Legenda Ji Gong Memindahkan Kayu Gelondongan Dari Sumur - Part 5 (Tamat)

 
Legenda Ji Gong Memindahkan Kayu Gelondongan Dari Sumur - Part 5 (Tamat)

Ji Gong ( Chi Kung ) memiliki banyak nama, ia lahir dengan nama Li Xiuyuan ( 李 修 元) nama Buddha nya, Buddha Hidup Ji Gong ( 济公活佛 ) adalah seorang bhiksu terkenal pada masa Dinasti Song Selatan. Dikatakan bahwa beliau hampir selalu mengenakan jubah compang camping, dengan topi bhiksu yang lusuh di kepala dan daun kipas di tangan.
Beliau tidak kelihatan seperti selayaknya seorang bhiksu ataupun rakyat biasa, hampir terlihat seperti orang bodoh dan gila. Tetapi beliau memiliki kuasa supernormal. Cerita mengenai Ji Gong yang membantu orang-orang yang mengalami bahaya atau kesulitan, telah tersebar dari masa ke masa. Ji Gong menjadi seorang bhiksu di Kuil Lingyin, Hanzhou. Kemudian, beliau dikeluarkan dari kuil karena kepala biara iri terhadap kemampuannya. Ji Gong kemudian pindah ke Kuil Jingci. Suatu hari, kuil tersebut terbakar dan Ruang Besar Buddha terbakar. Kepala bhiksu sangat cemas, akan tetapi Ji Gong terlihat sangat tenang dan juga malah terlihat gembira. Kepala biara kemudian memarahinya,
”Bagaimana mungkin Anda tidak sedih melihat malapetaka yang menimpa kuil ini?”
Ji Gong kemudian berkata,”Tidak ada gunanya sedih. Kita hanya perlu membangun yang baru.” Kepala biara menjawab,
”Sangatlah mudah berkata daripada berbuat. Apakah Anda tahu berapa banyak kayu yang diperlukan untuk
membangun Ruang Besar yang baru? Bagaimana caranya kita dapat meminta sumbangan?”

Ji Gong tertawa dan berkata,”Guru, jangan khawatir. Saya akan menanganinya.” Kepala biara tersebut ragu-ragu dan berkata,”Tolonglah pergi meminta sumbangan.” “Baiklah kalau begitu, tetapi saat ini saya lapar,” jawab Ji Gong
Kepala biara menghela napas,”Sepanjang Anda bisa mendapatkan kayu tersebut, Anda akan mendapatkan apapun yang ingin Anda makan.” Ji Gong kemudian meminta arak dan daging. Setelah makan, Ji Gong berkata, ”Baiklah, saya akan pergi sekarang. Saya akan kembali dalam waktu 3 hari. Tunggulah saya.” Ji Gong kemudian masuk ke dalam wadah arak dan menghilang. Ji Gong secara cepat muncul di Gunung Emei di Sichuan. Dia berjalan ke gerbang rumah seorang tuan setempat dan mengetuk ikan kayu di pintu secara sembarangan. Tuan tanah tersebut
mendengar suara ketukan pintu dan keluar untuk
bertanya kepadanya.”Dari manakah asal Anda?”
Ji Gong menjawab,”Saya berasal dari Kuil Jingci
di Hangzhou.”

Tuan tersebut kemudian menjawab.”Anda telah menempuh perjalanan yang jauh. Mengapa Anda mengetuk ikan kayu di pintu gerbang rumah saya?”
Ji Gong berkata,”Kuil kami terbakar. Saya tahu Anda kaya. Anda memiliki kayu yang banyak. Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk memohon sedekah kepada Anda.”

Tuan tersebut kemudian menjawab,”Berapa yang Anda inginkan?” Ji Gong menhawab,”Tidak lebih dan tidak kurang, hanya yang dapat terbungkus oleh jubah saya.”
Tuan tersebut melihat pada jubah Ji Gong yang lusuh dan mencemooh,”Bhiksu gila! Jubah ini bahkan tidak dapat membungkus sebuah ranting.” Dia menyetujui permintaan Ji Gong. Ji Gong berterima kasih kepadanya, melepaskan jubahnya dan melemparkannya ke gunung. Dalam sekejap, jubah tersebut menjadi besar, dan dapat menutupi seluruh gunung.
Tuan tersebut terkejut karena tidak menyangka bhiksu Ji Gong memiliki kuasa supernormal. Dia juga tidak dapat mengingkari janjinya. Ji Gong kemudian memilih 100 pohon besar dan menebangnya. Kemudian, membawanya lewat Sungai Yangtze, mengikuti arus sungai. Akan tetapi, kayu tersebut berhenti di pos penjaga, di mana petugas jaga meminta uang pajak. Ji Gong kemudian bertanya,”Sungai ini bukan milik Anda. Mengapa saya harus membayar pajak?” Petugas penjaga menjawab,”Semua gunung dan air di sini adalah milik Kaisar. Semua barang yang melewati air ini harus terkena pajak.”
Ji Gong kemudian menjawab,”Saya mengerti. Apakah ini berarti bahwa barang-barang yang melewati bawah air tidak akan terkena pajak, apakah betul?” Petugas jaga tersebut tertawa dan menjawab,”Kayu hanya dapat mengapung. Jika Anda memiliki kuasa untuk membuat kayu tersebut melewati bawah air, saya akan mengizinkan Anda lewat.”
Dengan seketika, Ji Gong menghentakkan kaki ke rakit kayu tersebut dan secara cepat tenggelam ke dalam air bersama dengan seluruh kayu. Melihat hal ini, petugas jaga ketakutan. Di Kuil Jingci, kepala biara mulai khawatir setelah menunggu selama dua hari. Pada siang di hari ke-3, Ji Gong secara tiba tiba berlari ke dalam dan berteriak.”Kayunya telah datang! Kayunya telah datang!” Kepala biara bergegas keluar dan tidak melihat apa-apa. Ji Gong menggenggam tangan kepala biara tersebut dan berkata,”Guru, mari ikuti saya.”
Mereka bergegas ke sumur di depan dapur. Kepala biara melihat kayu muncul dari dalam sumur satu per satu. Mereka memudian mengangkat sekitar 60 kayu. Ketika kepala biara merasa kayu telah cukup, tidak ada lagi kayu yang keluar dari sumur tersebut. Inilah cerita
bagaimana Ji Gong membawa kayu.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.