KISAH DAN ASAL USUL DEWA PERDAGANGAN FAN LI / 范蠡 / TAO ZHUGONG / 陶朱公 bagian 2


Mereka tiba di ibukota dan disambut hangat oleh rakyat dan pejabat Yue, Goujian menerima kembali tugasnya yang selama dalam pengasingan dijalankan oleh Wen Zhong. Fan pulang ke rumahnya menemui istri dan anaknya, Zi Chang yang baru pernah melihatnya karena ketika berangkat ke pengasingan anak itu baru berusia setahun.
Sekembali ke Yue, Fan Li tidak membuang-buang waktu dan segera menyusun rencana untuk membangun kembali negrinya yang telah terpuruk. Kepada Goujian, dia mengusulkan hukum kelahiran untuk mendongkrak populasi negara dan menurunkan pajak padi untuk mendorong orang mengolah tanah rawa untuk bertani. Saran ini segera diterima dan diumumkan ke seluruh penjuru negeri.
Bersama Wen Zhong, dia juga mengemukakan tujuh strategi untuk menghancurkan Wu yang meliputi :
Menyenangkan Raja Fuchai dengan hadiah berharga yang memuaskannya
Mengosongan suplai padi negara Wu
Mengirimkan wanita cantik pada Fuchai untuk membuatnya terlena
Mengirim pengrajin dan pemahat guna mendorong Fuchai membangun istananya sehingga memboroskan harta negara
Membantu pejabat-pejabat korup Wu untuk mendapatkan kekuatan sehingga melemahkan Wu dari dalam
Merancang perlawanan terhadap pejabat-pejabat setia Wu seperti Wu Zixu untuk melemahkan administrasi Wu
Menyimpan padi, melatih tentara dan menunggu kesempatan menyerang
Siasat wanita cantik Sunting
Untuk membuat Fuchai terlena dan mengabaikan urusan negara, Fan Li menggunakan siasat yang disebut siasat wanita cantik (美人计). Dua gadis cantik dipilih dari duapuluh kandidat untuk dikirim ke Wu sebagai upeti. Mereka adalah Xi Shi (西施) dan Zheng Dan (郑旦), keduanya ditemui Fan Li di desa Zhuluo. Sebelum dipersembahkan mereka terlebih dahulu dilatih bermain musik, menari, menyanyi dan melukis agar mampu memuaskan Fuchai secara maksimal. Diam-diam Fan Li dan Xi Shi saling jatuh cinta, dengan berat hati dia mengantarkan kepergiannya untuk dipersembahkan ke negri Wu.
Setelah kedua wanita itu tiba di Gusu, ibukota Wu, Wu Zixu yang telah membaca siasat ini memperingatkan Raja Fuchai agar berhati-hati jangan sampai terjerumus ke dalam jebakan wanita dan mengutamakan masalah negara, dia juga menyarankan agar kedua wanita itu dihukum mati. Mendengar hal ini, Zheng Dan bunuh diri untuk membuat Raja Fuchai percaya. Takut Xi Shi juga melakukan hal yang sama, buru-buru Fuchai menyuruh orang-orangnya menjaga Xi Shi dengan baik di istananya dan Wu Zixu yang setia malah dipersalahkan Fuchai karena dianggap mengakibatkan kematian Zheng Dan. Xi Shi berhasil membuat Fuchai terpikat padanya, setiap hari dia menghabiskan waktu bersamanya dan mulai mengabaikan tugas-tugas kenegaraannya.
Untuk Xi Shi, Fuchai membangunkan istana yang indah dimana hampir setiap hari mereka bersenang-senang. Administrasi pemerintahan dia percayakan pada pejabat kesayangannya, Bo Pi. Xi Shi juga menghasut Fuchai sehingga dia semakin membenci Wu Zixu dan tidak pernah lagi mendengarkan nasihatnya.
Pembangunan militer
Dengan alasan untuk membantu Wu menaklukkan daratan tengah, Yue secara terbuka merekrut 3000 orang untuk menjadi tentara, namun secara rahasia juga direkrut 30.000 lainnnya. Perekrutan besar-besaran pun dimulai, Fan Li diberi tanggung jawab atas administrasi dan pelatihannya.
Dalam melatih pasukan, Fan menerapkan pola hukuman dan imbalan yang tepat. Jika satu orang di antara mereka memberi kontribusi maka seluruh pasukan diberi hadiah, sebaliknya jika satu orang membuat kesalahan maka yang lainnya juga akan dihukum, dengan demikian mereka akan kompak dan saling tolong-menolong.
Fan mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk melatih pasukan. Seiring berlalunya waktu, pasukan Yue akhirnya menjadi suatu kekuatan yang sangat disiplin. Selangkah demi selangkah, Yue mulai mengarah pada tujuannya untuk membalas dendam dan membangun kembali kekuatannya.
