membungkuk dan meminta bayi lelaki. Mereka kemudian berjanji untuk kembali tahun berikutnya untuk berterima kasih pada dewa yang mengabulkan doa mereka. Ada kebiasaan lain. Orang yang berdoa motion anak diminta mengikat koin dengan benang katun biru dan menyangkutkannya ke "Pelat Naga" dengan hio. Orang itu harus berkata pelan, "Anakku, pulang-lah denganku". Sewaktu-waktu, seorang wanita tua akan memberikan kertas pembungkus kuning orang itu.  Ia kemudian menggunakan kertas itu untuk membungkus koin tembaga di tangannya dan kembali pulang tanpa mengucapkan apa pun. Bungkusan itu diletakkan di bawah tempat tidurnya. Menurut tra-disi, ini akan memberikan bayi sehat pada pasangan itu tahun berikutnya.
Memohon Anak pada Alam Orang China telah memuja alam sejak lama. Bagi orang China primitif, batu memiliki spiritualitas dan kare-nanya mereka memuja batu. 

Gunung Tai sudah lama terkenal sebagai tempat untuk memohon anak. Karenanya, banyak orang mendaki kuil leluhur di pun-
cak dan berdoa pada Bixia. Huruf China untuk `damai' dalam Simbol Ramalan berarti `semua alam lahir dalam langit dan bumi'. Maka, Bixia dianggap sebagai dewi  yang menganugerahkan anak pada pasangan. memohon Anak pada Lampu pi China, orang desa juga memohon anak selama Festival Lampion (hari ke-15 bulan pertama). Selama Dinasti Jin Utara, rakyat biasa menggunakan lampu untuk menyusun frasa bagus seperti  dalam damai' dan `menghasilkan panen baik'. Pada malam ke-16, ribuan lampu akan dipadamkan dan hanya satu yang masih menyala dan disebut lampu keturunan' . Orang yang memohon anak akan membawa lampu itu pulang dan menaruhnya di depan Dewa Dapur. Pasangan itu akan bergantian menjaga lampu menyala sepanjang malam. Upacara `mengem-balikan lampu' akan diselenggarakan pada tahur berikutnya, bila sang istri melahirkan seorang putra Menurut cerita rakyat, huruf China untuk lampu dan  anak sama bunyinya, maka kata China untuk `anak' dihubungkan dengan lampu'. Memohon Anak pada Hiasan Orang China bahkan percaya bahwa orang akan Punya anak bila memakai banyak aksesori. Di beberapa tempat, orang saling menukar ikat pinggang dengan milik wanita hamil karena mereka percaya bahwa penularan keibuan akan terjadi. Menurut suatu cerita, di bendera Tao terdapat kata seperti `beruntung', (umur panjang', dan lekayaan'. Orang bisa diam-diam memotong kata itu dan memakainya hingga keinginan mereka tercapai. Konon, selama masa kaisar Wu dari Dinasti Liang sejenis pria' (M4-1) dibuat. Wanita yang ingin punya anak harus memakainya. Cerita lain adalah selama masa Tiga Kerajaan,  dari negara bagian Wei mengarang puisi "Pujian pada Bunga Jantan". Bunga jantan merujuk pada bunga bakung. Orang kuno percaya bahwa jeni bunga ini akan membawa keberuntungan pada mereka Yang ingin punya anak.

Yang menguasai keberuntungan janin
 Dewa Janin diciptakan karena takhayul rakyat. Dulu, orang tidak mengerti bagaimana janin terbentuk, dan mereka membayangkan bahwa itu adalah akibat roh manusia super. Lama-kelamaan. imajinasi dan takhayul memunculkan gambaran nyata Dewa Janin.
Dewa ini konon seseorang yang dihormati dan ditakuti. Rakyat percaya bahwa is bisa melindungi atau membahayakan anak yang belum lahir. Karenanya, rakyat harus menghormatinya. Bila terjadi pelanggaran, bayinya akan sulit dilahirkan, tersangkut, atau cacat alat kelamin.

Rakyat percaya bahwa lokasi dewa ini berbeda dari waktu ke waktu, bergantung di mana bayi dikandung. Maka, ada tabu yang dikaitkan dengan dewa ini dan wanita harus sangat berhati-hati ketika hamil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.