Dewa Matahari dan Dewi Rembulan


Dewa Matahari dan Dewi Rembulan
Rishen (dewa matahari) secara umum disebut Taiyanggong atau Paduka Surya, dan Yueshen (dewi rembulan) atau Taiyin Niangniang atau ibunda Candra.

Pemujaan terhadap bulan dan matahari sudah ada sejak zaman purba dan bukan hanya monopoli bangsa Tionghoa saja Dalam pandangan orang kuno, di dalam matahari ada seekor ayam jantan atau burung, dan didalam rembulan ada seekor katak raksasa atau seekor kelinci yang sedang meramu obat-obatan.
Dari imajinasi ini kemudian muncul berbagai dongeng rakyat yang sangat memikat. Rishen dikenal juga dengan nama Taiyang Dijun (disingkat Taiyanggong) Pemujaan terhadap dewa ini telah berlangsung sejak zaman Chun Qiu (sekitar abad ke7 SM). Pada zaman ltu mereka mengadakan sembahyang pada siang hari untuk menghormati dewa matahari dan tengah malam untuk dewi rembulan. Di kalangan rakyat perhelatan untuk merayakan kelahiran dewa matahari jatuh pada bulan 2 tanggal 1 lmlek.
Pada saat itu mereka memasang meja sembahyang di halaman rumah, mempersembahkan 3—5 mangkok ”kue matahari”, kemudian mengayunkan hio dupa kearah terbitnya matahari. Kue matahari disebut pula ”kue ayam matahari, karena di atas kue itu tertera gambar ayam jantan Sering juga dilakukan pembacaan parita (jing) serta puji-pujian. Sorenya semua sesajian itu diturunkan dan dibagikan kepada anak-anak, lalu kertas emas warna-warni yang digantung di depan pintu dibakar.
Yueshen atau dewi rembulan disebut juga Taiyin Huangjun atau Yuefu Chang’e (Cha'e dari Istana rembulan). Seperti matahari, pemujaan bulan juga berawal dar| pemujaan terhadap alam yang lalu ditokohkan menjadi manusia. Namun, perwujudannya tidak berubah banyak, hanya seputar katak raksasa, kelinci, atau Chang'e seorang dewi dan Wu Gang, yang kisahnya banyak beredar di kalangan rakyat. Seperti halnya matahari, sesajian utuk rembulan juga sederhana saja. Pada zaman dinasti Qin ada upacara sembahyang rembulan yang dilakukan pada musim gugur. Dengan berjalannya waktu, upacara ini Ialu berubah menjadi Festival Zhongqiu yang diselenggarakan pada tanggal 15 bulan 8 lmlek sampai sekarang.
Pada malam itu semua anggota keluarga berkumpul dan setelah rembulan muncul mereka bersama-sama menyulut dupa dan mulai sembahyang Ada yang menghadap ke arah langit di mana rembulan berada ada pula ke arah kue rembulan, yang dihiasi gambar keraton rembulan di tengahnya dan dipasang di atas sebuah rangka kayu yang telah disiapkan sebagai penganti altar, atau kepada gambar Iambang rembulan. Sebuah persembahan khas pada malam Zhongqiu adalah Yuebing (kue rembulan). Kue inimelambangkan keluarga yang berkumpul bersama merayakan malam dengan gembira.

Asal-mula kebiasaan saling antar kue rembulan pada malam Zhongqiu ternyata mempunyai Iatar belakang yang sangat mengharukan. Pada akhlr dinasti Yuan (Monggol)penderitaan rakyat akibat penindasan serta bencana alam yang berkepanjangan sudah tidak tertahankan Iagi. Dimana-mana meletus pemberontakan melawan penjajah Mongol. Di antara pemimpin gerakan itu yang paling terkenal adalah Zhu Yuanzhang. Untuk mengkoordinasikan gerakannya dengan berbagai kelompok pemberontak lain, ia memerintahkan pengikutnya membuat kue rembulan dan didalamnya diisi
secarik kertas yang bertuliskan isyarat untuk bergerak. Tulisan di kertas itu berbunyi ”tanggal 15 bulan 8 bunuhlah kaum Tartar. Pesan rahasia ini diteruskan ke mana—mana melalui kue rembulan, sehingga tidak tercium oleh penguasa Mongol. pada tanggal itu terjadi pemberontakan serentak di mana-mana dan kaum penjajah Mongol dibantai bersama-sama. sejak itu kebiasaan mengirim kue rembulan berlangsung teru sampai sekarang sebagai kebiasaan saling memberi selamat pada hari raya Zhongqiu.