Sementara itu, Wu Zixu yang telah menempatkan orang untuk memata-matai Yue mengetahui bahwa Fan Li telah melatih pasukannya siang dan malam. Terkejut dengan perkembangan ini, ia buru-buru ke istana dan menyampaikan berita tersebut pada Fuchai. Fuchai curiga dan memerintahkan Wu Zixu siap untuk berperang.Namun sekali lagi Fan Li dengan cerdik mengelak, dia menyarankan Goujian mengirim utusan ke Wu untuk menjelaskan Yue berniat membantu Wu bertempur melawan negara Qi dengan pasukan itu. Mendengar penjelasan ini Fuchai sangat puas dan perang dengan Wu pun dapat dihindari.
Setelah berhasil mengalahkan Qi, Fuchai mengundang Goujian dan mereka yang telah membantunya dalam perang dalam suatu jamuan di istananya. Dalam jamuan ini Wu Zixu menegur Fuchai dengan terang-terangan atas sikap besar kepalanya sehingga hal ini membuatnya murka dan menyuruh Wu Zixu bunuh diri. Wu Zixu dengan sedih dan marah melakukan bunuh diri, kata-kata terakhirnya adalah “Setelah aku mati cungkil mataku dan gantungkan tinggi-tinggi di atas gerbang timur agar dapat melihat pasukan Yue memasuki ibukota Wu dengan mataku sendiri !”.
Fan Li melihat di depan mata kematian musuhnya itu, ia merasa gembira namun juga sedih. Ia gembira karena dengan kematian Wu hambatan bagi Yue hilang. Namun ia juga sedih karena melihat pejabat yang demikian jujur dan setia seperti Wu harus mengalami akhir yang begitu tragis.
Pembalasan
Musim panas 482 SM, Raja Fuchai yang semakin arogan menyerang negara Jin untuk memperoleh pengaruh lebih besar sebagai pemimpin negara-negara bagian. Di ibukota Wu, Gusu hanya tinggal putranya, Pangeran You dan sepasukan kecil tentara. Fan Li menyarankan agar Goujian memakai kesempatan emas ini untuk menyerang Gusu. Goujian mengangkat Fan Li sebagai panglima perang memimpin 40.000 pasukan menyerang Gusu.
Sebentar saja, pasukan Yue sudah mulai memasuki wilayah Wu lewat jalur laut dan darat. Saat itu prajurit-prajurit terbaik Wu sedang berada jauh di Jin bersama Fuchai, mereka yang tertinggal bukanlah tandingan pasukan Yue yang berdisiplin tinggi. Angkatan perang Wu pun menderita kekalahan besar dan Gusu akhirnya jatuh, Pangeran You memilih menggorok lehernya sendiri daripada tertangkap musuh.
Kabar itu akhirnya sampai pada Fuchai yang berada jauh dari daerahnya, baru sekarang ia menyesal telah melepaskan Goujian dulu. Dia pun bergegas memimpin pasukannya kembali ke Gusu, mereka berjalan siang dan malam. Saat mendekati Gusu, pasukan yang telah kelelahan itu diserang oleh pasukan Yue sehingga menjatuhkan banyak korban di antara mereka. Wu akhirnya menawarkan negosiasi damai dan diterima oleh Yue dengan pertimbangan kekuatan Wu masih cukup kuat sehingga bila perang dilanjutkan akan jatuh korban sia-sia.
Wu dan Yue menandatangani sebuah traktat yang berisi hal-hal berikut : Yue tidak lagi dalam pengawasan Wu; Wu akan mengembalikan semua tanah dan harta yang diambil dari Yue; Wu akan membayar upeti tahunan pada Yue dengan jumlah yang sama dengan yang dipersembahkan Yue pada masa lalu. Setelah itu pasukan Yue mundur dari Wu. Fan Li melatih pasukannya lebih keras untuk persiapan perang berikutnya.
Tahun 476 SM, Yue melancarkan serangan besar terhadap Wu yang telah menjadi lemah setelah dua tahun perang melawan Chu. Selain itu Wu juga telah dilanda kemarau panjang dan gagal panen. 150.000 pasukan Yue akhirnya berhasil menghancurkan Wu, Raja Fuchai mengurung diri di balik tembok Gusu. Kota Gusu dikepung erat, jalur air dan makanan diputus. Dua tahun kemudian Wu benar-benar kehabisan persediaan, utusan Wu yang menawarkan perdamaian ditolak.
Pada tahun ketiga pengepungan, banjir dari Danau Taihu menghancurkan dinding kota Gusu. Dalam kekacauan itu Fuchai bersama seorang jendralnya, Wang Sunxiong melarikan diri ke Gunung Yang. Fan Li dan Wen Zhong memimpin pasukan mengejar mereka hingga ke tempat itu. Disana Fuchai yang dilanda rasa bersalah dan penyesalan mengakhiri hidupnya sendiri, Wang Sunxiong juga ikut bunuh diri menyusul tuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.