SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 1 DARI 3 ARTIKEL)

 
SEJARAH TAHUN BARU IMLEK - ARTIKEL IMLEK (BAGIAN 1 DARI 3 ARTIKEL)

Sejarah Imlek
IMLEK merupakan penanggalan/almanak/kalender bagi suatu bangsa/etnis yang berdomisili di daratan Tiongkok (China) bagian tengah dan timur, terutama adalah suku Han dan beberapa suku lain yang merupakan mayoritas bangsa tersebut.

Sama dengan penanggalan Hijriah bagi bangsa –bangsa Arab yang berada di Timur Tengah, atau penanggalan Masehi bagi bangsa-bangsa Eropa dan lain sebagainya. Penanggalan-penanggalan ini tidak dihasilkan dari suatu eksperimen/penemuan yang didapatkan oleh seorang atau sekelompok ilmuan pada suatu tempat/ruang serta dalam kurun waktu yang tertentu, tetapi adalah hasil dari pengamatan, pencatatan, pembahasan dan perbaikan-perbaikan yang berlangsung didalam masa ke masa selama berabad-abad, bahkan ribuan tahun lamanya oleh suatu bangsa/etnis karena geografis, kebutuhan hidup, perabadan dan kebudayaan dari kelompok tersebut.

Dengan demikian penanggalan apapun yang dipergunakan di muka bumi ini, merupakan pemanfaatan alam semesta ciptaan Tuhan sebagai dasar untuk suatu kepentingan kehidupan manusia, dan tidak berkaitan dengan ritual ketuhanan/religius/agama yang ada dan diyakini manusia sejak sekitar 2000 tahun yang lalu.
Penanggalan / alamanak / kalender Imlek didasarkan atas gabungan perhitungan peredaran Bulan (Kalender lunar) dan peredaran Bumi mengelilingi Matahari (kelender solar). Kalender ini selain digunakan sebagai penanda harian juga digunakan untuk perayaan tertentu terhadap musim seperti misalnya Perayaan Tahun Baru sebagai awal musim semi. Kalender ini pertama kali dikembangkan satu milenium sebelum masehi.

Legenda menyebutkan pertama kali ditemukan pada kekaisaran Yellow (Huang Di) dan ditambahkan sistem kabisat pada zaman Dinasti Yao.
Karena Tiongkok (China) termasuk wilayah sub-tropis maka penanggalan pun mengacu kepada parameter equinox (posisi Matahari tepat di khatulistiwa) dan solstice (posisi Matahari terjauh di utara/selatan khatulistiwa). Perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh sistem astronomi barat melalui Jesuit dan sistem kalender Gregorian (kalender Masehi yang kita kenal sekarang).

Beberapa aturan perhitungan yang ditetapkan tahun 104 SM masih berlaku hingga sekarang, seperti Bulan adalah ”Bulan lunar”, awal hari dihitung mulai saat tengah malam (pukul 00:00) dan winter solstice selalu pada bulan ke 11 (memasuki zodiak Capricorn) serta beberapa aturan dasar lainnya.
Jadi, meskipun penanggalan bulan berdasarkan peredaran Bulan namun karena parameter equinox dan solstice di atas; Bulan pada kalender China selalu tidak jauh beriringan dengan penanggalan Masehi (berbeda dengan kalender Hijriyah yang hanya mengacu ke peredaran Bulan saja).

Sebagai contoh nyata perayaan Tahun baru Imlek selalu berada di antara akhir bulan Januari hingga minggu ketiga Februari.Masyarakat Tiongkok di daratan pada awalnya adalah masyarakat agraris yang kehidupannya sangat tergantung pada iklim dan kesuburan tanah.
Daratan Tiongkok memiliki 4 macam iklim yang berbeda (musim Semi, Panas, Gugur dan Dingin), maka para petani sangat mengandalkan pengetahuan iklim untuk melakukan rutinitas pertanian, dan para nelayan yang hidup disepanjang pantai serta pelayaran perlu mengetahui keadaan cuaca dengan benar pula, kebutuhan kehidupan inilah yang mendesak manusia untuk memiliki pengetahuan tentang perubahan iklim dan menjadi sangat vital.
Dengan demikian, perayaan Imlek pada awalnya dimaknai sebagai rasa syukur masyarakat agraris Tiongkok karena telah lepas dari musim Dingin dan memasuki musim Semi yang baik untuk pertanian. Akurasi penanggalan ini dapat dilihat antara lain pada saat Bulan Purnama yang selalu tepat jatuh pada tanggal 15.

Sumber: belajarbuddha.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.