Dalam Buku Dewa-dewi kelenteng karangan ke2 disebutkan bahwa Taiyang Dijun bernama Sun Kai berwujud pria, sedangkan Taiyin Xingjiin bernama Tang Wei berwujud wanita. Pada suatu hari keduanya bertemu, Yin bertemu Yang, berpadu tidak mau berpisah, lalu menyembunyikan diri di telaga Xian Chi.
tanpa mereka jagat—raya menjadi gelap-gulita, siang—malam tidak bisa dibedakan, bintang-bintang kehilangan cahaya, tata-tertib alam semesta menjadi kacau-balau, makhluk hidup terancam punah. Dihuang (maharaja bumi) mohon kepada maharaja langit agar kedua dewa-dewi itu dipisahkan dan
dikembalikan pada kedudukannya semula dan digilir kemunculannya antara siang dan malam. Demikianlah alam kembali terang dan tata-tertib pulih.

Namun, kisah dewa matahari Taiyang Dijun yang beredar di kalangan rakyat banyak dlhubungkan dengan Houyi seorang pemanah ulung. Dikisahkan pada masa itu adalah tahun ke-12 pemerintahan kaisar Yao (2346 SM). Bencana besar sedang menimpa negerinya, kekeringan menghancurkan seluruh lahan pertanian sehingga kelaparan terjadi di mana-mana.
Malapetaka itu disebabkan karena ada sepuluh matahari muncul bersama-sama di angkasa. Konon, kesepuluh matahari itu adalah putera-puteri Dijun, dewa tertinggi yang berkuasa di langit bagian Timur. Karena tidak tahan lagi menghadapi ulah para puteranya dan juga berkat doa permohonan yang terus dilakukan oleh kaisar Yao, Dijun merasa perlu menghentikan perbuatan mereka. Sang dewa memerintahkan seorang malakat sakti, Houyi turun ke dunia, dengan pesan agar putera-puterinya jangan dibunuh tapi diberi pelajaran saja.
Houyi turun ke dunia bersama istrinya, Chang'e (Siang Go-Hokkian), seorang dewi cantik jelita, dan menemui kaisar Yao Melihat keadaan dunia pada waktu itu, Houyi sangat marah Tanpa memperdulikan pesan Dijun, dipanahnya matahari itu satu persatu dan hanya tersisa satu saja. Melihat Houyi tidak menuruti perintahnya Dijun menaruh dendam. Sejak saat itu Houyi tidak bisa kembali ke langit menjadi malaikat. Namun Houyi terus berusaha menyelamatkan rakyat dari Malapetaka dan membasmi beraneka binatang aneh yang menggangu .
Berkat keberanian dan kegagahannya Houyi dipuja sebagai pahlawan. Karena perbuatan Houyi, istrinya Chang e, tidak dapat kembali ke Iangit menjadi dewi. Ia merasa kesal sekali dan sejak itu hubungannya dengan Houyi menjadi dingin dan renggang Mereka sering bertengkar. Suatu hari Houy| pergi ke Gunung Kunlun shen menemui Xiwangmu untuk minta obat hidup abadi. Xinwangmu meluluskan permintaannya. Houyi sangat gembira, sebab dengan obat itu ia mempunyai kesempatan untuk menjadi
malaikat Iagi. Pada suatu hari ketika Houyi sedang keluar rumah Chang'e melihat seberkas sinar putih menyorot turun dari sebuah tiang penyangga atap dan pada saat bersamaan serangkum bau semerbak memenuhi ruangan.

