TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK - Bagian 2 (Akhir)

Foto Cetya Tathagata Jakarta.
TRADISI MEMBERSIHKAN ALTAR DAN RUPANG BUDDHA, BODHISATTVA DAN PARA DEWA MENJELANG IMLEK - Bagian 2 (Akhir)

Acara pembersihan ini sebelumnya juga didahului dengan ritual sembahyang oleh orang yang akan membersihkan altar atau rupang Buddha, Bodhisattva dan para Dewa ini yaitu :

1. Thiam Hio : Sebelum memulai, terlebih dahulu thiam hio memberitahukan, bahwa pada saat ini kami akan membersihkan altar dan rupang. Altar dan rupang yang dibersihkan ini, bagaikan kami yang senantiasa belajar membersihkan batin kami dari pikiran maupun ucapan yang jelek.

Bila ada kesalahan yang tidak disengaja, mohon diampuni. Semoga semua makhluk bersukacita dan berbahagia. Kemudian hio ditancapkan pada gelas khusus pengganti hiolo.

2. Meja altar : Meja terlebih dahulu dikosongkan, lalu dicuci dan dibersihkan dengan air bunga, kemudian dikeringkan dengan lap khusus atau yang baru untuk membersihkan altar.

3. Rupang : Rupang dibersihkan dengan menggunakan air bersih yang dicampurkan 7 rupa bunga dan arak putih, lalu dilap pakai kain merah. Baskom yang dipergunakan harus yang bersih sebagai tempat air yang di gunakan untuk membersihkan rupang.
Dalam tradisi bersih-bersih ini air dicampur arak putih dengan 7 rupa bunga, agar mengeluarkan aroma harum. Sedangkan tujuan pembersihan rupang yang dicampur arak putih adalah untuk menjaga supaya agar rupang tersebut tidak cepat rusak serta tetap awet seperti semula.
Bila ada kotoran yang sulit dibersihkan, bisa menggunakan pasta gigi yang baru dan spesial untuk membersihkannya, kemudian dikeringkan dengan lap khusus untuk membersihkan rupang. Setelah bersih, bila ingin dapat diolesi minyak wangi khusus yang beraroma cendana / melati / kayu garu, kemudian rupang diletakkan kembali di meja altar.

4. Hiolo : Sebelum membersihkan hiolo, abunya dipindahkan ke gelas khusus, karena abu yang ditempatkan di hiolo akan disaring. Maka siapkan 2 gelas khusus, yang satu diisi beras, digunakan untuk tempat menancapkan hio. Setelah selesai membersihkan altar, beras ini dapat digunakan untuk memasak. Sedangkan, gelas yang satu lagi digunakan untuk tempat memindahkan abu hiolo (abu tempat hio) yang akan disaring. Setelah bersih dan dikeringkan dengan lap khusus, maka abu dipindahkan kembali ke tempat hiolo.

5. Persembahan : Setelah selesai dibersihkan, dilanjutkan dengan memberikan persembahan, misalnya, buah, bunga, dan lain-lain.

6. Kim Hua : Setelah dibersihkan, altar dirapihkan dan bila perlu dapat ditambahkan atribut-atribut keagamaan (atribut lama / Kim Hua yang lama dibakar dan diganti yang baru).
Setelah semua selesai dibersihkan baru rupang Buddha, Bodhisattva dan para Dewa dikembalikan ketempat semula, serta kembali melakukan sembahyang menyampaikan kepada Buddha, Bodhisattva dan para Dewa bahwa pembersihkan telah selesai dilaksanakan.
Makna membersihkan altar tidak hanya dipandang dari segi kebersihan dan keindahan saja, melainkan dari hakekat altar tersebut, yaitu agung dan mulia. Untuk itu, hakekat membersihkan altar adalah agar orang senantiasa belajar menjadi orang yang mulia dan agung.
Karenanya, belajarlah untuk senantiasa mengingat hal-hal yang baik, maka jiwa akan menjadi baik dan kekotoran batin akan berkurang. Perbuatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari harus berpedoman dan belajar untuk senantiasa menjadi orang yang bajik yaitu dimana pun berada, harus menjadi manusia berguna dan senantiasa memberi serta membawa keberuntungan kepada semua makhluk.
Oleh karena itu, makna membersihkan altar berarti pula senantiasa mengintrospeksi, membersihkan batin agar selalu mengingat yang baik, merenung dan memperhatikan yang baik.

SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
MAY ALL BEINGS BE HAPPY
SEMOGA SEMUA MAKHLUK BERBAHAGIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Tentang Penulis

Tentang Penulis
Mengky Mangarek, salah satu IT preneur, penggemar kisah para Buddha, Bodhisattva serta penulis buku dan komik Zen, juga pernah mengisi di beberapa radio talk, seminar dan penulis / admin dibeberapa blog seperti Kisah Para Dewa dan Cetya Tathagata yang telah memiliki lebih dari 20,000 pembaca setia.

tentang penulis

tentang penulis
Jacky Raharja adalah seorang entrepreneur kelahiran 10 February 1982 dan berdomisili di Jakarta. Mengawali karier profesional sebagai seorang Marketer pada sebuah Top Multinational Company yang bergerak di bidang FMCG pada tahun 2007. Mempunyai passion yang sangat tinggi dalam hal brand management & strategic dan meninggalkan dunia profesional pada tahun 2013 sebagai Brand Manager demi mengejar passion lainnya yaitu menjadi seorang Entrepreneur yang mempunyai jaringan bisnis sendiri. Bergabung dengan Cetya Tathagata Jakarta sebagai bagian dari committee sejak tahun 2005 dan sebagai salah satu kontributor atas artikel-artikel pada social media Cetya Tathagata Jakarta.

Most Reading

Diberdayakan oleh Blogger.