Adat Tidak Umum untuk Memohon Panjang Umur




Dalam perayaan ulang tahun tradisional China, ada adat unik yang berkaitan dengan memohon panjang umur. Meminjam usia hidup seseorang: Kebiasaan memnjam usia hidup seseorang melibatkan permohonan untuk perpanjang hidup seorang pasien. Orang China percaya bahwa meskipun usia hidup seseorang sudah ditakdirkan, itu bisa 'dipinjam'. Bila pasien lain sakit serius dan pengobatan medis tidak bisa menolong, orang dekat dengan pasien akan diam-diam melakukan upacara untuk meminjam 'usia hidup'. Sepuluh suka relawan akan bertemu di kuil dengan diam-diam. Mereka akan membakar hio dan berdoa pada dewata. Mereka mengungkap keinginan untuk meminjamkan satu tahun usia mereka pada pasien, sehingga usia hidup pasien bisa diperpanjang. Bila pasien sembuh, seluruh keluarga akan pergi ke kuil dan memberikan persembahan. Bila pasien meninggal, sukarelawan akan kembali kekul, membakar hio, dan memberi tahu dewata bahwa pasien tidak menerima usia hidup mereka. Mereka akan minta pada deata untuk mengembalikan satu tahun umur mereka. 

Perayaan ulang tahun dalam bentuk upacara pemakaman.  Pada hari ini, pintu rumah bisa didekorasi dengan pita sutra merah yang dibentuk menjadi bola. Aula panjang umur didirikan di halaman. Panggung dibangun di sisi utara aula, di mana meja panjang dan sempit untuk upacara ditempatkan. Bila orang yang ulang tahun pria, Dewa Panjang Umur dipuja. Bila wanita, maka Nyonya Magu yang dipuja. Perayaan ulang tahun dalam bentuk upacara Buddha: papan kenangan panjang umur dari orang yang berulang tahun ditempatkan di aula di mana perayaan ulang tahun diselenggarakan. Empat gulungan kitab Buddha digantung di aula. Gambar Tiga Buddha (Sakyamuni, Buddha Obat dan Amitabha) digantung tinggi di altar kitab. Pembacaan kitab panjang umur, Sutra Cahaya Lapis Lazuli Tathagata Buddha Obat: janji, jasa, dan Kebajikannya, biasanya berlangsung sehari. Ada juga upacara untuk Inenyampaikan petisi pada dewa-dewa. Petisi ini biasanya disampaikan oleh keturunan orang yang berulang tahun. yang akan membawa petisi itu keluar pintu untuk dibakar. Satu petisi disampaikan pada Buddha pada awal upacara; satu dipersembahkan pada Dharma selama pemberian pengorbanan; satu disam-paikan pada akhir upacara; dan satu disampaikan pada Buddha Penghindar Bencana dan Pemanjang Umur selama pembacaan kitab suci. Jamuan vegetarian disiapkan untuk tamu dan tidak boleh ada minuman alkohol. Tamu juga berdoa pada Buddha, sebagai cara untuk `mengikuti perbuatan saleh' suixi). Perayaan ulang tahun untuk yang mati. Ada bentuk perasyoaanulan, Ini adalah perayaan ulang tahun untuk tahun unik yang juga dikenal sebagai anak orangtua atau kakek nenek yang dalam masyarakat  sudah mati. 

Fenomena ini dipraktikkan secara luas China di masa lalu. Xu Ke menulis dalam Sejarah Tak Resmi dari Dinasti Qing hadiri perayaan ulang tahun meng"Tamu badi bagi yang berulang tahun. Ada "Tamu yang menghadiri perayaan ulang tahun mengharapkan hidup abadi bagi yang berulang tahun. 


Ada yang mengundang tamu untuk merayakan ulang tahun kakek nenek atau orangtua yang sudah meninggal." Ini juga dikenal sebagai "perayaan ulang tahun bagi yang mati. Alasan untuk bentuk perayaan ini adalah karena mayoritas orang China memiliki rasa hormat yang tinggi pada leluhur. Mereka berharap bisa mengandalkan kekuatan leluhur untuk mengatasi ke-sulitan dan memohon kebahagiaan. Maka, mereka bersedia menawarkan beberapa cangkir arak dan ber-sujud pada tetua mereka. Anak-anak yang merayakan ulang tahun orangtua yang meninggal menyebut diri mereka zhuigingzi yang berarti anak yang mengenang dan merayakan ulang tahun orangtuanya yang sudah meninggal. Orang China modern sebenarnya sudah mem-buang kegiatan yang meliputi pemujaan dewa dan roh selama perayaan ulang tahun. Tetapi, kegiatan berdoa untuk umur panjang dan cita-cita untuk umur panjang masih tidak berubah. 

Ji Xiaolan Mengucapkan Selamat Ulang Tahun 
Ji Xiaolan, menteri agung Dinasti Qing selama masa Kaisar Qianiong adalah seorang yang cerdas. Pernah, ia dan temannya menghadiri perayaan ulangt tahun seorang pejabat istana bernama Wang. Wang mengagumi Ji Xiaolan dan mendesak agar ia menuils puisi Semua orang terkejut ketika berkata, "wanita ini bukan mnusia. Semua yang hadir terperanjat. Dengan gaya yang tenang dan tidak tergesa, Xiaolan menulis frasa kedua, "tapi seorang bidadari dari langit Kesembilan,' Ah, ternyata begitu. Wanita tua itu ternyata dari langit!
Ji Xiaolan melanjutkan dan menulis baris ketiga. "yang telah melahirkan pencuri". Setiap orang terkejut lagi. JiXiaolan dengan cerdik menulis frasa terakhir, "Yang mencuri persik keabadian untuk ibunya". Seluruh ruangan langsung penuh kegembiraan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.