Dengan tangga dicarinya sumber cahaya dan bau harum itu. la menemukan obat hidup abadi yang disimpan Houyi. Tanpa berpikir panjang ditelannya obat itu dan tiba-tiba ia merasakan badannya menjadi ringan dan terapung—apung di angkasa. malam itu rembulan bersinar terang sekali, Chang'e terbang melayang terus kearah rembulan dan bersembunyi di sana diluar dugaannya ternyata istana rembulan sunyi sekali. Di sana. hanya ada seekor kelinci yang tidak pemah berhenti menumbuk obat di Iumpang dan sebatang pohon kayu manis. Chang'e sangat kesepian, namun ia tidak mungkin turun Iagi ke dunia dan bertemu suaminya. Ia menyesal dan mulai mengenang semua kebaikan suaminya. Akhirnya ia tinggal selama—Iamanya di bulan. dan menjadi Iambang yin atau unsur betina.
Ketika menyadari bahwa obat hidup abadinya telah dicuri Houyi Ialu mengejar ke angkasa. Akhirnya angin taufan membawanya terhampar di atas sebuah gunung. Di puncak gunung itu terdapat sebuah istana yang dihuni Dongwanggong atau Donghua. "Engkau tidak usah masgul. Sekarang istrimukalah menjadi dewi di bulan. Karena keberanian dan kegagahanmu kamu pantas menjadi dewa. Bagimu telah disiapkan sebuah istana di matahari untuk menjadi tempat tinggalmu. Mulai sekarang yang dan yin akan bersatu selama-lamanya " kata Dongwanggong. Lalu Dongwanggong memberinya sebuah kue dan sebuah jimat yang membuat dia tahan terhadap dinginnya bulan bila datang mengunjung Chang'e. Di bulan didapatinya Chang'e sedang termenung Kesepian. Houyi berkata bahwa ia tidak_akan mempersoalkan masalah pencurian obat, sebab keduanya sekarang sudah menjadi dewa.
Di bulan Houyi mendirikan istana Guanghangong untuk tempat tinggal Chang'e. Sejak itu dewa matahari dan dewi rembulan mempunyai wilayah masing—masing Kaisar Yao kemudian mengangkat Houyi menjadi Zhongbushen yaitu malaikat yang bertugas menghindarkan penduduk dari bencana alam dan musibah lainnya.
Lama-kelamaan Zhongbushen dianggap sebagai pelindung rumah tangga yang mampu menguasai roh-roh jahat dan menolak bala. Lukisannya dipasang di rumah-rumah penduduk, jadi selain dianggap sebagai Taiyanggong (dewa matahari), Houyi juga disebut Zhongbushen, sedangkan Chang'e disebut Taiyin niangniang atau dewi rembulan.
Perayaan Zhongqiu (Tiong Tjhiu- Hokian) yang jatuh pada tanggal 15 bulan 8 (Pwee Gwee Cap Go) dianggap sebagai hari lahir Taiyin Niangniang alias Chang'e. Umumnya mereka Sembahyang dengan menyediakan sebuah meja kecil dikebun pada saat bulan pumama dan menyajikan buah-buahan dan bunga segar. Permohonan mereka kepada Taiyin Niangniang terutama adalah minta jodoh bagi yang masih iajang, atau diberi berkah agar bisa berkumpul kembali dengan sang suami atau istri yang terpisah jauh. Sebab itu dewi rembulan seringkali disebut juga dewata pelindung perjodohan. Pemujaan kepada rembulan dan matahari sebagai penghormatan jarang diwujudkan dalam bentuk patung atau gambar. Umumnya orang menghadap kearah kedua benda angkasa itu saat bersembahyang, jarang ada kelenteng yang didirikan untuk mereka. Di Tainan hanya ada sebuah kelenteng yaitu kelenteng San-guang-tang, di mana terdapat patung dewi rembulan dan dewa matahari. Di Indonesia pemujaan terhadap matahari dan rembulan amat jarang.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.